You are on page 1of 16

Bab II Sejarah Perkembangan Islam

2.1 Perkembangan Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW A. Rasulullah di Mekkah Berkembangnya agama Islam di dunia tidak terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam di Mekkah dan Madinah. Nabi Muhammad dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal, tahun gajah, kira-kira 571 masehi. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu kelahiran beliau, ada seorang gubernur dari kerajan Nasrani Abisinia yang memerintah di Yaman bermaksud menghancurkan Kabah dengan bala tentaranya yang mengendarai Gajah. Belum tercapai tujuannya tentara tersebut, Allah telah menghancurkan mereka dengan mengirimkan burung Ababil. Karena pasukan itu menggunakan Gajah, maka tahun tersebut dinamakan tahun Gajah.

Penyiaran Islam secara Sembunyi-sembunyi Pada tanggal 17 Ramadhan, Rasulullah menerima wahyu pertama kali yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Pada saat itu pula Nabi dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah SWT untuk menyampaikan ajarannya. Tidak lama kemudian wahyu yang kedua (Qs. Al-Mudatstsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru umat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang masuk Islam ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang dijadikan anak angkat). Setelah itu Abu Bakar (sahabat karib Nabi). Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar banyak orang-orang yang masuk Islam.

Penyiaran Islam secara Terang-terangan Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat Al-Hijr:94 yang memerintahkan agar Rasulullah berdakwa secara terang terangan. Pertama kali seruan ini beliau tujukan pada kerabatnya, kemudian penduduk Mekkah baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Demikianlah perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan para

sahabat untuk meyakinkan masyarakat Mekkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah SWT, akan tetapi kebanyakan orang-orang kafir Qurais di Mekkah menentang ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut. Dengan adanya dakwah Nabi secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Mekkah, maka banyak penduduk Mekkah yang mengetahui isi dan kandungan Al-Quran yang sangat hebat, memiliki bahasa yang terang serta menarik. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Dengan usaha yang serius pengikut Nabi SAW bertambah sehingga pemimpin kafir Quraisy tidak suka. Mereka berusaha keras untuk menghalangi dakwah Nabi dengan melakukan penyiksaanpenyiksaan terhadap orang mukmin. Banyak hal yang dilakukan para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi. Pada mulanya mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib. Mereka mengancam dan menyuruh Abu Thalib untuk memilih dengan menyuruh Nabi berhenti berdakwa atau menyerahkannya pada orang kafir Quraisy. Karena caracara diplomatik dan bujuk rayu gagal dilakukan, akhirnya para pemimpin Quraisy melakukan tindakan fisik yang sebelumnya memang sudah dilakukan namun semakin ditingkatkan. Apabila orang Quraisy tahu bahwa dilingkungannya ada yang masuk Islam, maka mereka melakukan tindakan kekerasan semakin intensif lagi. Mereka menyuruh orang yang masuk Islam meskipun anggota keluarga sendiri atau hamba sahaya untuk disiksa supaya kembali kepada agama sebelumnya. Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk Mekkah terhadap kaum muslimin mendorong Nabi SAW untuk mengungsikan sahabatsahabatnya keluar Mekkah. Sehingga pada tahun ke-5 kerasulan Nabi Muhammad SAW menetapkan Habsyah (Etiophia) sebagai negeri tempat untuk mengungsi, karena raja pada saat itu sangat adil. Namun kafir Quraisy tidak terima dengan perlakuan tersebut, mereka berusaha menghalangi hijrah ke Habsyah dengan membujuk raja Habsyah agar tidak menerima kaum muslimin, namun gagal. Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu dua orang Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah dan Umar bin khattab sehingga memperkuat posisi umat Islam. Hal ini memperkeras reaksi kaum Quraisy. Mereka menyusun strategi baru untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad SAW yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Persetujuan dilakukan dan ditulis dalam bentuk piagam dan disimpan dalam Kabah. Akibatnya Bani Hasyim mengalami kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan

