You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hakhaknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Menurut UUD 1945, anak terlantar itu dipelihara oleh negara. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). Berdasarkan fenomena di atas, penulis mengambil judul Faktor Penyebab Anak Jalanan dan Penanganannya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti dari penelitian adalah : 1. Apa saja faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan? 2. Bagaimanakah model alternatif penanganan anak jalanan? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan fenomena munculnya anak jalanan. 2. Mengetahui model alternatif penanganan anak jalanan.

BAB II KAJIAN TEORI


Konsep Anak Jalanan Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia 5 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat umum. B. Kriteria Anak Jalanan Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Namun, pada kenyataannya sumber potensi ini justru menjadi permasalahan di negara kita yaitu dengan adanya anak jalanan. Berdasarkan pengertian anak jalanan di atas maka dapat diketahui bahwa kriteria anak jalanan antara lain: 3

1. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun. 2. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau berkeliaran di jalanan atau ditempat umum minimal 4 jam/hari dalam kurun waktu satu bulan yang lalu, seperti pedagang asongan, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll. 3. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu ketertiban umum. C. Pengelompokan Anak Jalanan Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA) mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ). Sedangkan menurut tata Sudrajat ( 1999 : 5 ) anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street ) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ). Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu : 1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor social

psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka. 2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya. 3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran. 4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung. D. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan Menurut hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1. Kekerasan dalam keluarga. 2. Dorongan keluarga. 3. Ingin bebas.

4. Ingin memiliki uang sendiri, dan 5. Pengaruh teman. Selain itu, menurut Sri Sanituti (1999:5) empat faktor penyebab pokok seorang anak menjadi anak jalanan antara lain: 1. Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan di jalan. 2. Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu maupun orang tua dengan anak. 3. Suasana lingkungan yang kurang mendukung 4. diperoleh sebagai anak jalanan. 2. Model Alternatif Penanganan Anak Jalanan Alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 3 jenis model yaitu family base, institutional base dan multisystem base. 1. Family base, adalah model dengan memberdayaan keluarga anak jalanan melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal usaha, memberikan tambahan makanan, dan memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang keberfungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan peran aktif keluarga dalam membina dan menumbuh kembangkan anak jalanan. 2. Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui anak menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya. Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan

berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat. 3. Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan, masyarakat, para pemerhati anak ,akademisi, aparat penegak hukum serta instansi terkait lain.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian. Oleh karena itu dalam bab tiga ini akan diuraikan mengenai berbagai hal yang termasuk dalam metode penelitian. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 1997 :138). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap data tentang faktor penyebab seorang anak menjadi anak jalanan. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Dalam metode wawancara ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa anak jalanan untuk mendapatkan data mengenai penyebab seorang anak menjadi anak jalanan. Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman wawancara terlebih dahulu dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. Persiapan, meliputi menentukan tujuan; menentukan bentuk pertanyaan; menentukan responden; menentukan jumlah responden; menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara; dan mengadakan hubungan dengan responden. 2. Pelaksanaan, meliputi memilih pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi dan mengadakan wawancara. 3. Penutup, meliputi menyusun laporan wawancara; mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara dan mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu. PEDOMAN WAWANCARA Topik : Faktor penyebab banyaknya anak jalanan

Tujuan Nama Responden Waktu Pelaksanaan Tempat :

:Untuk mengetahui potret anak jalanan dan faktor penyebab keberadaannya : :

