You are on page 1of 13

TUGAS MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

Wawasan Bimbingan dan Konseling

KELOMPOK 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. Vivin Mahat Putri 55747/2010 Aulia Zikri Rahman 16719/2010 Huma Magridoni Koling 18593/2010 Mira Handayani 55180/2010 Feni Zol Tri Yenda 04154/2008 Risa Mailisa 54745/2010

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Profesi Kependidikan ini. Selanjutnya, rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Profesi Kependidikan, yang telah membimbing kami selama perkuliahan berlangsung, dan seterusnya kepada teman teman seperjuangan dalam matakuliah Profesi Kependidikan. Penulis sangat menyadari sekali bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan Makalah ini kedepannya. Akhir kata penuli ucapkan terima kasih, mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 24 Juni 2012

(Penulis)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Materi yang dibahas pada pokok bahasan ini mencakup proses dan pentingnya wawasan bimbingan dan konseling dikuasai oleh guru Oleh sebab itu tujuan dari pokok pembahasan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami masing-masing poin penting.

B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan prinsip prinsip Bimbingan dan Konseling 2. Menjelaskan Asas asas Bimbingan dan Konseling 3. Menjelaskan Kode Etik Bimbingan dan Konseling

C. Tujuan 1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip prinsip Bimbingan dan Konseling 2. Mengetahui Asas asas Bimbingan dan Konseling 3. Memahami Kode Etik Bimbingan dan Konseling

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling a. Prinsip-prinsip umum 1. Sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari aspek kepribadian yang unuk dan ruet 2. Pegenalan dan pemahaman tentang perbedaan merupakan suatu keharusan 3. Bimbingan diusahakan untuk dapt mengarahkan individu untuk menolong diri sendiri 4. Bimbingan terpusat pada individu siswa b. Prinsip khusus yang berhubungan dengan siswa 1. Pelayan ditunjukkan untuk seluruh siwa 2. Ada kriteria tertentu untuk menentukan perioritas 3. Program bimbingan harus berpusat pada siswa c. Prinsip yang berhubungan dengan guru pebimbing 1. Guru pebimbing harus mampu melakukan tujuan sesuai dengan kemampuan 2. Guru pebimbing hendaklah dipelihara atas dasar kualifikasi pendidikan,

kepribadian, pengalaman dan kemapuan 3. Guru pebimbing harus dapat kesempatan untuk megembangkan dirinya serta keahlian melalui latihan dan penataran. d. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan admnistrasi bimbingan 1. Bimbingan dilakukan secara berlanjut 2. Tersedianya kartu pelayan pribadi 3. Program disesuaikan dengan program sekolah

B. Azas-Azas Bimbingan Dan Konseling a. Asas Kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain.

b. Asas Kesukarelaan, yaitu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun pembimbing. c. Asas Keterbukaan, yaitu Bimbingan dan Konseling dapat berhasil dengan baik jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan maslah yang dihadapi kepada pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya. d. Asas Kekinian, yaitu masalah yang ditangani oleh Bimbingan dan Konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitanya dengan masalah yang lampau dan yang akan dating. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegerah mungkin menangani masalah peserta didik. e. Asas Kemandirian, yaitu Bimbingan dan Konseling membantu agar peserta didik dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing atau orang lain. f. Asas Kegiatan, yaitu Bimbingan dan Konseling harus dapat membantu

membangkitkan peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. g. Asas Kedinamisan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baikdan mampu kearah pembaruan pada diri peserta didik. h. Asas Keterpaduan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memadukan aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan. i. Asas Kenormatifan, yaitu usaha Bimbingan dan Konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adapt, norma hokum atau Negara, norma ilmu, dan norma kebiasan sehari-hari. j. Asas Keahlian, yaitu Bimbingan dan Konseling adalah layanan professional sehingga perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini. k. Asas Ali Tangan,Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya diluar kewenangannya. l. Asas Tutwuri Handayani, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan potensinya.

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Untuk menyatakan pandangan tentang kode etik jabatan, berikut ini dikemukakan suatu rumusan dari Winkel (1992): Kode etik jabatan ialah pola ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Sehubungan dengan itu, Bimo Walgito (1980) mengemukakan berapa butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1.

Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang serta tanggun jawab yang bukan wewenang serta tanggung jawabnya. Seorang pembimbing harus : a. b. c. d. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya. Menunjukkan sikap hormat kepada klien. Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien. Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau diluar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling. e. Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian penuh. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia Merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia Landasan Kode Etik: Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang bertanggung jawab Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai denagn norma-norma yang berlaku Kualifikasi Dan Kegiatan Profesional Konselor: 1. Memiliki nilai, sikap, ketrampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi bimbingan dan konseling: Konselor wajib terus-menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya

2.

Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat Konselor wajib memeiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan seprofesi yang berhubungan dgn pelaksanaan ketentuan tingkah laku professional Konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang tinggi dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi termasuk material, finansial dan popularitas Konselor wajib trampil dlm menggunakan tekhnik dan prosedur khusus dgn wawasan luas dan kaidah-kaidah ilmiah 2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor: Pengakuan Keahlian - Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yg diberikan kepadanya.

PROSES PADA PELAYANAN 1. Hubungan dalam Pemberian pada Pelayanan b. Konselor wajib menangani konseli selama ada kesempatan dalam hubungan antara konseli dengan konselor. Dalam konseling harus ada kesepakatan terlebih dahulu antara konselor dan konseling kapan dan dimana konseling akan dilangsungkan. Hal itu berarti bahwa konseling dilakukan ketika kedua belah pihak, yaitu konselor dan konseli memiliki kesempatan waktu untuk bertemu untuk melangsungkan proses konseling. c. Konseli sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkret. Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan apabila konseli ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu. Objek utama dalam konseling adalah konseli, maka pantas ketika seorang konseli lebih banyak dapat mengatur jalannya konseling. Namun bukan berarti hanya konseli yang dapat mengatur jalannya konseling, seorang konselor juga dapat memberhentikan proses konseling ketika dirasa proses konseling itu tidak membawa manfaat kepada konseli.

2. Hubungan dengan Konseli a. Konselor wajib menghormati, harkat, martabat, integritas, dan keyakinan konseli. Konseli dalam konseling adalah unsur yang sangat penting karena objek utama konseling adalah konseli. Sehingga seorang konselor dituntut agar dapat menghargai dan menghormati harkat, martabat, integritas, dan keyakinan konseli. Konselor tidak

dibenarkan memaksakan sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan seseorang kepada konseli karena keyakinan adalah hak setiap manusia untuk memilikinya. b. Konselor wajib menempatkan kepentingan konselinya di atas kepentingan pribadinya. Dalam konseling memang seorang konselor dituntut untuk selalu mementingkan kepentingan konseli terlebih dahulu di atas kepentingan pribadinya. Hal ini dimaksudkan agar bimbingan atau pertolongan yang diberikan konselor kepada konseli dapat segera dilakukan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Tetapi dalam pelaksanaannya, seorang konselor perlu juga untuk mementingkan kepentingan pribadinya selain kepentingan konseli. Seorang konseli juga seyogianya dapat berempati dengan kesibukan seorang konselor agar proses konseling yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan tanpa beban. c. Dalam menjalankan tugasnya, konselor tidak mengadakan pembedaan konselor atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi. Pernyataan di atas sejalan dengan prinsip bimbingan dan konseling lintas budaya dimana seorang konselor harus dapat menempatkan dirinya dimana ia berada dan latar belakang dari konseli yang ditanganinya. Selain tidak diperkenankan membedakan suku atau latar belakang konseli, seorang konselor juga seyogianya sedikit mengerti budaya konseli agar terjadi keselarasan dalam proses konseling. Hal ini juga dimaksudkan agar konselor memahami maksud-maksud tertentu dari konseli mana kala seorang konseli menunjukkan bahasa atau kebiasaan dari budayanya sendiri. d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan. Hal ini merupakan hal wajar dalam konseling karena proses konseling itu sendiri dilakukan dalam keadaan sadar. Hal itu berarti proses konseling terjadi karena ada kesepakatan terlebih dahulu dari kedua belah pihak, yaitu konselor dan konseli. Pernyataan di atas juga dimaksudkan agar proses konseling berjalan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jika proses konseling dilandasi dengan adanya paksaan, maka tentunya konseling bukan merupakan wahana untuk membantu konseli melainkan menjadi wahan penyiksaan bagi konseli karena merasa dirinya dipaksa oleh konselor. e. Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun lebih-lebih dalam keadaan darurat atau apabila banyak orang yang menghendaki. Seorang konselor perlu juga untuk mementingkan kepentingan pribadinya terlebih dahulu, tetapi hal itu tidak berlaku jika konselor berada pada keadaan darurat. Konselor wajib memberikan pelayanan kepada seseorang yang memang sangat memerlukan sekali pelayanan tersebut agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi pada konseli. f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas, sepanjang dikehendaki konseli. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar tujuan konseling yang disepakati dapat tercapai dengan baik. Pelayanana hingga tuntas bukan berarti melayani seorang konseli hanya