yang tiada bandingnya. Hal ini terjadi pada tahun ke 7 kerasulan dan berlangsung selama 3 tahun yang merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam. Pemboikotan ini berhenti setelah para pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang keterlaluan. Namun selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia, tiga hari kemudian istri Rasulullah, Siti Khodijah pun wafat. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi (Amul Huzni). Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segansegan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi berusaha menyebarkan Islam keluar kota, namun Nabi malah diejek, dihina bahkan dilempari batu hingga terluka. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun ke-10 kerasulan, Allah mengisramirajkannya. Berita ini sangat menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir hal itu dijadikan sebagai propaganda untuk mendustakan Nabi, namun bagi umat Islam itu merupakan ujian keimanan. Setelah peristiwa ini dakwah Islam menemui kemajuan, sejumlah penduduk Yastrib datang ke Makkah untuk berhaji, mereka terdiri dari suku Khozroj dan Aus yang masuk Islam dalam tiga golongan : 1.Pada tahun ke-10 kerasulan. Hal ini berawal dari pertikaian antara suku Aus dan Khozroj, dimana mereka mendambakan suatu perdamaian. 2.Pada tahun ke-12 kerasulan. Delegasi Yastrib (10 orang suku Khozroj, 2 orang Aus serta seorang wanita) menemui Nabi disebuah tempat yang bernama Aqabah dan melakukan ikrar kesetiaan yang dinamakan perjanjian Aqabah pertama. Mereka kemudian berdakwah dengan ini ditemani seorang utusan Nabi yaitu Musab bin Umar. 3.Pada musim haji berikutnya. Jamaah haji Yastrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yastrib mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yastrib, mereka berjanji untuk membela Nabi, perjanjian ini kemudian dinamakan Perjanjian Baiah Aqabah II. Setelah mengetahui perjanjian tersebut, orang kafir Quraisy melakukan tekanan dan intimidasi secara lebih gila lagi terhadap kaum muslimin. Karena hal inilah, akhirnya Nabi memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yastrib. Dalam waktu dua bulan, 150 orang mukmin telah meninggalkan kota Mekkah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap bersama Nabi, akhirnya ia pun hijrah ke Yastrib bersama mereka karena kafir Quraisy sudah merencanakan pembunuhan terhadap Nabi SAW. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang menyebabkan orang-orang kafir Quraisy berusaha menghalangi dakwah Islam, pertama, orang kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara keNabian dan kekuasaan. Mereka menganggap bahwa tunduk pada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan bani Abdul Muthalib. Kedua, Nabi Muhammad SAW

menyerukan persamaan antara bangsawan dan hamba sahaya. Ketiga, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima adanya hari kebangkitan kembali dan hari pembalasan di akhirat. Keempat, Percaya pada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab. Kelima, Pemahat dan penjual patung menganggap Islam sebagai penghalang rezeki mereka. B. Rasulullah di Madinah Ketika Rasulullah tiba di Madinah, belau disambut dengan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut. Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah. Sehingga disamping sebagai kepala/pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan/Negara Islam. Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim berbondong-bondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah: 1.Mendirikan Masjid Setelah agama Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama masjid Baitullah. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan, mengadili perkara dan lain sebagainya. 2.Mempersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajirin Orang-orang Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.

3.Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim Setelah Nabi resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi kebebasan beragama terjamin buat semua orangorang di Madinah. 4.Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru Dengan terbetuknya masyarakat baru Islam di Madinah, orang-orang kafir Quraisy bertambah marah, maka terjadi peperangan yang pertama yaitu perang Badar pada tanggal 8 Ramadhan, tahun 2 H. Kemudian disusul dengan perang yang lain yaitu perang Uhud, Zabit dan masih banyak lagi. Pada tahun 9 H dan 10 H (630632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi serta menganut agama Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, larangan untuk menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, para petugas keamanan dan para dai dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain. Lalu 2 bulan kemudian Nabi jatuh sakit, kemudian ia meninggal pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H atau 8 Juni 632 M (Yatim,1998:27-33). Dengan terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Mekkah risau, begitu juga dengan musuhmusuh Islam. Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai organisasi di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy. Namun berkat keteguhan dan kesatuan umat Islam, mereka dapat mengatasinya.

