Skripsi ini membahas peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam membentuk sikap keagamaan remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. Majelis Ta'lim bertujuan memberikan pemahaman agama kepada remaja melalui kegiatan pengajian. Skripsi ini meneliti sejarah berdirinya majelis ta'lim, kondisi tenaga pengajar, dan jumlah jamaah. Hasil penelitian diharapkan memberikan gambaran peranan majelis ta'lim dalam p
Skripsi ini membahas peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam membentuk sikap keagamaan remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. Majelis Ta'lim bertujuan memberikan pemahaman agama kepada remaja melalui kegiatan pengajian. Skripsi ini meneliti sejarah berdirinya majelis ta'lim, kondisi tenaga pengajar, dan jumlah jamaah. Hasil penelitian diharapkan memberikan gambaran peranan majelis ta'lim dalam p
Skripsi ini membahas peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam membentuk sikap keagamaan remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. Majelis Ta'lim bertujuan memberikan pemahaman agama kepada remaja melalui kegiatan pengajian. Skripsi ini meneliti sejarah berdirinya majelis ta'lim, kondisi tenaga pengajar, dan jumlah jamaah. Hasil penelitian diharapkan memberikan gambaran peranan majelis ta'lim dalam p
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh: Siti Muthiah 102011023474
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006 id11463421 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Kelurahan Belendung Batu Ceper Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 12 Juli 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 12 Juli 2006
Sidang Munaqasah Dekan / Pembantu Dekan / Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA Nip : 150 231 356 Nip : 150 202 343
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. E. Kusnadi Ahmad SyafiI, M. Ag Nip : 150 006 2572 Nip : 150 258 584
id11483562 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com ii KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puja syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kita limpahkan keharibaan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, yang diutus kedunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan rahmat bagi semesta alam. Skripsi yang berjudul Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna mencapai gelar sarjana (Strata 1) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit kesulitan dan kendala yang penulis hadapi. Namun, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penulisan skripsi ini bisa selesai. Oleh karena itu, sudah sepantasnya apabila dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A., Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan beserta stafnya yang telah memberikan bantuannya; 2. Bapak Drs. Fatah Wibisono., ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bantuannya; id11501984 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com iii 3. Bapak Prof. Dr. H. Aminuddin Rasyad., dosen pembimbing skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuknya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan; 4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya, yang telah membantu pelayanan pimjaman buku-buku yang penulis butuhkan; 5. Bapak KH. Abdussalam HM., Pimpinan Dewan Kesejahteraan Masjid Al- Mujahidin; 6. Ustadz Ahmad Sahal, Ketua Majelis Ta'lim Remaja Al-Mujahidin; 7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik dan ponakan serta Bapak Muhammad Shobri S. Hum, yang telah memberikan semangat baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini; 8. Sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini; 9. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa, semoga segala bantuan dan amal baik mereka mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, dengan hati yang lapang dan sikap yang terbuka penulis mohon kritik dan saran yang membangun dalam rangka saling mengingatkan antar sesama manusia guna menuju kearah kehidupan yang lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembacanya semua, Amin. Jakarta, 6 Juni 2006 Penulis 1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada umunya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informan, dan nonformal. Peran pendidikan yang telah dilakukan di luar pendidikan formal yang sering diusahakan orang dewasa dalam membina generasi muda secara otomatis telah mendukung segenap teori yang didapat dari pendidikan formal. Hal tersebut diwujudkan dengan diselenggarakannyapengajian-pengajian remaja, yang bertujuan untuk melahirkan generasi-generasi muda yang dinamis serta bermental agamis. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, mereka sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh dengan sikap egoistis dan rasa keingintahuan yang amat tinggi. Keingintahuan yang tinggi menyebabkan para remaja tidak hanya diberikan siraman rohani saja yang berisi ajaran-ajaran agama yang wajib dijalankan, akan tetapi melalui kegiatan pengajian ini mereka mampu mentelaah serta mempelajari Islam sebagai pedoman hidupnya. id11523281 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 2 Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus didawahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentranspormasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui Majelis Talim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut. Berbagai kegiatan Majelis Talim yang telah dilakukan merupakan proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga para remaja mampu mereflesikan tatanan normatif yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari. Majelis Talim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju. Tampaknya antusias remaja Islam di lingkungan Desa Belendung Batu Ceper Tangerang, merupakan salah satu ekspresi dari usaha masyarakat dalam mewadahi generasi Islam di Majelis Talim Al-Mujahiddin, sehingga perkembangannya terarah dengan baik. Hal ini menjadikan para orang tua, ulama, umara setempat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Majelis Talim tersebut. 3 Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas Majelis Talim ini melalui skripsi dengan judul: Peranan Majelis Talim Al- Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. B. Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti adalah Peranan Majelis Talim Al-Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. C. Perumusan Masalah Agar pembahasan skripsi ini terarah dan tidak ada kesalahan interpretasi, maka penulis membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Majelis Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang? 2. Bagaimanakah kondisi tenaga pengajar dan jamaah Majelis Talim Al- Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang? D. Sistematiak Penulisan Hasil penelitian ini ditulis dalam lima bab dirinci dalam sub-sub dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, adalah mengenai Peranan, yang terdiri dari pengertian peranan dan ciri peranan. Mengenai sikap meliputi pengertian sikap, ciri-ciri sikap, 4 pembentukan sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, dan remaja, meliputi pengertian remaja, pertumbuhan mental remaja dan problem remaja, dan Majelis Talim, terdiri dari pengertian Majelis Talim, tujuan Majelis Talim serta kerangka berpikir. Keenam, hipotesa penelitian. Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tentang tujuan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik pengolahan dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian, meliputi: Pertama, deskripsi data yang terdiri dari sejarah berdiri dan tujuan Majelis Talim Al-Mujahiddin, Kondisi tentang pengajar dan jamaah, sarana dan prasarana, materi dan metode, struktur organisasi dan pengelolaan Majelis Talim Al-Mujahiddin, dan peranan Majelis Talim Al- Mujahiddin. Kedua, pengujian hipotesis terhadap analisa dan interpretasi data terhadap hasil penelitian hipotesis. Bab V Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
