You are on page 1of 23

Kasus 4: decompensatio cordis Ny Tosi 43 tahun. Beragama Islam berasal dari suku sunda.

Ibu datang ke RS dengan keluhan sesak nafas disertai batuk. RIWAYAT KESEHATAN Dua minggu sebelum masuk RS klien mengeluh sesak nafas dan disertai batukbatuk. Klien juga mengeluh cepat lelah bila melakukan aktivitas. Enam hari sebelum klien dirawat, sesak dan batuknya bertambah berat dan pada saat pengkajian klien dalam keadaan berbaring dan mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak, berbusa berwarna kemerahan. Klien tampak lemah dan tak mampu beraktivitas. Menurut klien 2 tahun yang lalu ia sudah mengalami sesak nafas, badan lemah. Batuk-batuk dan nafsu makan mulai menurun. Tetapi klien tetap saja bekerja. PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL Klien mengatakan sudah sering kena serangan sesak. Ibu bersikap ramah dan mau bekerja sama dengan perawat. Selama sakit ia selalu berdoa kepada Allah SWT agar dapat sabar dan kuat menjalani sakitnya. PEMERIKSAAN FISIK Klien tampak lemah dan sesak, kesadaran kompos mentis. TD: 90/70 mmHg, Nadi: 102x/menit, RR: 30x/menit, Suhu: 35,5C, BB: 40 Kg, TB: 155 cm. Fokus Sistem Cardiovascular Conjungtiva pucat, tidak ada sianosis, pada jari-jari tangan dan kulit. Ictus cordis tampak pada sela iga ke 5 ke kiri 1,5 cm. tekanan darah 90/70 mmHg. Terdengar suara tambahan gallop atrium, S1 dan S2 terdengar lemah. JVP meninggi 7 cm, tachicardi, nadi teraba lemah dan cepat. Pada perkusi terdengar pekak pada daerah dada kiri ICS IV dan V, pekak pada ICS V 1,5 cm. CRT 3 detik, akral dingin, klien tampak sesak sesekali batuk berbusa berwarna merah segar. Klien harus tidur dengan posisi semi fowler, atau kadang high fowler. Jika tidak klien bertambah sesak. Terdengar ronchi basah pada 1/3 paru bagian bawah. Terdapat edema pada ekstremitas kanan

dan kiri. Pemeriksaan EKG: atrial fibrilasi. Thorax photo AP (kesan Susp. Pembesaran jantung dengan awal bendungan paru/elongatio aorta). Pengelolaan Kolaboratif

Bed Rest O2 2 3 L/menit Infus Dex 5% 10 gtt/menit Ceftriaxon 1 x 500 gr Furosemid 1 x 40

Patofisiologi Decomp Kiri Dan Decomp Kanan 1. Decomp Kiri Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardia) dengan bunyi jantung S3, kecemasan dan kegelisahan. Dispnea terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal. Dapat juga terjadi ortopnu (kesulitan bernapas saat berbaring). Paroxismal Noktural Dispnea (PND) pada pasien yang mengalami dispnea pada malam hari. Hal ini terjadi bila pasien yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah, pergi berbaring ketempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada dibawah mulai di absorpsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan cairan berpindah ke alveoli. Batuk, yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang paling sering adalah batuk yang menghasilkan

sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai dengan bercak darah. Mudah lelah, terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. 2. Decomp Kanan Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah. Edema, dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari. Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suati kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernapasan.

Anoreksia (hilangnya selera makan), dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen. Nokturia (rasa ingin kencing pada malam hari), terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat. Lemah, yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya. Namun demikian dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Ortopnea yaitu sesak saat berbaring 2. Dyspnea on effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktivitas 3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND yaitu sesak napas tiba-tiba pada malam hari disertai batuk 4. Berdebar-debar 5. Lekas capek 6. Batuk-batuk Tanda Dan Gejala Lain Yang Mungkin Muncul 1. Edema pergelangan kaki 2. Batuk pada malam hari 3. DOE 4. Hepatomegali 5. Efusi pleura 6. Takhikardi

Kemungkinan Penyebab Terjadinya Decomp Kanan dan Decomp Kiri Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah. Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh :
1. Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme

lainnya) 2. Diabetes 3. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif


4. Kegemukan (obesitas).

Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung. Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif. Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya, pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat, tetapi akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal jantung. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat. Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).

Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal. Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan, sehingga jatnung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal jantung. Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang terjadipun tidak sama di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis parasit tertentu bisa bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia yang jauh lebih muda.

Pengkajian Lanjut Yang Dibutuhkan Pengkajian lanjut yang harus dilakukan: 1. Pola makan Perlunya untuk mengidentifikasikan atau mengkaji pola makan klien berkenaan dengan asupan gizi klien, frequensi makan perharinya serta jenis makanan yang dikonsumsi oleh klien tersebut. Mengidentifikasi apakah klien merupakan peminum alkohol, perokok, atau menggunakan obatobatan yang memperberat kerja jantung. 2. Suku bangsa Berdasarkan data yang didapatkan, klien merupakan seorang suku Sunda. Dalam hal ini pengkajian suku bukanlah pengkajian utama. Berdasarkan pola hidup orang Sunda yang banyak mengkonsumsi lemaklemak hewani (jeroan, daging, ati,paru, dan lain-lain). Sementara lemak hewani banyak mengandung LDL dan VLDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan laut. Sehingga lebih meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. 3. Riwayat Diabetes Mellitus Pada data kita ketahui bahwa tidak ada keluarga yang pernah menderita DM, namun perlu dipastikan apakah klien juga tidak menderita DM. Jadi, mungkin saja klien juga pernah menderita DM. 4. Pola Olahraga Perkembangan teknologi terutama transportasi kadang membuat orang malas berolahraga. Mungkin kurangnya olahraga tidak berhubungan namun telah dibuktikan bahwa langsung dengan penyakit gagal jantung,

kegiatan gerak (olahraga) dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan mengurangi kecepatan jantung, tekanan darah dan dapat melatih kontraktilitas otot jantung. Dampak terhadap fisiologi yang lain dari kegiatan gerak ialah menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki CO. Penelitian juga membuktikan saat berolahraga tubuh akan mengeluarkan atau melepaskan hormon endorphin, perasaan senang dan menurunkan stress. hal ini membuat tubuh rileks,

5. Pola penanggulangan stress Keadaan stress akan merangsang saraf simpatis, yang mengakibatkan vasokontriksi. Hal ini membuat arteri sehingga suplai O2 terganggu dan Pada pusat saraf (otak), stress merangsang sistem Stress juga berbicara munculah hipoksia.

kardiovaskular dengan dilepaskannya catecholamines yang meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi. seperti: ambisius, agresifitas, kompetitif, merangsang peranan besar pada individu-individu dengan perilaku jenis A ketidaksabaran, keras, dan langkah-langkah yang cepat pada activitas merupakan indikasi dari pola perilaku tipe A karena individu yang hidupnya penuh dengan stress berpotensi untuk menderita gagal jantung. 6. Pola Pengeluaran Urine Klien dengan penyakit gagal jantung, biasanya juga mengalami gangguan fungsi ginjal karena terjadinya retensi sodium (garam) dan cairan. Retensi ini menyebabkan oliguri nocturia, terjadinya edema di area ekstrimitas karena retensi sodium (garam) tersebut. 7. Pola Istirahat dan Tidur Perlunya untuk mengidentifikasikan atau mengkaji pola istirahat dan tidur klien berkenaan dengan beban kerja jantung oleh aktivitas yang berat yang akan merangsang kontraktilitas miokard. 8. Potensial Terjadinya Infeksi Perlunya mengidentifikasi dan mengkaji kadar leukosit dalam darah karena potensial terjadinya infeksi ditandai oleh kenaikan kadar leukosit dalam darah (>10.000). Sehingga dapat merencanakanpemberian obat anti infeksi seperti Ceftriaxon. Jadi perlu dikaji bagaimana kepribadian klien serta pola penanggulangan stress klien.

Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan diagnostik a) Echokardiogram Informasi tentang bentuk, ukuran, gerakan otot jantung dan katup-katup bisa diketahui melalui gelombang suara ultrasonic yang diarahkan ke jantung. Gelombang-gelombang menentukan struktur kardiak dan dapat divisualisasi seperti bentuk gelombang listrik pada osiloskop. b) Gated Pool Imaging Untuk mendapatkan jenis bayangan diperlukan penyuntikan per intravena technetium 99m. Setelah 3-5 menit pasien dibaringkan terlentang dan computer menelusuri sisi kiri dari jantung, seluruh siklus kardiak bisa direkam. Kegunaan dari prosedur ini adalah untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan terutama untuk mengkalkuladi fraksi daya dorong. c) Kateterisasi Arteri Pulmonal Perkembangan dari titik balon membawa arah dari kateter arteri paruparu ( biasanya disebut Swan-Ganz chateter sebagai pengakuan dari dokter yang menemukannya) menunjukkan kemampuan yang berguna dalam menegakkan diagnose dan pengobatan kegagalan jantung. Spesifikasi penggunaannya termasuk pengkajian fungsi ventrikel kanan dan ventrikel kiri dan evaluasi efek dari obat-obatan termasuk modalitas pengobatan lain seperti peningkatan atau pembatasan cairan intravena. Kateter fleksibel dengan multi lumen dimasukkan ke dalam vena antecibiti melalui insisi. Kateter dimasukkan sambil diputar melalui vena cava superior ke atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonal dan ke cabang-cabang kecil dari arteri. Gambaran berbentuk gelombang dapat dilihat pada osiloskop dan pembacaan mengenai tekanan bisa didapat dari bilik-bilik jantung.

d) EKG EKG merupakan rekaman grafik dari aktifitas listrik dari otot jantung. Rekaman dibuat pada kecepatan yang standard pada kertas yang bergaris skala yang memungkinkan bisa merekam intensitas listrik (voltase) dan lamanya. Intensitas direkam pada garis vertical dalam milivolt (mV) dan waktu direkam pada garis horizontal dalam detik. Setiap bujur sangkar pada skala sama dengan unit waktu (0,04 detik) dan voltase( 0,1 mV) sehingga memudahkan kalkulasi parameter dengan cepat. e) Rontgen Dada/ Foto Thorax Gambaran yang diamati dalam foto thorax berhubungan dengan peningkatan tekanan vena pulmonalis. f) Sonogram Test yang dapat menunjukkan dimensi pembesaran ventrikel, perubahan dalam fungsi/ sruktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular. g) Angiografi Radionuklir Test untuk mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan analisis gerakan dinding regional. Test ini terutama berguna jika teknik ekokardiografi kurang optimal, misalnya pada pasien dengan penyakit paru berat. 2. Pemeriksaan Laboratorium a) Hematologi Penurunan pengangkutan oksigen jaringan bertanggung jawab untuk peningkatan massa eritrosit tapi karena peningkatan volume, plasma lebih besar maka haemoglobin biasanya normal atau sedikit meningkat. b) Fungsi Ginjal Azotemia prarenal dengan peningkatan tidak sebanding dalam urea atau nitrogen darah relative terhadap kreatinin serum.

c) Fungsi Hati, eksresi bromsulfalein, sintesis protein dan eksresi empedu sering menurun. Karena itu, tanda laboratorium pertama hepatomegali kongesti adalah peningkatan waktu protrombin atau bilirubin serum. Peningkatan kadar fosfatase alkali timbul kemudian dalam proses ini serta peningkatan glutamate-oksaloasetat transaminase serum dan glutamate piruvat transaminase serum terlihat, bila keutuhan sel terganggu. d) Gas Darah Arteri Paru menjadi kurang komplians dengan penurunan volume paru total dan kapasitas vital. Volume tidal menurun, frequensi pernapasan meningkat dan daerah ventilasi-perfusi paru yang tidak cocok timbul. Sehingga penurunan ringan dalam pO2 arteri sering terlihat dengan pCO2 normal sampai menurun. Dalam edema paru akut, gas darah arteri biasanya menunjukkan penurunan jelas dalam pO2, asidosis ringan, dan pCO2 bervariasi. Asidosis yang terlihat akibat penimbunan asam laktat bersifat sekunder terhadap penurunan jelas dalam perfusi perifer. Kemungkinan Laboratorium Hasil pemeriksaan diagnostic 1. Photo thorax Gambaran yang diamati dalam foto toraks pada kasus diatas berhubungan dengan peningkatan vena pulmonalis. Vena pulmonalis meningkat, maka dilatasi vena pulmonalis terjadi. Pembesaran ini sangat menonjol dalam lobus superior dengan awal bendungan paru. Adapun kemungkinan lain yang muncul dari kasus diatas: Karena tekanan vena meningkat lebih lanjut, maka tekanan arteri pulmonalis meningkat dan dilatasi arteri pulmonalis mungkin terlihat, Peningkatan penimbunan cairan dalam septa intrastisial menyebabkan penebalan yang lazim terlihat pada foto toraks. Biasanya terlihat pada basis paru sebagai Hasil Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan

densitas linear sampai 2 mm lebarnya dan 3 cm panjangnya sejajar diafragma. 2. EKG Pada pemeriksaan EKG, berdasarkan kasus diatas, didapatkan data klien mengalami distritmia mis : atrial fibrilasi. Adapun kemungkinan yang timbul antara lain : hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpanagn aksis, ischemia, dan kerusakan pola. 3. Ekokardiografi Pada kasus diatas, kemungkinan hasil dari pemeriksaan ekokardiografi terlihat pembesaran dan disfungsi ventrikel kiri, kelainan bergerak katup mitral saat diastolic. 4. Angiografi radio nuklir Pada kasus di atas, kemungkinan hasil dari pemeriksaan ini ditemukan adanya disfungsi ventrikel kiri yang dikarenakan oleh ischemia miokard. 5. Fungsi ginjal Dari data kasus diatas, kemungkinan hasil dari pemeriksaan fumgsi ginjal adalah Azotemiaprarenal dengan peningkatan tidak sebanding dengan urea atau nitrogen darah relative terhadap kreatinin serum. 6. Fungsi hati Pada pemeriksaan fungsi hati, didapatkan kemungkinan hasil sebaga berikut : Ekskresi bromsulfalein, sintesis protein dan ekskresi empedu sering menurun. Karena itu peningkatan waktu protrombin atau bilirubin serum. Peningkatan kadar fosfatase alkali timbul kemudian dalam kasus ini, serta peningkatan glutamat-oksaloasetat transaminase serum dan glutamate piruvat transaminase serum terlihat, bila keutuhan sel terganggu. 7. Gas darah arteri Pada kasus diatas, kemungkinan hasil pemeriksaan AGD pada klien adalah terjadi Penurunan ringan dalam PO2 arteri yang sering terlihat dengan PCO2 normal sampai menurun, selain itu

8.

Kateterisasi jantung Pada kasus diatas, umumnya pada pemeriksaan kateterisasi jantung

memperlihatkan peningkatan tekanan vena sistemik ( > 8 mmHg) atau peningkatan tekanan vena pulmonalis ( > 12 mmHg) atau penurunan indeks jantung (< 2.2 l/menit/m2). 9. Pengukuran JVP Hasil pengukuran JVP pda kasus di atas menunjukkan distensi Vena Jungularis yang abnormal, yaitu JVP meninggi hingga 7 cm.

Pengkajian 1. Data biografi : Nama Usia Agama Suku Pekerjaan Status : Islam : Sunda : Tidak teridentifikasi : Menikah : Ny. Tosi : 43 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

2. Riwayat Kesehatan : a. Riwayat kesehatan masa lalu: Menurut klien, 2 tahun yang lalu klien sudah mengalami sesak napas, badan lemah. Batuk-batuk dan nafsu makan mulai menurun. Tetapi klien tetap saja bekerja b. Riwayat kesehatan sekarang: 2 minggu sebelum masuk RS,klien mengeluh sesak napas dan disertai batuk-batuk. Klien juga mengeluh cepat lelah bila melakukan aktivitas. 6 hari sebelum klien dirawat, sesak dan batuknya bertambah berat dan pada saat pengkajian klien dalam keadaan berbaring dan mengeluh sesak napas disertai batuk berdahak, berbusa berwarna kemerahan. Klien tampak lelah dan tak mampu beraktivitas. c. Riwayat kesehatan keluarga: 3. Keluhan utama: a. Dispnea disertai batuk-batuk b. Cepat lelah bila melakukan aktivitas c. Batuk berdahak, berbusa berwarna kemerahan d. Nafsu makan menurun e. Badan lemah 4. Pemeriksaan fisik a. Tanda vital: TD=90/70 mmHg, Pols=102/menit, RR=30x/menit, BB=40 kg, TB=155cm.