2.2 Perkembangan Islam di Masa Abu Bakar As-Siddiq Setelah wafatnya Rasulullah, Abu Bakar As-Siddik ditunjuk sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintah. 1)Menjadi Khalifah Pertama Semasa Rasulullah SAW sedang sakit, beliau mengarahkan supaya Abu Bakar mengimamkan solat orang Islam. Selepas kewafatan Nabi Muhammad SAW, sebuah majelis yang dihadiri oleh golongan Ansar dan Muhajirin. Hasil dari perundingan itu ialah Abu Bakar dilantik dan menjadi khalifah pertama umat Islam. Perlantikan Abu Bakar mendapat tentangan daripada beberapa orang yang ingin melantik Ali Abi Thalib sebagai khalifah karena Ali merupakan menantu dan anak saudara Rasulullah SAW. 2)Ekspedisi ke Utara Abu Bakar mulai mengirim panglima-panglima perang Islam ke utara untuk memerangi Byzantine (Roma Timur) dan Empire Parsi. Khalid Al-Walid berjaya menawan Iraq dalam hanya satu perseteruan. Beliau juga menempuh kejayaan dalam beberapa ekspedisi ke Syria. 3)Pengumpulan Al-Quran Menurut ahli sejarah Islam, selepas Perang Riddah mulai banyak orang yang mahir menghafal Al Quran terbunuh. Umar bin Khattab meminta Abu Bakar untuk mulai menjalankan aktvititas pengumpulan semua ayat-ayat Al Quran. Saidina Usman bin Affan kemudiannya melengkapkan aktivititas pengumpulan Al Quran semasa beliau menjadi khalifah. 4)Kewafatan Saidina Abu Bakar As-Siddiq Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 634 di Madinah yaitu dua tahun setelah menjadi khalifah. Ada dua pendapat mengenai sebab kematian Abu Bakar. Ada yang mengatakan disebabkan keracunan dan ada pula yang mengatakan Abu Bakar meninggal dunia secara biasa. Sebelum kewafatannya, Abu Bakar maminta kepada masyarakat supaya mereka menerima Umar bin Khattab sebagai khalifah yang baru. Abu Bakar dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. di Masjid Nabawi yang terletak di Madinah. Abu Bakar walaupun hanya memerintah selama dua tahun (632-634), tetapi beliau banyak menyumbang terhadap perkembangan Islam. Beliau berjaya menumpaskan golongan Riddah yang murtad dan ada diantaranya mengaku sebagai nabi. Beliau juga mula mengumpulkan ayat-ayat Al Quran dan beliau juga berjaya meluaskan pengaruh Islam.

Kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasululllah, bersifat sentral, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hokum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah.

2.3 Perkembangan Islam di Masa Umar bin Khattab Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dibawah kepemimpinannya islam berhasil memperluas wilayah kekuasaannya mulai dari Mesopotamia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, Armenia, serta sebagian wilayah Persia. Penakhlukan wilayah-wilayah tersebut selalu diikuti persebaran agama islam. Seringkali kaum islam dalam perang penaklukan wilayah-wilayah tersebut mengalami ketidak seimbangan angkatan perang. Misalnya pada pertempuran Yarmuk (636 M) pasukan muslim dengan jumlah pasukan 20 ribu orang berhasil menang melawan pasukan Romawi yang berjumlah 70 ribu orang. Perkembangan islam pada masa Umar bin Khattab tidak hanya itu. Secara fisik, Umar adalah orang pertama yang memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah serta Masjid Nabawi di Madinah. Khalifah Umar juga gencar melakukan pembangunan masjid di setiap desa-desa di wilayah kekuasaan Islam serta membangun banyak madrasah sebagai sarana pendidikan formal. Kota-kota yang mengalami perkembangan pesat antara lain Bashrah dan Kufah. Khalifah Umar juga berhasil membangun banyak fasilitas umum mulai dari kantorkantor pemerintahan, markas-markas militer, perumahan sipil, jalan, jembatan dan yang paling vital adalah sistem irigasi untuk pertanian, air minum, dan juga transportasi alternatif. Pada 17 H, Umar memerintahkan langsung untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak di Madinah demi perbaikan penunjang ibadah haji, membangun tempat-tempat berteduh antara Mekkah dan Madinah, membersihkan sumur yang tersumbat serta penggalian sumur baru sebagai sumber air. Di bidang kesehatan, umar melakukan pembangunan banyak rumah sakit serta klinikklinik, bahkan juga sarana kesehatan hewan. Dalam bidang administrasi kenegaraan, Khalifah Umar berhasil meletakkan dasar undang-undang. Ia adalah khalifah pertama yang memisahkan kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif.. Khalifah umar juga melakukan perbaikan sistem