5 BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan 1. Pengertian Peranan Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama 1 . Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai berikut: Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2
Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h. 735 2 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 238 id11540828 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 6 digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam. 3
2. Konflik Peran Konflik peran terjadi karena adanya disensus yang terpolarisasi yang menyangkut peran. Dua macam konflik peran antara lain: 1. Konflik antar-peran (Inter-role confict), contoh seorang mahasiswi yang telah menikah dimana dia harus membagi waktu antara melakukan tuntutan peran sebagai mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-tugas sebagai isteri. 2. Konflik dalam peran (intra-role confict), contoh pendeta dalam ketentaraan yang berdoa demi perdamaian dan harus mempertahankan semangat prajurit agar siap untuk membunuh. 4
B. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude, menurut Drs. Ngalim Purwanto sikap adalah perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu
3 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta:2000, cet. V, hal. 224-225 4 Ibid, hal. 229 7 rangsangan atau stimulus. 5 Sumber lain mengatakan sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. 6
Menurut Chave, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport (1935) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. 7
Dari pengertian di atas bahwa sikap senantiasa diarahkan kepada suatu objek. Artinya tidak ada sikap tanpa objek, sesuai dengan pendapat Sarlito wirawan Sarwono yang memberikan pengertian sikap bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu. 8 Adapun objek- objek sikap dapat terarah terhadap benda-benda, manusia, peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lemabaga, norma-norma, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Ciri-ciri sikap sikap menentukan tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang datang, orang atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap adalah faktor internal dalam diri seseorang, tetapi tidak semua faktor internal itu sikap. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
5 M. ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995), cet.10, hal. 141 6 R. Sutarno, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II, hal. 41 7 Saepudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), cet.2, Pustaka Pelajar, 1998, hal-5 8 Sarlito W. S, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI, hal. 91 8 1. Sikap dapat dipelajari (Learnability) 2. Memiliki kestabilan (Stability) 3. Personal sociental significance 4. Berisi kognisi dan affeksi 5. Approach avoldance directionality 9
Sarlito Wirawan memberikan ciri-ciri sikap sebagai berikut: 1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek, tidak ada sikap tanpa objek. Objek dapat berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya. 2. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk dari pengalaman. 3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda. 4. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan 5. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi 6. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. 10
9 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hal. 163 10 Sarlito Wirawan, op.cit, hal. 95 9 3. Pembentukan Sikap secara psikologis sikap dapat dibawa dari lahir dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Walaupun demikian sebagian besar para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terapan yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat disusun berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan dan sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. Berikut ini dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang pembentukan sikap: 11
a. Pengalaman Pribadi Apa yang sudah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social, tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat mempunyai tanggapan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Untuk dapat menjadi dasar terbentuknya sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional tapi dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
11 Saefudin Azwar, op.cit, hal. 30 10 Orang-orang yang disekitar kehidupan sehari-hari adalah salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang dianggap penting mempengaruhi pembentukan sikap orang misalnya adalah kedua orang tua, dan orang yang status sosialnya lebih tinggi. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting, kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan kebudayaan dimana seseorang dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengaruh pembentukan sikap, seorang ahli yang terkenal BF Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang menurutnya kepribadian tidak lain daripada pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcment yang kita alami. Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan sikap kita terhadap berbagai masalah dan telah mewarnai sikap anggota masyarakat di dunia ini. d. Media Masa Sebagai sarana komunikasi media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang, pada tugas pokoknya media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang, pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberinya dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 11 Dalam proses pembentukan dan perubahan sikap peranan media masa tidaklah kecil, salah satu informasi sugesti dalam media masa adalah dalam hal ini iklan selalu berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektip yang positif pula. e. Lembaga pendidikan dan lembaga Agama Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistimkepercayaan maka pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu. f. Pengaruh faktor emosional Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi dengan berfungsi sebagai semacam penyuluhan prustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, contonya adalah prasangka. Prasangka didefinisikan sebagai sikap yang tidak toleran atau yang tidak favourabel terhadap sekelompok orang, prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang di dasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat prustrasi.