1. Apakah Anda masih sekolah? 2. Jika Anda masih sekolah, lantas apa yang Anda lakukan di jalanan? 3. Dalam semingggu, berapa kali Anda melakukan pekerjaan ini? 4. Kapan dan di mana Anda biasa melakukan pekerjaan ini? 5. Sejak kapan Anda melakukan pekerjaan ini? 6. Apakah Anda masih mempunyai keluarga? 7. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga Anda? 8. Apakah penghasilan dari pekerjaan ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari? 9. Bersama siapa Anda biasa melakukan pekerjaan di jalanan ini? 10. Apa yang membuat Anda bersedia melakukan pekerjaan ini? 11. Apa pendapat Anda tentang sekolah? 12. Menurut Anda apakah pekerjaan ini tidak mengganggu kegiatan belajar Anda? 13. Apakah Anda tidak takut menghadapi dunia di jalanan yang keras? 14. Permasalahan apa yang sering Anda hadapi saat Anda berada di jalanan? 15. Pernahkah Anda tertangkap razia petugas keamanan? 16. Apa yang Anda lakukan pada saat ada razia oleh petugas keamanan? 17. Apa yang dilakukan petugas keamanan kepada Anda jika Anda tertangkap razia? 18. 19. 20. Adakah kebahagiaan yang pernah Anda dapatkan sebagai anak jalanan? Apa harapan dan cita-cita Anda sebenarnya? Apa suka duka Anda saat menjadi anak jalanan? HASIL WAWANCARA

Topik

: Faktor penyebab banyaknya anak jalanan anak jalanan

Tujuan :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab banyaknya Nama Responden Waktu Pelaksanaan Tempat Jawaban: 1. Ya, saya masih sekolah kelas V SD. 2. Saya berada di jalanan untuk membantu ibu mencari uang dengan cara mengemis. 3. Hampir setiap hari saya ke tempat ini untuk bekerja, mulai siang sampai malam. 4. Saya berada di tempat ini setelah saya pulang sekolah sampai nanti malam. Saya biasanya mencari uang di depan Citra Land sini. 5. Saya melakukan pekerjaan ini sejak saya duduk di kelas IV SD. 6. Saya masih mempunyai keluarga, tapi ayah saya sudah tidak ada. Jadi saat ini saya tinggal bersama ibu dan adik saya. 7. Kondisi ekonomi keluarga saya masih kekurangan, makanya saya bekerja seperti ini. 8. Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan makan masih cukup, tapi jika untuk kebutuhan yang lain masih kurang. 9. Saya melakukan pekerjaan ini bersama ibu dan adik saya. 10. Saya mau melakukan pekerjaan ini karena kemauan saya sendiri untuk membantu perekonomian keluarga dan meringankan beban ibu. 11. Saya merasa sekolah itu tidak enak, lebih enak bermain dengan teman sambil mencari uang. 12. Saya tidak merasa terganggu dengan pekerjaan saya sebagai pengemis di sini. 13. Tidak, soalnya saya sudah biasa tinggal di jalanan seperti ini. Lagipula di sini temannya juga banyak. : Aji : 5 April 2009, pukul 17.30 WIB

: Citra Land

10

14. Paling permasalahan yang sering timbul adalah pada saat ada razia petugas keamanan. 15. Ya, saya pernah tertangkap razia. 16. Begitu saya tahu akan ada razia, saya langsung lari dan bersembunyi di tempat yang aman. 17. Saya pernah dipukul, diinjak dan dicubit oleh petugas keamanan. 18. Tidak ada, lebih enak tinggal di rumah bisa main dengan teman-teman dan tidak perlu dikejar-kejar sama petugas keamanan. 19. Tidak tahu, yang jelas saya ingin bermain di rumah dengan teman-teman. 20. Sukanya pada saat dapat uang banyak, kalau dukanya pada saat ditangkap petugas keamanan.

11

HASIL WAWANCARA Topik : Faktor penyebab banyaknya anak jalanan anak jalanan Nama Responden Waktu Pelaksanaan Tempat : Lia : 5 April 2009, pukul 17.30 WIB