hukum dengan membuat peraturan-peraturan baru serta membangun beberapa penjara. Meski demikian, Umar tetap menegakkan hukum dengan bijaksana, penuh hikmah dan kelembutan hati.

2.4 Perkembangan Islam di Masa Usman bin Affan Khalifah Usman Ibnu Afan lahir pada tahun 573 Masehi. Sebelum masuk islam beliau dipanggil Abu Amr, dan beliau menikahi putri Nabi Saw yaitu Ruqayah dan Ummi Kulsum dan mendapat gelar Dzunnurain. Ayahnya bernama Affan dan Ibunya Arwa. Khalifah Usman Ibnu Affan masuk Islam atas ajakan Khalifah Abu Bakar. Beliau termasuk orang yang cerdas dan jujur dan kemudian beliau menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh di Jazirah Arabia. Khalifah Usman Ibnu Affan adalah khalifah ketiga setelah Khalifah Umar Ibnu Khattab. Khalifah Usman Ibnu Affan di angkat menjadi khalifah berdasarkan pemilihan umum, dan beliau menjadi khalifah selama 12 tahun.

Kemudian perkembangan Islam masa Khalifah Usman Ibnu Affan Yaitu diantaranya : 1. Membangun Masjid Nabawi di Madinah Khalifah Usman Ibnu Affan membangun,membongkar dan merenovasi dengan ukuran yang lebih luas pada Masjid Madinah, bentuk dan corak bangunannya di perindah, tiang-tiangnya dibuat dari beton dan bagian dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah.

2. Usaha Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an Usaha pengumpulan Al-Qur'an merupakan kelanjutan dari usaha sebelumnya, terutama pada khalifah pertama dan kedua. Pada tahun 26 Hijriah Khalifah Usman Ibnu Affan mengonsentrasikan pada upaya penulisan Al-Qur'an dengan membentuk panitia penulisan dan pembukuan Al-Qur'an yang diketuai oleh Zaid Ibnu Tsabit. Seperti diketahui bahwa Zaid Ibnu Tsabit adalah salah seorang sahabat Nabi Saw. Yang dipercayai sebagai sekretaris Nabi Saw, untuk mencatat semua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Selain itu, ia juga termasuk seorang sahabat yang hafal Al-Qur'an. Sementara Abdullah Ibnu Zubair, Sa'ad Ibnu Abi Waqqash dan Abdurrahman Ibnu Auf serta Harits Ibnu Hisyam ditunjuk sebagai anggota. Mereka diminta untuk menyalin Al-Qur'an yang terdapat di beberapa tempat, seperti di lembar pelepah kurma, bebatuan, kulit dan tulang untuk di

bukukan menjadi sebuah mushaf. Al-Qur'an yang dibukukan dan ditulis ini kemudian dikenal dengan sebutan Mushaf. Mushaf yang ditulis sebanyak 5 buah, 4 buah diantaranya dikirim ke masing-masing wilayah Islam untuk pedoman bacaan yang benar. Sedangkan sebuah lagi disimpan di Madinah untuk Khalifah Usman Ibnu Affan Sendiri. Mushaf itu yang kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Al-Imam atau Mushaf Usmani.