Sedangkan menurut Sarlito W. S., sikap dapat terbentuk melalui empat macam cara: 12
a. Adopsi; kejadian-kejadian yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
12 Sarlito W. S. , Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000, hal. 96 12 b. Diferensiasi; dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. c. Integrasi; pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut. d. Trauma; adalah pengalaman-pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan-kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, pengalaman traumatis yang dapat juga menyebabkan terbentunya sikap. Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dan individu lain disekitarnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Isbandi SA. adalah: 13
a. Faktor Intern; yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas, tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui
13 Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial (dasar- dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994, hal. 182 13 persepsi kita oleh karena itu kita harus memilih stimulus-stimulus mana yang akan kita dapati dan mana yang harus kita jauhi. b. Faktor Ekstern: 1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap 2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap 3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk Tentunya tidak semua factor harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi semakin cepat terbentuknya sikap.
C. Remaja 1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam al-Quran ada kata (al-Fityatun, Fityatun) yang artinya orang muda. Firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 13: 14
, . ) : 13 (
14 Zakiyah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II, hal. 10-11 14 Artinya : Kami ceritakan padamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Terhadap pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat an-Nur ayat 59: ... Artinya : Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang sebelum mereka meminta izin.
Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata fityatun yang artinya muda dan kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (al-Hulama). Kata baligh dalam istilah hukum islam digunakan untuk penetuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah aqil baligh, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam. Tampaknya masa remaja yang mengantarai masa kanak-kanak dengan dewasa tidak terdapat dalam Islam. Dalam Islam seorang manusia bila telah aqil baligh, telah bertangung jawab atas setiap perbuatanya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan bila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah mereka yang berumur 13-17 atau 18 tahun. 15
15 Ibid,. hal.9 15 Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan: remaja dalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. 16
Batasan remaja menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana: a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Pertumbuhan Mental Remaja Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan- kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya melaui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya. Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Pengertian-pengertian tentang hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, surga, neraka dan lain sebagainya, baru dapat diterima oleh anak-anak apabila pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya maka seharusnya
16 Ibid,. hal. 8 16 pengertian-pengertian yang abstrak itu dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai oleh si anak. Ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama tidak jarang pula ditolak atau dikritik oleh anak-anak yang telah meningkat usia remaja. Bahkan kadang-kadang mereka menjadi bimbang beragama, terutama anak-anak yang mendapat didikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka berpikir bebas dan boleh mengritik. Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara yang tidak memberi kesempatan atau berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau keyakinannya berlainan dari agama atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai agama dalam hidupnya sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama. Setelah perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mau menerima tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan. Perkembangan mental remaja kearah berpikir logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. Jika mereka yakin bahwa tuhan maha kuasa, maha mengatur dan mengendali alam ini, maka 17 segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah, maupun peristiwa-peristiwa dan hubungan orang-orang dalam masyarakat, dilimpahkan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Seandainya mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidak adilan, percekcokkan dan lain sebagainya dalam masyarakat, atau banyak hal-hal yang terjadi dalam alam ini seolah-olah tanpa kendali, maka mereka akan merasa kecewa terhadap tuhan, bahkan mungkin menjadi acuh tak acuh atau benci. Apabila perasaan seperti itu bertumpuk-tumpuk, mungkin akan berakhir dengan mengingkari wujud Tuhan, supaya ia dapat mengambil kesimpulan baru, yaitu segala sesuatu dalam alam ini terjadi dengan sendirinya dan berjalan tanpa kendali sehingga mungkin saja, teratur atau kacau balau. Dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja akan poko-pokok keyakinan dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan pikirannya pada umur remaja. Dan gambaran remaja tentang tuhan merupakan bagian dari gambaran terhadap alam ini. Hubungannya dengan tuhan, bukanlah hubungan yang sederhana, antara dia dengan tuhan. Akan tetapi kompleks dan berjalin melalui alam ini, hubungan disini adalah antara dia, alam dan tuhan. Perasaannya terhadap tuhan, adalah pantulan dari sikap jiwanya terhadap alam luar. Maka agama remaja adalah hubungan antara dia, tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lalu dan yang sedang di alami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain dapat diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan 18 lingkungannya sedang gambarannya tetang tuhan dan sifat-sifatnya, dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri. 17
3. Problem Remaja Umur remaja adalah umur peralihan dari anak-anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakuakan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik dinegara yang maju, maupun yang masih berkembang. Di antara problem remaja yang sering rasakan antara lain adalah: 1. Masalah hari depan setiap remaja memikirkan masa depannya. Ia ingin mendapat kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku Universitas atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan kecemasan akan hari depan itu, misalnya: hari depan suram, buat apa belajar, toh sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat bekerja dan sebagainya. Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti, itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan
17 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal. 85-89 19 timbul bahkan terkadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalah-gunaan narkotika. Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan tidak jarang terjadi goncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan. 2. Masalah hubungan dengan orang tua inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dahulu sampai sekarang. Sering kali terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anak- anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gonderong, pakaian kurang sopan, laga-lagu dan terhadap orang tua kurang hormat. 3. Masalah moral dan agama tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-kota besar barang kali pengaruh hubungan dengan budaya asing semakin meningkat melaui film, bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang dating dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan dan nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah 20 nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan. 18
D. Majelis Talim 1. Pengertian Majelis Talim Majelis talim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan kata talim. Dalam bahasa Arab kata majelis ( ) adalah bentuk isim makan (kata tempat) kata kerja dari yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan. 19 Kata talim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja ( ) yang mempunyai arti pengajaran. 20
Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul. 21
Dari pengertian terminologi tentang majelis talim di atas dapatlah dikatakan bahwa majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam. 22
18 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal. 145-147 19 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14, h. 202 20 Ibid., h. 1038 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 615 22 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 120 21 Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majelis talim adalah tempat perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam.