Tujuan :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab banyaknya

: Citra Land

1. Ya, saya masih sekolah kelas II SD. 2. Saya berada di jalanan untuk membantu orang tua mencari uang dengan mengemis kepada orang-orang yang sedang lewat di sini. 3. Saya bekerja di sini hampir setiap hari. 4. Saya biasa mengemis di Citra Land tapi terkadang juga di tempat lain, mulai dari jam 11 siang (sepulang sekolah) sampai jam 9 malam. 5. Saya bekerja mulai dari kelas II SD hingga sekarang. 6. Saya hanya mempunyai ibu dan kakak, ayah saya sudah meninggal dua tahun yang lalu. 7. Perekonomian keluarga saya masih kekurangan. 8. Cukup tidak cukup, kalau hanya untuk makan sehari-hari masih cukup tapi kalau untuk yang lain masih kekurangan. 9. Saya diajak bekerja seperti ini oleh ibu saya. Jadi saya ya hanya ikut-ikutan saja. 10. Saya mau melakukan pekerjaan ini karena disuruh ibu saya, jadi saya ikuti saja perintah ibu. Tapi jika disuruh memilih di rumah atau di jalanan seperti ini, saya lebih suka di rumah karena saya bisa belajar. 11. Saya senang sekali bersekolah. Sekolah bisa membuat saya pintar. 12. Terkadang saya merasa terganggu dengan pekerjaan saya ini, karena saya tidak bisa belajar. 13. Awalnya sich takut tapi sekarang sudah tidak terlalu takut, soalnya banyak teman-teman yang lain.

12

14. Permasalahan yang pernah saya alami selama saya berada di jalan adalah bertengkar dengan teman lain dan pada saat ada razia oleh petugas keamanan. 15. Ya, saya pernah tertangkap razia? 16. Jika saya melihat ada petugas keamanan yang akan melakukan razia, saya langsung lari dan bersembunyi di tempat yang aman. 17. Jika saya tertangkap saya dibawa ke posko dan di sana saya ditanya, diintrogasi dan terkadang juga dicubit hingga saya hannya bisa menangis. 18. Tidak ada, lebih enak berada di rumah karena bisa belajar. 19. Harapannya ingin hidupnya lebih layak dan bisa belajar. Kalau cita-citanya ingin menjadi seorang guru. 20. Sukanya ya pada saat mendapat uang banyak, kalau dukanya saat ada razia dan saat tidak bisa menikmati hidup seperti orang lain.

13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap dua orang anak jalanan, dapat diperoleh hasil laporan penelitian mengenai kehidupan seorang anak jalanan. Meskipun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu instrumen pengumpulan data yaitu wawancara, akan tetapi pada saat melakukan teknik wawancara ini peneliti juga ikut mengamati atau observasi langsung dengan mereka (subjek). Dari dua sampel penelitian yang penulis ambil, dapat dilihat kondisi yang hampir sama antara keduanya. Jika dilihat dari jawaban kedua sampel tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab yang menjadikan mereka menjadi anak jalanan seperti itu adalah karena faktor ekonomi. Selain itu, permasalahan yang seringkali anak jalanan ini alami adalah pada saat mereka harus kejar-kejaran dengan petugas keamanan yang sedang melakukan razia. Sedangkan, jika ditinjau dari tingkat motivasi belajar antara kedua sampel memamg sedikit berbeda. Sampel pertama menunjukkan bahwa motivasi belajarnya masih kurang jika dibandingkan dengan sampel yang kedua. Akan tetapi jika saja mereka diberi kesempatan untuk belajar mereka pasti akan dapat memperbaiki kehidupannya agar menjadi lebih baik. Dari beberapa pertanyaan yang penulis ajukan, kedua sampel mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak ingin menjalani kehidupan seperti sekarang ini yaitu sebagai anak jalanan. Mereka ingin bersekolah, bermain bersama temantemannya, dan menikmati masa kecilnya dengan penuh keceriaan. Akan tetapi hal itu hanyalah sebatas mimpi dan angan-angan mereka, karena kondisi keadaanlah yang mengharuskan mereka untuk bekerja membantu orang tua di jalanan. B. Pembahasan