3. Pembentukan Angkatan Laut Pada masa Khalifah Usman Ibnu Affan, daerah Islam telah sampai ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstantinopel. Daerah-daerah ini banyak dikelilingi lautan. Karena itu, Muawiyah Ibnu Abi Sufyan yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Syria memberikan usul kepada Khalifah untuk membentuk armada Laut. Mengingat pentingnya transportasi laut, maka usulan itu di setujui oleh Khalifah Usman Ibnu Affan. Armada ini tidak hanya dijadikan sebagai sarana penting dalam pertahanan, tetapi juga sebagai alat transportasi untuk mengontrol wilayah kekuasaan Islam.

4. Perluasan Wilayah Islam Pada masa Khalifah Usman Ibnu Affan, penyebaran Islam telah sampai ke wilayah yang sangat luas, mulai dari Afrika hingga wilayah Asia tengah. 1. Perluasan ke Khurasan Khalifah Usman Ibnu Affan mengutus Sa'ad Ibnu 'Ash bersama Huzaifah Ibnu Yaman untuk memimpin pasukan Islam ke Khurasan. Di dalam rombongan pasukan ini ikut pula beberapa orang sahabat Nabi Saw yang lain. Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya Khurasan dapat dikuasainya. 2. Perluasan ke Armenia Khalifah Usman Ibnu Affan mengutus Salam Rabiah Al-Bahiy untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama dengan penduduk Armenia untuk menerima ajaran Islam. Namun begitu, ia juga banyak mendapat tantangan dari mereka yang tidak suka atas dakwah Islam yang dikembangkannya. Tetapi semua itu dapat diatasi dengan cara memerangi mereka hingga mereka menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Islam. 3. Perluasan Islam ke Afrika Utara (Tunisia)

Afrika utara sebelum kedatangan Islam merupakan satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Perlakuan para penjajah terhadap penduduk tidak menyenangkan, akhirnya mereka meminta bantuan kepada pemerintahan Islam di Madinah. Untuk itu Khalifah Usman Ibnu Affan mengirim Abdullah Ibnu Sa'ad untuk memimpin pasukan untuk menaklukan Afrika Utara dan mengusir Bangsa Romawi. Pasukan Islam mendapat simpati dan dukungan yang kuat dari masyarakat setempat, sehingga bangsa Romawi dapat dikalahkan. Dengan jatuhnya wilayah Afrika Utara, berarti wilayah itu berada dibawah kekuasaan Islam. 4. Penaklukan Ray dan Azerbeijan Pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab, masyarakat Azerbeijan selalu membayar pajak. Tetapi pada masa Khalifah Usman Ibnu Affan banyak diantara mereka yang menolak membayar pajak bahkan banyak diantara mereka yang membangkang dan memberontak terhadap pemerintahan Islam di Madinah. Akhirnya Khalifah Usman Ibnu Affan memerintahkan Walid Ibnu Uqbah yang kala itu menjadi gubernur Kufah untuk memberantas para perusuh tersebut. Walid Ibnu Uqbah mengerahkan 6000 pasukan untuk mengepung penduduk Azerbeijan dan 4000 pasukan ke Ray. Dengan kekuasaan ini akhirnya kedua wilayah pemberontak dapat dikuasai.

Khalifah Usman bin Affan wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

2.5 Perkembangan Islam di Masa Ali bin Abi Thalib Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah keempat setelah Khalifah Usman Ibnu Affan. Beliau lahir 32 tahun setelah kelahiran Rasulullah Saw. Dan beliaupun termasuk anak asuh Nabi Muhammad Saw. Khalifah Ali bin Abi Thalib boleh dibilang tangan kanan Nabi Muhammad Saw, ketika di Madinah. Proses pengangkatan beliau sebagai Khalifah mula-mula ditolak karena situasi yang banyak terjadi kerusuhan disana-sini. Dan karena waktu itu masyarakat butuh pemimpin Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menjadi. Pada tanggal 23 juni 656 Masehi, beliau resmi menjadi Khalifah. Meskipun banyak pergolakan yang terjadi pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, banyak hal yang dilakukannya dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan Ilmu Pengetahuan. 1. Perkembangan dalam Bidang Pemerintahan