2. Tujuan Majelis Talim Mengenai tujuan majelis talim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai dengan pandangan ahli agama para pendiri majelis talim dengan organisasi, lingkungan dan jamaahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tujuannya. Berdasarkan renungan dan pengalaman Dr. Hj. Tuty Alawiyah, ia merumuskan bahwa tujuan majelis talim dari segi fungsinya, yaitu: pertama, sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis talim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya. 23
M. Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa majelis talim yang diadakan oleh masyarakat pesantren-pesantren yang ada di pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah: a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib.
23 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Talim, (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-1, h. 78 22 b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta. c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama. d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan selaras. 24
H. M. Arifin dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, beliau mengemukakan pendapatnya tentang tujuan majelis ta,lim sebagai berikut: Tujuan majelis talim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyahnya, duniawiyah dan ukhrawiyah secara bersamaan sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita. 25
3. Peranan Majelis Talim Majelis talim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikanyang sifatnya non formal, karena tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum, lama waktu belajar,
24 M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3, h.77 25 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3 23 tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. 26
Dilihat dari segi tujuan, majelis talim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan talim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Di samping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk langgar, suarau, rangkang. 27
Telah dikemukakan bahwa majelis talim adalah lembaga pendidikan non formal Islam. Dengan demikian ia bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti madrasah, sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan organisasi massa atau organisasi politik. Namun, majelis talim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain: a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
26 H. Nurul Huda (e.d.), Pedoman Majelis Talim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987), h. 13 27 Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 192 24 b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai. c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam. d. Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa. 28
Secara strategis majelis-majelis talim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam untuk, memahami dan mengamalkan agamanya yang kontekstual di lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai ummatan wasathan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah dibuminya sendiri. Dalam kaitan ini H.M. Arifin mengatakan: Jadi peranan secara fungsional majelis talim adalah mengokohkan landasan hidup manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita. 29
28 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, loc.cit. 29 H.M. Arifin, op.cit., h. 120 25 4. Materi yang dikaji di Majelis Talim Materi yang pelajari dalam majelis talim mencakup pembacaan, Al-Quran serta tajwidnya, tafsir bersama ulum Al-Quran, hadits dan Fiqih serta ushul fiqh, tauhid, akhlak ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah misalnya masalah penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang Perkawinan dan lain-lain. Majelis talim di kalangan masyarakat Betawi biasanya memakai buku-buku berbahasa Arab atau Arab Melayu seperti Tafsir Jalalain, Wail Nautar dan lain-lain. Pada majelis talim lain dipakai juga kitab-kitab yang berbahasa Indonesia sebagai pegangan misalnya fiqih Islam, karangan Sulaiman Rasyid dan beberapa buku terjemahan. 30
Menurut pedoman Majelis Talim KODI materi yang disampaikan dalam majelis talim adalah : a. Kelompok Pengetahuan Agama Bidang pengajaran kelompok ini meliputi tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak, tarikh, dan bahasa Arab. b. Kelompok Pengetahuan Umum Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu yang disampaikan adalah yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat Al-
30 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121-122 26 Quran atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.
Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis talim melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar majelis talim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Majelis Talim adalah salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya dilaksanakan secara teratur dan periodik juga harus mampu membawa jamaah ke arah yang lebih baik lagi.
5. Metode yang digunakan di Majelis Talim Metode adalah cara, dalam hal ini cara penyajian bahan pengajaran dalam majelis talim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis talim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai alam majelis talim. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis talim. Ada berbagai metode yang digunakan di majelis talim, yaitu : 27 a. Metode Ceramah, yang dimaksud adalah penerangan dengan penuturan lisan oleh guru terhadap peserta. b. Metode Tanya Jawab, metode ini membuat peserta lebih aktif. Keaktifan dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan. c. Metode Latihan, metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan keterampilan dan ketangkasan. d. Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus ada terlebih dahulu masalah atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan. 31
Metode penyajian majelis talim dapat dikategorikan menjadi: a. Metode Ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar/ustadz/kiai tindak aktif memberikan pengajaran sementara jamaah pasif dan ceramah khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk diskusi. b. Metode Halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab tertentu, sementara jamaah mendengarkan. c. Metode Campuran, yakni melaksanakan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan. 32
Dewasa ini metode ceramah sudah membudaya, seolah-olah hanya metode itu saja yang dipakai dalam majelis talim. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu Majelis Talim dapat digunakan metode yang lain, walaupun dalam taraf pertama mengalami sedikit keanehan.