b. Inspeksi Pada kasus ditemukan: Kesadaran compos mentis Dahak berbusa dan berwarna kemerahan Klien tampak lemah dan tak mampu beraktivitas Klien tampak sesak napas Tidak ada sianosis pada jari-jari tangan dan kulit Ictus cordis tampak pada sela iga ke-5 ke kiri 1,5 cm JVP meninggi 7 cm c. Palpasi Pada saat dilakukan palpasi ditemukan: Acral dingin CRT (Capilary Refile Time) 3 detik Terdapat edema pada ektremitas kanan dan kiri Nadi teraba lemah dan cepat d. Auskultasi Pada saat auskultasi ditemukan: Terdengar suara tambahan gallop atrium S1 dan S2 terdengar lemah dan cepat Tedengar ronki basah pada 1/3 paru bagian bawah e. Perkusi Pada saat perkusi ditemukan: Terdengar pekak pada daerah dada kiri ICS IV dan V Pekak pada ICS V 1,5 cm 5. Psikososial Konsep Diri:Klien merupakan seorang ibu yang berasal dari suku sunda Mood: Emosi stabil, walaupun sudah 2 tahun menderita sesak napas, tetapi klien tetap saja bekerja.

Afek: Klien bersikap ramah dan mau bekerjasama dengan perawat. Selama ia sakit, ia selalu berdoa kepada Allah SWT agar dapat sabar dan kuat menjalani sakitnya ini. 6. Sosiokultural Sumber daya keluarga: tidak teridentifikasi Sistem nilai dan budaya: klien berasal dari suku sunda 7. Spiritual Keyakinan: Dalam kasus terdapat data bahwa klien selalu berdoa kepada Allah SWT agar dapat sabar dan kuat menjalani sakitnya ini. Motivasi: tidak teridentifikasi Religius practices: Dalam kasus terdapat data klien selalu berdoa kepada Allah SWT agar dapat sabar dan kuat menjalani sakitnya ini. Data Pembanding Pada Temuan Kasus dengan Status Normal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Item Tekanan Darah Heart Rate Respiratory Rate Tinggi badan Berat badan JVP CRT Acral Bunyi Jantung Bunyi Nafas Foto Toraks Data Klien 90/70 mmHg 102 x/menit 30 x/menit 155 cm 40 Kg 7 cm 3 detik Dingin Gallop Ronchi basah Atrial Fibrilasi Normal 100-120/80 mmHg 60-80 x/menit 12-20 x/menit 45 Kg 3 cm 3 detik Hangat Interpretasi Hipotensi Takikardi Takipnea Abnormal Distensi Vena Jugular Normal S. Simpatis Dominan Abnormal Abnormal Abnormal

Rumusan Kolaboratif Manajemen Kolaboratif Dengan Medis : Pemberian (Untuk terapi Oksigen kebutuhan memenuhi

No. Diagnosa 1. Pola napas tidak efektif

oksigen pada miokard) Pemberian Dengan Farmasi :


Memastikan

Bronkodilator

(Untuk melancarkan jalan napas) Obat yang

diberikan sesuai dengan resep yang diberikan dokter (pemberian 2. Perfusi jaringan diuretik). Dengan Medis : Pemberian digoksin dengan efek inotropik ( Untuk meningkatkan CO dan menurunkan tekanan pengisian ). Dengan Farmasi : Memastikan Obat yang diberikan sesuai dengan resep 3. Gangguan Cairan yang diberikan dokter. Dengan Medis : Pemberian terapi furosemid ( untuk menghambat reabsorbsi garam dalam hans asendens henle. Dengan Farmasi : Memastikan obat yang diberikan sesuai dengan resep dokter