Situasi umat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Umat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan. Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan keadaan mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali dalam mengatasi persoalan tersebut mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya : a. Mengganti Para Gubernur yang diangkat Khalifah Usman Ibnu Affan Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman bin Affan terpaksa diganti, karena banyak masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan Khalifah Ali bin Abi Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Usman bin Affan. Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada paruh kedua masa kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol terhadap para penguasa yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu disebabkan karena usianya yang sudah lanjut usia, dan para gubernur sudah tidak lagi banyak yang memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan mengembangkan Islam. Pemberontakan ini pada akhirnya membuat sengsara banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka terhadap mereka. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mencopot mereka. b. Menarik kembali tanah milik negara Pada masa pemerintahan Khalifah Usman banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang kemudian merongrong pemerintahan Khalifah Usman dan harta kekayaan negara. Oleh karena itu, ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah, ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikannya. Beliau berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Usman bin Affan kepada keluarganya untuk dijadikan milik negara.

Usaha itu bukan tidak mendapat tantangan. Khalifah Ali banyak mendapat perlawanan dari para penguasa dan kerabat mantan Khalifah Usman bin Affan. Semua tindakan Khalifah Ali bin Abi Thalib semata bertujuan untuk membersihkan praktek Kolusi, korupsi dan Nepotisme didalam pemerintahannya. Tapi menurut sebagian masyarakat situasi pada saat itu kurang tepat untuk melakukannya. Akhirnya Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib pun meninggal ditangan orang-orang yang tidak menyukainya. Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib bekerja keras sebagai Khalifah sampai akhir hayatnya, dan beliau menjadi orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad Saw.

2. Perkembangan di Bidang Politik Militer Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian, ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan. Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap dan sifat keberaniannya, baik dalam keadaan damai maupun saat kritis. Beliau amat tahu medan dan tipu daya musuh, telihat pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah Ibnu Abi Sufyan hanya untuk memperdaya. Khalifah Ali bin Abi Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para sahabatnya mendesak agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim" di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti kelemahan dalam sistem pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Usaha Khalifah Ali terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.

3. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa

Pada masa Khalifah Ali, wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadis sebagai sumber hukum Islam. Khalifah Ali menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokokpokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ). Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

4. Perkembangan di Bidang Pembangunan Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah. Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali dari berbagai rongrongan para pembangkang. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya. Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiyah Ibnu Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan Khalifah.

2.2. Perkembangan Islam di Indonesia

Indoensia merupakan negara yang multicultural dan memiliki latar belakang budaya yang beragam. Begitu pula dengan agama di Indonesia, sebelum agama Islam masuk ke Indonesia sebelumnya sudah ada beberapa agama atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia seperti agam Hindu dan Budha yang terlebih dahulu sudah memasuki Indonesia. Kedua agama ini merupakan agama yang kuat pengaruhnya di Indonesia terutama di kalangan kerajaankerajaan di Indonesia. Hindu dan Buddha juga banyak mempengaruhi budaya di Indonesia bahkan hingga kini. Namun setelah Islam masuk ke Indonesia, agama ini pun memberikan pengaruh yang kuat terhadap Indonesia dan saat ini agama Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh warga Indonesia. Menurut beberapa temuan di Indonesia dan menurut beberapa ahli ada yang mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan ada pula yang mengatakan pada abad ke 13. Islam masuk ke Indonesia bukan dengan cara paksaan melainkan dengan cara damai. Syarat masuk Islam pun mudah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir Allah. Agama Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari wilayah-wilayah Islam seperti Gujarat, Persia, Arab, dan sebagainya. Para pedagang ini singgah dan berdagang sambil meyebarkan agama Islam di Indonesia. Selain melalui jalur perdagangan, agama Islam juga disebarkan melalui budaya dan pendidikan. Para wali yang pada masanya menyebarkan agama Islam di Indonesia menggunakan budaya sebagai media untuk meyebarkan Islam seperti wayang, mainan anak-anak, dan sebagainya. Sedangkan pada jalur pendidikan banyak berdiri pesantren-pesantren sebagai tempat untuk mendidik anak-anak Indonesia pendidikan umum dan pendidikan Islam. Kekuasaan politik pun digunakan oleh para penyebar Islam di Indonesia sebagai media untuk memperluas pengaruh Islam di Indonesia seperti misalnya para pedagang Islam tersebut menikah dengan anak dari suatu kerajaan sehingga kerajaan tersebut menjadi kerajaan Islam. Islam pertama kali muncul ni wilayah Sumatera yaitu tepatnya di wilayah Aceh Utara. Bahkan kerajaan Islam pertama di Indonesia terletak di Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudera Pasai dengan rajanya yang pertama yaitu Sultan Malik AL-Saleh (1261-1297 M). Kerajaan ini pernah diserang oleh kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada tetapi dapat dihalau. Ini menunjukan bahwa kerajaan Samudera Pasai sangat kuat pada saat itu. Namun pada serangan yang diluncurkan oleh Portugis, kerajaan Samudera Pasai pun tunduk pada tahun