14

Dari deskripsi hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa dari beberapa faktor penyebab munculnya anak-anak jalanan, faktor dominan yang biasa mempengaruhinya adalah faktor kondisi sosial ekonomi. Kesulitan ekonomi yang dialami oleh keluarga anak jalanan, menempatkan kedudukan seorang anak dalam keluarga tersebut untuk membantu mencari uang. Keterbatasan ketrampilan seorang anak inilah yang menjadikan mereka bekerja sebagai pengemis misalnya. Padahal perlu disadari bahwa dengan turunnya anak ke jalanan dapat menjadikan mereka kehilangan haknya sebagai anak, menjadikan anak bersikap seenaknya sendiri, hilangnya etos kerja dan kreatifitas anak atau bahkan dapat meningkatkan masyarakat yang berbudaya kriminal. Dalam mengatasi permasalahan

anak jalanan ini, pemerintah telah berupaya mengambil tindakan tegas yaitu dengan melakukan razia atau penertiban anak-anak jalanan. Meskipun sebagian besar anak jalanan sudah pernah tertangkap, tapi mereka tidak pernah jera dan tetap saja melakukan pekerjaan di jalanan. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan semua pihak dalam memecahkan permasalahan anak jalanan ini. Semakin bertambahnya jumlah anak jalanan di Semarang khususnya, menimbulkan permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya. Tindakan penanganan terhadap anak jalanan ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Contoh bentuk tindakan penanganan dari pemerintah misalnya: 1. Mengarahkan rencana strategi pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan terbaik bagi anak, 2. Mengalokasikan anggaran daerah untuk kegiatan penanggulangan anak jalanan,

15

3. Melakukan sosialisasi berupa penyadaran tentang dampak negatif dari keberadaan anak di jalan pada masyrakat, orang tua anak jalanan serta pada anak jalanan itu sendiri. 4. Melakukan pengawasan dan pengarahan terhadap anak jalanan agar tidak turun ke jalan, dan orang tuanya agar tidak menyuruh anaknya turun ke jalan. Sedangkan contoh bentuk tindakan penanganan yang dapat dilakukan oleh masyarakat misalnya: 1. Tidak memberikan uang atau bantuan apapun secara langsung di jalan pada anak jalanan, karena hal ini dapat menjadi daya Tarik bagi orang tua maupun anak jalanan itu sendiri. 2. Menyalurkan bantuan melalui lembaga yang menangani anak jalanan. 3. Memberikan pekerjaan pada anak jalanan yang sudah siap kerja dan telah mendapat pembinaan dari Lembaga Rehabilitasi Anak Jalanan. 4. Melaporkan kepada instansi pemerintah atau lembaga yang menangani anak jalanan jika melihat orang tua yang menyuruh anaknya turun ke jalan.

16

BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, anak jalanan adalah anak yang berusia 5 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat tempat umum. Munculnya anak jalanan disebabkan adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan ekonomi, ketidakharmonisan keluarga, suasana lingkungan yang kurang mendukung, dan rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri. Permasalahan anak jalanan ini dapat ditanggulangi dengan 3 jenis model yaitu family base, institutional base dan multi-system base. Tindakan penanganan permasalahan anak jalanan ini dapat dilakukan melaui kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat.

B. Rekomendasi Berbagai pihak perlu melaksanakan program integratif yang diarahkan tidak saja bagi anak jalanan, tetapi juga keluarga dan lingkungan di mana mereka tinggal. Bagi anak jalanan, mereka perlu dilibatkan dalam program pendidikan khusus yang dapat membuka wawasan mereka mengenai masa depan. Bagi keluarga, terutama orang tua, perlu diberikan penyuluhan yang dapat meluruskan persepsi mereka mengenai kedudukan anak di dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat. Di samping itu program pengembangan sentra ekonomi di daerah asal mereka perlu dikembangkan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak

17

memposisikan kota sebagai satu-satunya tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001. Arief, Armai, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002. Harjasaputra. 2007. Masalah Anak Jalanan. http://harjasaputra.wordpress.com diunduh 5 April 2009. http://www.dinsos.pemda-diy.go.id. 2006. Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial diunduh 5 April 2009. Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan, Jakarta : Erlangga.

18

You might also like