31 Ibid, h. 43-45 32 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121 28 E. Kerangka Berfikir Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu dan masyarakat, dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir. Jalan menuju kematangan itu dapat dilalui berbagai cara, antara lain melalui proses pendidikan formal, informal dan non-formal. Usaha orang dewasa dalam membina generasi muda sering dilakukan di luar pendidikan formal yang secara otomatis telah mendukung berbagai teori yang didapat dari pendidikan formal, salah satunya adalah penyelenggaraan pengajian remaja. Adapun tujuan utamanya adalah lahirnya generasi yang dinamis serta bermental agamis. Keberadaan majelis talim sebagai salah satu lembaga pendidikan non-formal yang merupakan salah satu alternatif untuk menangkal pengaruh negatif terhadap keagamaan. Di samping itu majelis talim sebagai tempat pendidikan agama berlangsung, yang merupakan sarana efektif untuk membina dan mengembangkan ajara agama Islam dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dari uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan positif serta signifikan antara peranan majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja.
29 F. Hipotesa Penelitian Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu anggapan yang dianggap sah dan memerlukan jawaban dan pengujian hipotesis sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian mendalam. Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu: Terhadap hubungan positif antara peranan majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja, yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan antara peran majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja. Ho (Hipotesa nihil): Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara peran majelis talim dan pembentukan sikap keagamaan remaja.
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan akademis, meliputi: a. Untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang Peranan Majelis Talim terhadap sikap keagamaan remaja, khususnya di lingkungan Majelis Talim Al-Mujahidin Batu Ceper Tangerang. b. Untuk meneliti sejarah berdirinya Majlis Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. c. Untuk mengetahui dan meneliti kondisi tenaga pengajar dan jamaah Majelis Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. d. Untuk meneliti metode yang dipakai dan materi yang diajarkan di Majelis Talim Al-Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. e. Untuk mengetahui dan meneliti struktur organisasi Majelis Talim Al- Mujahiddin di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. 2. Tujuan Praktis, meliputi: a. Sebagai syarat utama untuk mendapat gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta b. Sebagai tambahan wawasan penulis terutama mengenai Majelis Talim.
id11570218 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 30 B. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan objek pengamatan penelitian, dalam kata lain variabel dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki berbagai macam nilai, segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. 1
Yang menjadi variabel dalam penelitian ada dua yaitu: a. Peranan Majelis Talim (X) b. Pembentukan sikap keagamaan remaja (Y) VARIABEL DIMENSI INDIKATOR (X) Peranan Majelis Talim
- Kegiatan Pengajian
- Aktivitas keagamaan - Meningkatkan Pengetahuan agama remaja. - Praktek ibadah - Pengembangan pengajaran agama Islam - Menciptakan suasana yang khitmat - Meningkatkan aktivitas dan kreativitas remaja dan tanya jawab - Mengikut sertakan remaja dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan - Menciptakan remaja yang bertanggung jawab - Menumbuh kembangkan bakat para remaja.
(Y) Sikap keagamaan remaja
- Ibadah
- Sikap, tingkah laku dan persaan - Praktik sholat, puasa, zakat, infaq dan shodaqoh - Berintraksi pada lingkungan, keluarga, masyarakat dengan baik. - Cara berfikir yang luas - Berakhlak baik - Berkepribadian yang dinamis dan agamis
1 Aminul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka Setia, 1998), hal. 205 31 C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan diMajelis Talim Al-Mujahidin Rt.04/02 Kelurahan Belendung Kecamatan BendaBatu Ceper Tangerang, karena letak Majelis Ta'lim tersebut dekat dengan domisili penulis, selain itu penulis merupakan salah satu jama'ah dari Majelis Ta'lim tersebut, hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan meneleti lebih mendalam peranan Majelis Ta'lim tersebut dalam membentuk sikap keagamaan remaja disekitarnya. Adapun waktu penelitian dilakukan sejak Bulan April sampai Bulan Juni 2006.
D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Yang dimaksud populasi adalah Keseluruhan Subjek Penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian merupakan penelitian populasi. 2
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota jamaah majelis talim al- Mujahidin yang berjumlah 60 Orang. 2. Sampel Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti 3
Menurut pendapat DR. Suwarno Surachmad, yang antara lain : " untuk pedoman umum yang saya dapat katakan bahwa populasi cukup homogen terdapat populasi
2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. Ke-11, h. 115. 3 Ibid., h. 117 32 dibawah seratus (100) maka dapat digunakan sampel sebanyak 50 %, bila populasi dibawah seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 25 % dan bila terdapat diatas seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 15 %". 4 Oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 66 % dari 60 jama'ah pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin di Kelurahan Belendung Kecamatan Benda Batu Ceper Tangerang. Maka dalam tekhnik pengambilan sampel digunakan teknik random sampling.