1521 dan diduduki oleh Portugis selama 3 tahun. Lalu berdirilah kerajaan Aceh, dan kerajaan Samudera Pasai pun diambil alih oleh kerajaan Aceh. Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636). Hingga kini Aceh merupakan wilayah yang sangat religious, bahkan Aceh mendapat julukan Serambi Mekah. Selain Aceh, wilayah Pulau Jawa juga mendapatkan pengaruh Islam yang cukup besar. Penyebaran Islam di pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang sering disebut Wali Sanga (Sembilan Wali). Para wali tersebut yaitu Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Muria, dan Sunan Kudus. Kerajaan Islam di Jawa yang paling besar adalah kerajaan Demak bahkan kerajaan ini mengganti undang-undang kerajaan majapahit dengan undang-undang Demak yang berlandaskan syariat Islam. Undang-undang ini menegaskan bahwa semua manusia sama drajatnya dan tidak dibedabedakan. Kerajaan lain yang juga sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa adalah kerajaan Mataram, Pajang, Banten, dan Cirebon. Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini. Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa (terutama para dai yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan kerajaan bercorak Islam yang paling berpengaruh di Maluku. Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku pun melakukan penyebaran agama Islam ke Irian Jaya. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi. Penyebaran agama Islam pun juga sampai di Pulau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Kerajaan yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sulawesi adalah kerajaan Gowa dan Tallo. Karena kedekatan kerajaan Gowa dengan kerajaan Ternate, kerajaan Gowa pun perlahan-lahan menjadi kerajaan Islam. Melalui seorang dai

bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa. Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Kerajaan Gowa-Tallo atau yang disebut sebagai kerajaan Makasar pun menjadi cikal bakal tumbuhnya pengaruh Islam di Sulawesi. Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanudin. Pulau Kalimantan pun tidak luput dari penyebaran Islam. Kalimantan merupakan wilayah yang memiliki kepercayaan yang cukup kuat, karena itu Islam hanya berkembang di beberapa wilayah saja di Kalimantan. Masuknya Islam di Kalimantan melalui Malaka, Jawa, dan Sulawesi (Makasar). Wilayah Kalimantan yang paling banyak mendapatkan pengaruh dari Islam adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Kerajaan Banjar merupakan salah satu kerajaan Islam di Kalimantan, bahkan kerajaan Kutai pun akhirnya menjadi kerajaan Islam.

Daftar Pustaka http://jamilkusuka.wordpress.com/2010/04/16/perkembangan-agama-islam-pada-masa-nabimuhammad-saw-sampai-masa-khulafaur-rasyidin/ http://majlas.yn.lt/Perkembangan%20Islam%20Masa%20Usman%20bin%20Afan http://halaqohdakwah.wordpress.com/2008/07/21/utsman-bin-affan-biografi-singkat-khalifah-ke3/ http://majlas.yn.lt/Perkembangan%20Islam%20Masa%20Khalifah%20Ali%20bin%20Abi%20T halib.html

You might also like