You are on page 1of 6

ANALISIS KONSEPTUAL PENILAIAN KINERJA DAN PENILAIAN OTENTIK

Oleh Jul Hasratman, S.Si.

TUGAS MATA KULIAH PENILAIAN OTENTIK DALAM BIDANG SAINS Dr.rer.nat.Rayandra Asyhar, M.Si. Dr. Syamsurizal, M.Si. Dr. Risnita, M.Pd.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI JAMBI, 2012
1

ANALISIS KONSEPTUAL PENILAIAN KINERJA DAN PENILAIAN OTENTIK

Ada banyak literatur pendidikan dan penelitian pendidikan yang menyebutkan istilah penilaian kinerja dan penilaian otentik. Masing-masng memiliki pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat setiap peneliti. Penilaian kinerja dan penilaian otentik saat ini tengah menjadi trending topic di dalam dunia kependidikan terutama dalam melakukan kegiatan penilaian hasil belajar peserta belajar. Dengan banyaknya perbedaan definisi yag diajukan para peneliti, salah satu permasalahan yang muncul adalah tidak semua guru/dosen atau para pendatang peneliti pendidikan memahami konsep dan pelaksanaannya dengan baik. Beberapa di antara mereka mengalami kebingungan dan simpang-siur dalam memaknai penilaian kinerja dan penilaian otentik. Apabila sebuah konsep belum terpahami, bagaimana mungkin seorang pengajar yag sekaligus berstatus sebagai penilai mampu mempergunakan penilaian kinerja dan penilaian otentik untuk keperluan praktis pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya? Hal inilah yang melatar belakangi peneliti dari Sedia yang bernama Torulf Palm menulis sebuah artikel jurnal yang berjudul: Analisis Konseptual dari Literatur Tentang Penilaian Kinerja dan Penilaian Otentik. Tujuan penulisan artikel tersebut bukan untuk menambah makna baru tentang penilaian kinerja dan penilaian otentik, bukan pula mendukung salah satu dari sekian banyaknya definisi yang diajukan peneliti melainkan memberikan penekanan dalam hal analisis berbagai macam pemaknaan tentang kedua penilaian tersebut serta mencoba mengklarifikasi kesamaan dari berbagai macam definisi tersebut.

Hakikat Penilaian Kinerja dan Karakteristiknya Telah banyak literatur yang memberikan berbagai macam pengertian tentang penilaian kinerja, sangat banyak, dan berasal dari berbagai macam referensi. Penilaian kinerja sebagaimana disebutkan bahwa ia adalah bentuk penilaian yang tidak sekadar soal pilihan bergada melainkan lebih dari itu. Penilaian kinerja lebih menekankan pada hasil yang akurat, dimana nilai yang diamati tidak akan jauh menyimpang dari kondisi aktual kemampuan peserta belajar yang sesungguhnya. Penilaian kinerja juga dapat menciptakan suasana yang bagus di dalam proses pembelajaran dan mampu menumbuhkan sikap positif dari peserta belajar. Sehubungan dengan permasalahan pemaknaan penilaian kinerja, ditemukan adanya gap antara karakteristik dan pemberian definisi dari berbagai literatur, meskipun gap ini hanya tampak secara eksplisit.

Jika penilaian kinerja dideskripsikan sehubungan dengan karakteristiknya, meliputi sifat-sifat penilaian tertentu dimana deskripsi itu merupakan proses kognitif peserta belajar sebagaimana yang diharapkan. Contoh-contoh frasa yang digunakan di dalam penilaian kinerja meliputi aspek berpikir tingkat tinggi, kemampuan komunikasi, aplikasi dunia nyata, tugas-tugas pembelajaran yang bermakna (meaningful task), komitmen waktu dan upaya yang sungguh-sungguh dari peserta belajar, serta pertimbangan yang bersifat kualitatif di dalam memutuskan nilai hasil belajar. Pada sebagian besar kasus di lapangan, karakteristik itu merumuskan tujuan-tujuan dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari adanya penilaian kinerja, ditemukan bahwa karakteristik tidak memberikan batasan-batasan yang jelas. Sebagian besar definisi yang diberikan bahwasanya penilaian kinerja dapat dipandang sebagai response-centered (RC) atau sebagai simulation-centered (SC). RC menekankan pada bentuk respon peserta di dalam melaksanakan penilaian sementara SC menekankan pada kinerja peserta belajar yang terobservasi oleh penilai. SC biasanya lebih praktikal karena membutuhkan kinerja nyata/langsung dari peserta belajar yang tidak sebatas ters tertulis saja. Menurut Nitko, di dalam melaksanakan penilaian kinerja, wajib memiliki dua hal: Pertama. Ada tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta belajar. Tugas-tugas ini memberikan kesempatan besar kepada peserta belajar untuk menunjukkan kinerjanya secara menyeluruh. Dengan demikian, penilaian kinerja tidak memiliki batas waktu singkat sebagaimaa tes tertulis yang sangat membatasi peserta untuk menunjukkan kinerja sesungguhnya secara menyeluruh. Kedua. Rubrik yang digunakan untuk mengukur kualitas kerja dari tugas-tugas tersebut. Rubrik yang digunakan harus memuat dua hal yakni: kategori kinerja dan tingkat kinerja. Yang dimaksud dengan kategori kinerja adalah aspek-aspek kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta belajar sementara tingkat kinerja adalah gambaran sederhana untuk mengukur di tingkat mana atau sejauh mana aspek kemampuan itu berhasil diraih siswa selama atau setelah proses pembelajaran. Penilaian kinerja terdiri atas banyak tipe antara lain: tugas-tugas tertulis yang terstruktur dan tugas-tugas yang memerlukan peralatan dan berbagai sumber (melebihi sekadar tertulis), tugas-tugas khusus yang secara alami diadakan (tanpa memberitahu peserta), proyek jangka panjang, portofolio, demonstrasi, eksperimen/praktikum, presentasi oral, dan simulasi.