C. Tehnik Pengumpulan Data Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset kepustakaan dan riset lapangan. Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan membaca, dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti, dan riset lapangan (filed research) adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian, yaitu ke pengurus majelis ta'lim remaja Al-Mujahidin, antara lain Ustadz Ahmad Sahal selaku ketua Majelis Ta'lim remaja Al-Mujahidin. Pengolahan data digunakan dalam penelitian adalah metode analitis uji korelasi, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang didapat pada waktu di
4 Dr. Suwarno Surachman, Pengantar Dasar dan Teknik (Bandung: Transito, 1982), h. 93 33 lapangan, sehingga dapat diambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan. Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket. a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki 5 . Dalam mengadakan observasi ini penulis mendatangi langsung serta mengamati dari dekat kegiatan-kegiatan dan berbagai kegiatan yang dilakukan Majelis Talim Remaja Al-Mujahidin yang tujuannya untuk menambah informasi secara nyata bagaimana peranan dan peroses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan majelis talim ini dalam membentuk sikap keagaamaan remaja. b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan pengurus Majelis Ta'lim Remaja Al-Mujahidin. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya Majelis Talim Al-Mujahidin, struktur organisasi, kegiatan jamaah dan kegiatan-kegiatan Majelis Talim Al-Mujahidin, fasilitator dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan majelis talim. Wawancara dilakukan dengan ketua Majelis Talim al-Mujahidin yaitu Ustadz Ahmad Sahal dan ketua DKM, yaitu Ustadz H. Abdussalam H. M. c. Angket penelitian, yakni pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden dengan berbagai alternatif jawaban. Penulis menyebarkan angket kepada anggota remaja majelis talim untuk mendapat data yang dibutuhkan
5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10, h. 136 34 dalam penelitian ini. Jumlahnya sebanyak 22 buah yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: a. Angket tentang kegiatan keagamaan di majelis talim sebanyak 11 item. Angket tentang sikap keagamaan (ibadah dan akhlak) sebanyak 11 item.
D. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut: 1. Editing pada tahap ini, penulis memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden. Sehingga, apabila ada kekeliruan dalam pengisian angket tersebut, maka penulis dapat mengetahuinya dan bias meminta responden untuk melengkapinya. 2. Tabulating dan Analisis setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara deskriptif analisa dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi:
f P = x 100 % N Keterangan: P = Angka persentase f = Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden 35 N = Number of Cases (Jumlah banyaknya individu) 100 % = Bilangan tetap Setelah penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus peresentase, maka kemudian penulis mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: a. 100 % = Seluruhnya b. 90-99 % = Hampir seluruhnya c. 60-89 % = Sebagian besar d. 51-59 % = Lebih dari setengahnya e. 50 % = Setengahnya f. 40-49 % = Hampir setengahnya g. 10-39 % = Sebagian kecil h. 1-9 % = Sedikit sekali i. 0 % = Tidak sama sekali 6
6 Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung; IAIN, Sunan Gunung Djati Bandung, 1984), Cet. Ke-1, hal-52. 36 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin terhadap pembentukan sikap keagamaan remaja di Batu Ceper Tangerang yang dilakukan pada tanggal 21-25 April telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan dalam pembahasan skripsi ini. Data-data tersebut akan dideskripsikan secara lengkap untuk selanjutnya diolah dan dianalisa secara statistic serta diinprestasikan sehingga diperoleh suatu kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan skripsi ini.
A. Deskripsi Data 1. Sejarah Berdiri dan Tujuan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin Majelis Ta'lim Al-Mujahidin berawal dari sebuah pengajian sederhana yang dirintis pada tahun 1963 oleh para ulama disekitarnya, antara lain: KH. Muhammad Yusuf, KH. Muslim, KH. Masyhud, KH. Zamakhsyari HM, KH. Abdussalam HM. Majelis Ta'lim ini awalnya hanya mengadakan pengajian kaum bapak dan ibu saja, pada setiap malam Rabu dan Sabtu setelah shalat Isya bertempat di Masjid Al-Mujahidin Rt.04/02 Kel. Belendung Kec.Benda Batu Ceper Tangerang Banten 15123. Setelah pengajian tersebut berlangsung selama 28 tahun, maka timbul gagasan dari para jama'ah pengajian untuk mendirikan pengajian khusus untuk remaja. Pada tanggal 2 sya'ban 1411 H bertepatan pada tanggal 17 Agustus 1991 M, id11636000 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 37 didirikanlah pengajian remaja yang dilaksanakan setiap malam Jum'at ba'da shalat Isya bertempat di Masjid Al-Mujahidin. Latar belakang didirikannya pengajian remaja ini adalah karena remaja disekitar Majelis Ta'lim Al-Mujahidin ada sebagian yang hanya mengenyam pendidikan umum saja, dan juga ada sebagian remaja yang putus sekolah. Hal ini mendorong para perintis merasa perlu untuk memberi perhatian kepada para remaja tersebut agar memiliki pengetahuan agama yang luas. Pengajian remaja ini mulai mengalami perkembangan, hal ini terlihat dari jumlah jama'ahnya yang semakin bertambah. Besarnya minat remaja yang mengikuti pengajian akhirnya timbul pemikiran untuk menambah waktu pengajian, maka diadakanlah pengajian bulanan yang jama'ahnya adalah jama'ah pengajian remaja. Pengajian bulanan dilaksanakan setiap hari Minggu pertama jam 08 00 sampai dengan selesai, dengan bentuk pengajian yaitu mendengarkan ceramah dari para ulama yang di undang untuk memberikan ceramah agama. Tujuan awal didirikannya pengajian remaja adalah untuk memberikan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam di kalangan remaja agar nantinya tercermin akhlaqul karimah dalam diri mereka, serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan baik dari segi sosial maupun budaya. 1