sekali pertemuan saja, melainkan beberapa kali pertemuan secara tuntas dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. g. Konselor wajib menjelaskan kepada konseli sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan profesional. Hal ini dimaksudkan agar konseli dapat memahami sejauh mana konselor dapat membantunya, dan ranah-ranah mana saja yang tidak dapat dibantu oleh konselor. Hal ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi hal-hal buruk yang diakibatkan oleh ketidakadaannya kesepakatan sebelumnya antara konselor dan konseli. h. Konselor wajib mengutamakan perhatian terhadap konseli, apabila timbul masalah dalam soal kesetiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor. Hal ini berkaitan juga dengan poin f dimana seorang konselor harus memberikan pelayanan sepanjang dikehendaki oleh konseli. Dengan adanya keharusan untuk menuntaskan pelayanan maka secara otomatis perhatian dari seorang konselor tidak beloh lepas dari konseli yang sedang dihadapinya agar perkembangan yang ditunjukkan oleh konseli dapat diamati dengan seksama oleh konselor. i. Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya, sepanjang hubungan profesional. Seorang konselor tidak boleh memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga dan teman-temannya karena dikhawatirkan masuknya unsur-unsur emosi kekeluargaan atau pertemanan ke dalam konseling. Tentunya hal ini dapat menghambat jalannya proses konseling yang sedang berlangsung karena perhatian dalam konseling sudah beralih kepada hubungan pertemanan dan kekeluargaan.

D. Paradigma Paradigma Bimbingan dan konseling mengacu kepada pelayanan yang bersifat piko paedagogis dalam bingkai budaya dan religius. II. Arah kegiatan Bimbingan dan Konseling A. Mekanisme penanganan siswa bermasalah di sekolah B. Kegiatan Bimbingan dan Konseling Kegiatan Bimbingan dan konseling diarahkan kepada : Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik di setiap tahap perkembangan mereka Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan bimbingan dan konseling mendorong peserta didik mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif mengembangkan arah karir dan masa depan.

Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir o Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah Secara konkrit diarahkan kepada pengembangan berbagai kompetensi peserta didik. Kompetensi yang akan dikembangkan itu dirumuskan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1) Tugas Perkembangan 2) Bimbingan Pribadi, sosial, belajar, dan karir 3) Kompetensi 4) Materi bimbingan dan konseling 5) Kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi : layanan, pendukung, penilaian III. Kegiatan Pokok Bimbingan dan Konseling A. Program Bimbingan dan Konseling o Program Bimbingan dan Konseling di sekolah yang perlu disusun adalah program tahunan yang mencakup program semesteran dan laporan bulanan. Laporan bulanan mencakup rekap agenda mingguan yang selanjutnya dijabarkan menjadi agenda kegiatan harian. o Unsur-unsur Program Bimbingan dan Konseling meliputi kebutuhan peserta didik, jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing, bidang-bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, volume dan frekuensi layanan, waktu (kapan dan lamanya) kegiatan serta perkiraan penggunaan dana/ prasara o Tahap-tahap pelaksanaan program adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut. B. Muatan pendidikan bimbingan konseling pendidikan nilai-nilai dalam Bimbingan dan Konseling Secara langsung pelayanan Bimbingan dan Konseling memuat materi pendidikan bimbingan konseling: o bimbingan konseling diperlukan dalam semua bidang kehidupan, yaitu kehidupan pribadi, social, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama o Program Bimbingan dan Konseling mengadopsi materi pendidikan bimbingan konseling. Sebagaimana dituntut dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan peserta didik. o Setiap layanan bimbingan dan konseling mengintegrasikan di dalamnya materi pendidikan bimbingan konseling, berupa suasana yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan dan suasana normatif dalam proses pelayanan. Di samping itu layanan tertentu dalam bimbingan dan konseling dapat dimuati secara khusus materi pendidikan budi pekerti yang dikehendaki. Lebih jauh,pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah harus menjadi teladan bagi peserta didiknya.

o o

C. Pengelolaan Bimbingan dan Konseling di Yayasan Peguruan Harapan Mandiri Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan oleh suatu organisasi dengan guru pembimbing (di SMA) sebagai pelaksana utamanya. Dalam organisasi tersebut selain ada guru pembimbing, ada pula pimpinan sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran/praktik, wali kelas, dan staf administrasi yang masing-masing memiliki perannya sendiri. Pengelolaan bimbingan dan konseling dilengkapi fasilitas yang diperlukan, yaitu ruang kerja, peralatan instrumentasi, peralatan administrasi dan sarana pendukung lainnya. Karena bimbingan dan konseling merupakan sumber / bank data yang mendukung semua kegiatan pembelajaran di sekolah, maka dapat didukung dengan tenaga administratif. Dalam pengelolaan bimbingan dan konseling, kegiatan kepengawasan secara khusus diselenggarakan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling Pengelolaan yang efektif diarahkan kepada terwujudnya akuntabilitas yang tinggi dari kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh dan pengembangannya.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Dalam proses perkembanhgan peserta didik membutuhkan lebih banyak interaksi positif dalam usianya. Kegiatan bimbingan dan konseling merupajkan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Kegiatan bimbingan dan konseling pada prinsipnya adalah usaha guru pembimbing bersama siswa untuk mencapai kemandirian dalam proses kehidupan, baik sebagaia individu, anggota kelompok, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nata wijaya, Rochman Dkk. 1986. Pengantar bimbingan dan penyuluhan modul UT/ 1/ 3. Jakarta : Depdikbud. Prayitno Dkk. 1997. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.

You might also like