Hakikat Penilaian Otentik Penilaian otentik adalah sebagai bentuk penilaian yang nyata, benar-benar adanya, dan semua orang mengatakan membenarkannya. Penilaian otentik dewasa ini banyak dibicarakan di dunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, atau bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam kegiatan menilai hasil belajar pembelajar. Ada dua isu utama yang perlu diperhatikan di dalam memaknai penilaian otentik yakni: sesuatu yang diduga sebagai nyata dan sesuatu yang diduga sebagai nyata terhadap sesuatu untuk dilakukan atau diwujudkan. Pada isu yang terakhir ini, ada tiga cara pandang (perspektif) dalam memaknainya lebih lanjut: Pertama. Perspektif kehidupan tidak sebatas sekolah. Cara pandang ini, penilaian otentik dipandang sebagai penilaian yang menekankan pada proses kognitif peserta belajar untuk mempersiapkan mereka di dalam dunia nyata atau di dalam bentuk kedewasaan sempurna. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus benar-benar mencirikan sebagai tugas-tugas yang akan mereka lakukan setelah lulus sekolah, sehingga kinerja yang mereka miliki berbentuk konkrit dan aplikatif. Kedua. Perspektif praktik kelas dan kurikulum. Di dalam perspektif ini, penilaian otentik dipandang sebagai suatu penilaian yang menyelaraskan antara praktik penilaian di dalam kelas dengan ketetapan berdasarkan kurikulum yang telah baku. Standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan oleh kurikulum harus dipatuhi oleh pengajar di dalam melakukan penilaian. Ketiga. Perspektif Pembelajaran dan Instruksi. Cara pandang ini memberikan pemaknaan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang mendasarkan pada sebuah gagasan dimana tujuan penilaian yang penting adalah pembelajaran itu sendiri. Suatu penilaian dikatakan otentik apabila penilaian tersebut efektif terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan atau efektif di dalam mengarahkan proses instruksi menjadi lebih baik. Perspektif ini menekankan bahwa penilaian tidak dipandang sebagai interupsi, persoalan benar atau salah, gagal atau lulus, tetapi lebih dipandang sebagai sarana untuk melakukan perbaikan atau peningkatan (improvement). Sedangkan bila dikaitkan dengan isu yang pertama di atas, sesuatu yang diduga sebagai suatu yang nyata, maka ada tiga fokus atau penekanan di dalam penilaian otentik yakni: Pertama. Penekanan pada proses dan produk (hasil). Penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan di dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Sejak pertama kali pengajar

bertemu dengan para peserta belajar, hendaknya penilaian sudah mulai dilakukan hingga penilaian itu ditutup pada pertemuan terakhir. Amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran. Penekanan pada proses dan produk dapat dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik sebagaimana telah diuraikan di atas. Kedua. Penekanan pada kondisi. Penilaian otentik juga ramah terhadap kondisi kelas. Penilaian yang dilakukan harus selaras dan sesuai dengan situasi di dalam kelas secara nyata. Penekanan kondisi juga dikombinasikan terhadap tiga perspektif penilaian otentik. Latar belakang agama, suku, ras, budaya, dan latar belakang sosial lain harus menjadi pertimbangan yang kuat dari seorang pengajar (penilai) untuk membuat proses penilaian dan merumuskan keputusan-keputusan. Ketiga. Penekanan pada konteks figuratif. Penilaian otentik menekankan suatu konteks yang bersifat lambang atau kiasan. Yang dimaksud dengan lambang atau kiasan adalah dimana penilaian otentik ditekankan sebagai prototipe permasalahan dunia nyata yang dibawa ke dalam kelas. Kejadian-kejadian besar di luar sekolah yang memberikan aspke-aspek penting dapat di-capture oleh seorang pengajar di dalam melakukan proses penilaian pembelajaran. Penerapan penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Diane Hart ada berbagai kelebihan penggunaan penilaian otentik, yaitu: 1) Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya; 2) Penilaian otentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik; 3) Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa; 4) Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang; 5) Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa untuk mengajar; 6) Pengajar memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program. Masih menurut Diane Hart, penilaian otentik juga mampu unggul dalam: 7) menyediakan informasi yang berharga kepada pengajar pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi; 8) orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari persentil abstrak, perangkingan, dan pengukuran lain tes standar; 9) Penilaian otentik baru untuk kebanyakan siswa, 10) Peran guru juga berubah; 11) Siswa dapat memulai sesuatu yang berbaik skala kecil dan dari awal. Semua bentuk penilaian yang baik selalu diawali dengan kejelasan standar yang dinyatakan, fokusnya adalah pengetahuan apa yang seharusnya siswa ketahui dan aktivitas apa yang harus dapat siswa kerjakan. Lebih dari itu, nilai-nilai apa yang sesungguhnya harus siswa
5

miliki. Contoh penilaian otentik, meliputi: Penampilan keterampilan siswa atau mendemonstrasikan bagaimana siswa menerapkan ilmu pengetahuan, melakukan simulasi atau bermain peran, rekaman portofolio atau item strategis yang terpilih, paparan atau kompetensi yang dapat siswa tunjukkan, dan sebagainya. Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada desain pembelajaran. Menguasai pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata.

Disampaikan dalam perkuliahan PENILAIAN OTENTIK DALAM BIDANG SAINS PPs Universitas Jambi, diampu oleh Dr. Risnita, M.Pd., Dr. H. Rayandra Asyhar, M.Si., dan Dr. Syamsurizal, M.Si.

You might also like