Dengan Ahli gizi : Pemberian makanan kaya kalori dan Diet pembatasan masukan garam ( mencegah pembentukan 4. 5. Intoleran akrivitas Gangguan Nutrisi edema lebih lanjut ) Mandiri Dengan Medis : Pemberian vitamin ( untuk meningkatkan nafsu makan ). Dengan Ahli gizi : Pemberian makanan dengan diet rendah garam ( Untuk 6. Gangguan Pola tidur mengurangi retensi cairan ). Dengan Medis : Pemberian terapi Oksigen (Untuk mengurangi dispneu)
Pemberian Diuretik /furosemid

(menghambat reabsorbsi natrium dalam hans asendens henle). Dengan Farmasi : Memastikan obat yang diberikan sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Dengan Ahli gizi : Pemberian makanan dengan diet rendah garam (Untuk memperbaiki gejala kongesti 7. Kurangnya Pengetahuan seperti dispneu). Dengan Medis: Memastikan obat yang diberikan sesuai dengan resep yang diberikan dokter.

Dengan Ahli Gizi :


Konsultasi

mengenai

diet

rendah natrium dan pembatasan cairan.

Analisa Data No 1 Data DO : RR 30x/menit Klien tampak sesak Klien harus tidur posisi semi fowler atau high fowler Terdengar Ronchi basah pada 1/3 paru bagian bawah. Perkusi terdengar pekak ICS IV dan V JVP meninggi 7 cm DS : Klien Klien sudah mengeluh mengatakan sering sesak disertai batuk Etiologi Kontraktilitas Volume LV Tekanan LV Filling LV dari LA Tekanan LA Aliran balik pulmonal Kongesti pulmonal Gangguan difusi Dispnea Masalah Pola Nafas Tidak Efektif

mengalami sesak

DO : TD 90/70 mmHg Tachicardi Nadi teraba lemah dan cepat RR 30x/menit Suara kiri S1 dan S2 terdengar lemah. Conjugtiva pucat Klien tampak lemah DS : Klien Klien cepat mengeluh mengeluh lelah bila Sesak nafas tambahan Gallop pada atrium HR

Kontraktilitas SV

Gangguan Perfusi

Vasokonstriksi (Pucat, Ekstremitas dingin)

Palpitasi Waktu Diastol CO

Gangguan Perfusi

melakukan aktivitas

DO : Terdapat edema pada ekstremitas dan kiri. Terdengar bagian bawah. DS : Klien sesak DO : mengeluh ronchi basah pada 1/3 paru kanan

Gangguan Perfusi Ginjal Retensi Sodium dan Cairan garam Edema

Gangguan Cairan

Kontraktilitas SV

Intoleran Aktivitas

RR 30x/menit. Klien tapak lemah dan sesak. Klien Vasokonstriksi (Pucat, beraktivitas. Ekstremitas TD 90/70 mmHg. dingin) Klien tampak Palpitasi berbaring DS : Klien cepat mengeluh lelah bila CO Waktu Diastol tak mampu HR

melakukan aktifitas. Klien mengeluh sesak nafas disertai batuk-batuk. Gangguan Perfusi Intoleran Aktivitas

DS: Klien menurun DO: Klien tampak lemah BB 40 Kg mengatakan nafsu makan mulai

Gangguan Perfusi Gastrointestinal Gangguan Pencernaan Mual dan Anorexia Gangguan Nutrisi

Gangguan Nutrisi

TB 155 cm DS: Klien DO: Klien fowler fowler. harus atau tidur high dalam posisi semi mengeluh batuk-batuk

Kontraktilitas Volume LV Tekanan LV Filling LV dari LA Tekanan LA Aliran balik pulmonal Kongesti pulmonal Gangguan difusi

Gangguan tidur

DS: DO:

Gangguan tidur Latar Belakang Pendidikan Kurangnya Pengetahuan

Kurang Pengetahuan

Terdapat edema pada Pola Persepsi dan Kebiasaan yang ekstremitas kanan salah dan kiri.

You might also like