1 Wawancara Penulis dengan KH. Abdussalam H. M., di Batu Ceper ; 21 April 2006 38 2. Tenaga Pengajar dan Jamaah Tenaga pengajar pengajian remaja pada awalnya dipimpin oleh para perintis Majelis Ta'lim, dan guru dari luar antara lain: KH. Sumarno Syafi'i dan KH. Munahar. Mengingat usia para perintis sudah tua, KH. Muhammad Yusuf (Al- Marhum), KH. Muslim (umur 67 tahun), KH. Masyhud (Al-Marhum), KH. Zamakhsyari HM (Al-Marhum), KH. Abdussalam HM (umur 60 tahun). Maka pada saat ini yang mengajar pengajian remaja antara lain: Ustadz Fathurrahman (fiqh), Ustadz Muhammad Syahru (Tafsir), Alwi Husin (akhlaq), Ustadzah Wafa. S (hadits). Tampaknya semangat para pengajar ini antusias dalam memberikan pengajian. Jama'ah pengajian remaja yang mengikuti pengajian juga antusias jumlah mereka 60 orang, yaitu 27 orang remaja putera dan 33 orang puteri mulai usia 12 sampai 27 tahun. Sebagian besar dari jama'ah adalah para pelajar dan mahasiswa, dan sebagian lagi jama'ahnya sudah bekerja. 2
Dalam setiap pengajian jama'ah harus mengisi absent yaitu untuk mengetahui kehadiran jama'ah disetiap minggunya. Pakaian yang dipakai dalam mengikuti pengajian adalah busana muslim atau muslimah.
3. Sarana dan Prasarana Sarana merupakan komponen pendukung bagi kelangsungan Majelis Ta'lim ini. Menurut data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan survey, Majelis Ta'lim Al-Mujahidin memiliki sarana dan prasara pendukung dalam melaksanakan
2 Ibid. 39 proses belajar mengajar, seperti: spidol, white board (papan tulis), alat pengeras suara (sound system), komputer, serta kitab-kitab serta secretariat yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sarana tersebut dan juga digunakan sebagai ruang baca. Proses belajar mengajar dilaksanakan di Masjid Al-Mujahidin lantai dasar atau tempat biasa jama'ah masjid Al-Mujahidin melaksanakan sholat lima waktu.
4. Materi dan Metode Mengajar Yang Digunakan a. Materi yang diajarkan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin, antara lain: 1. Minggu pertama Hadits oleh Ustadzah Wafa. S 2. Minggu kedua Fiqh oleh Ustadz Fathurrahman 3. Minggu ketiga Tafsir oleh Ustadz Muhammad Syahru 4. Minggu keempat Akhlaq oleh Ustadz Alwi Husin Proses pengajian dilaksanakan selama 2 Jam yaitu pukul 19.30 sampai 21.30, pengajian di awali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh salah satu jama'ah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Shalawat Nabi yang dibacakan oleh tiga sampai empat orang jama'ah, setelah itu penyampaian materi oleh guru. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, yaitu seorang guru menyampaikan pelajaran di depan para jama'ah dan jama'ah mendengarkan serta menyimak bacaan yang sedang dijelaskan, dan tanya jawab. 3
3 Ibid. 40 5. Struktur Organisasi dan Pengolahan Majelis Ta'lim Al- Mujahidin Majelis Ta'lim Al-Mujahidin adalah pendidikan non-formal dengan berbagai kegiatan keagamaan, yang dikelola oleh seluruh pengurus yang struktur organisasinya sebagai berikut: Penasehat : KH. Abdussalam, H. M. Pembina : Drs. H. Adli Muslim Ketua : Ahmad Sahal Wakil Ketua : Muhasyim Sekretaris I : M. Thoyyib Sekretaris II : Syaifudin Bendahara I : Alfi Syahrin Bendahara II : Siti Munjiah BADAN PELAKSANA KEGIATAN ORGANISASI Departemen Pendidikan dan Da'wah : 1. Siti Muthiah 2. Fitri 3. Andi Rijal 4. khoirul 5. Malki Departemen Sosial dan Humas : 1. Ashabul Kahfi 41 2. Sanuddin 3. M. Fahmi 4. Munaya Annisa 5. sholhanah Departemen Kesenian dan Olahraga 1. M. Furqon 2. Abdillah 3. Firdaus 4. Zainuddin 5. Siti Handayani Departemen Kaderisasi dan Organisasi 1. Misbahul Khoir 2. Ahmad Rifa'i 3. M. khoiri Yunus 4. Nining HZ 5. Siti Romlah
Berikut ini dikemukakan bagan organisasi Majelis Ta'lim Al-Mujahidin 42 Struktur Organisasi Majelis Ta'lim Al- Mujahidin
Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majelis Ta'lim sehingga berbagai kegiatan keagamaan berjalan dengan baik. Kegiatan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dilaksanakan satu kali seminggu, yaitu malam Kamis setelah shalat Isya. Materi yang dikaji adalah Hadits, Tafsir, Akhlaq, Fiqh, yang diajarkan secara bergiliran oleh para guru dalam satu minggu. Penasehat Pembina Ketua Seksi-Seksi Wakil Ketua Bendahara II Sekretaris II Bendahara I Sekretaris I
43 Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin juga melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama atau kyai untuk memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam (ceramah). Pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin juga mempunyai berbagai kegiatan yang dikelola para pengurus untuk memenuhi kebutuhan jama'ah. Kegiatan tersebut antara lain: 1. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam. 2. Kunjungan ke Majelis Ta'lim-Majelis Ta'lim lain (Stady Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali silaturahim antar sesama muslim. 3. Memperingati Hari Ulang Tahun HIPMA (Himpunan Pemuda Majelis Ta'lim Al-Mujahidin). Kegiatan ini diisi dengan berbagai perlombaan, antara lain: membaca Al-Qur'an, membaca Kitab, membaca Rawi, Pidato, Khutbah, Shalawat, Adzan, Hifzil Qur'an, Pawai Ta'aruf, dan lain-lain. Kegiatan ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali, dengan lama kegiatan 7 sampai 10 hari. Sedangkan para peserta berasal dari mushola-mushola atau pengajian-pengajian yang ada disekitarnya. Seluruh kegiatan di atas dikelola oleh para pengurus pengajian remaja dan dihadiri oleh jama'ah pengajian remaja, para undangan, dan masyarakat sekitarnya.
6. Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin 44 Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin secara umum dapat terlihat dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi jama'ah yang selanjutnya menjadi landasan kehidupan sehari-hari. Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin, antara lain: 1. Memberikan wawasan keagamaan yang luas kepada para jama'ah Peran Majelis Talim Al-Mujahidin dalam pengembangan wawasan keagamaan para jamaahnya, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung para jamaah majelis talim tersebut dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang wawasan agama Islam dan akhirnya menambah pengetahuan mereka tentang Islam sebagai agama yang mereka yakini serta mereka jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari. 2. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majelis Talim Al-Mujahidin, tidak hanya untuk menambah wawasan keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturrahmi sesama jamaah. 3. Mengkaderisasi calon ulama yang ada disekitar Kegiatan-kegiatan dan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam yang dilaksanakan di Majelis Talim Al-Mujahidin seluruhnya berorientasi pada pengkaderan calon ulama seperti kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK), Pelatihan Bilal, Khotib dan Imam. Hal ini dilakukan agar remaja yang ada 45 disekitar (Majelis Talim Al-Mujahidin) memahami ajaran agama Islam dan mewariskannya kepada generasi-generasi penerusnya. 4. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah Peran Majelis Talim Al-Mujahidin dalam menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan tekhnologi dan perkembangan jaman. 5. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman tentang agama yang diberikan di Majelis Talim Al-Mujahidin diharapkan para jamaah mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan. B. Analisa dan Interpretasi Data Pada pengumpulan data ini dideskripsikan dengan mengambil pembuatan table-tabel. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis maka penelitian ini menggunakan sampel sebesar 66 % dari 60 jama'ah pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin. Data-data yang terkumpul dari responden sebanyak 40 jama'ah. 46 Untuk mempermudah menganalisa data angket maka tiap yang ditanyakan dalam angket diolah dalam bentuk tabel. Hal tersebut berguna untuk menghitung besar prosentase pilihan responden sesuai dengan rumus pada bab III.
1. Kegiatan Keagamaan Majelis Ta'lim Tabel 1 Keberadaan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sangat penting 24 60 % B Penting 16 40 % C Kurang penting - - D Tidak penting - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah menganggap keberadaan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sangat penting yaitu sekitar 60 % dan yang menjawab penting sebayak 40 %. Hal ini membuktikan bahwa Majelis Ta'lim Al- Mujahidin mempunyai kontribusi dalam memberikan wawasan Islam. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin mempunyai peranan yang cukup penting. Tabel 2 Frekuensi Mengaji No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu 13 32,5 % B Sering 16 40 % C Kadang-kadang 11 27,5 % D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 % 47 Bila dilihat dari prosentase di atas sekitar 32,5 % dari jama'ah selalu mengikuti pengajian dan yang menjawab sering mengikuti pengajian secara rutin sebanyak 40 %. Sedangkan 27,5 % menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian secara rutin. Dari tabel di atas mununjukan bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin mempunyai daya tarik bagi jama'ah sehingga sebagian besar sering menghadiri kegiatan tersebut. Tabel 3 Motivasi Mengaji di Majelis Ta'lim No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Atas kemauan sendiri 30 75 % B Ajakan teman/pengurus 7 17,5 % C Perintah orang tua 3 7,5 % D Ikut-ikutan - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah yang mengikuti aktivitas di Majelis Ta'lim atas kemauan sendiri, yaitu sebanyak 75 %. Sedangkan jama'ah yang mengikuti Majelis Ta'lim karena ajakan teman atau pengurus sebanyak 17,5 % dan 7,5 % atas perintah orang tua. Dengan demikian kesadaran agama dalam diri remaja sudah melekat dan tidak harus dipaksa lagi. Tabel 4 Alasan Bergabung di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Menambah pengetahuan agama 35 87,5 % B Memperbanyak teman 3 7,5 % C Mengisi waktu luang 2 5 % D Iseng-iseng saja - - Jumlah N = 40 100 % 48 Berdasarkan hitungan prosentase di atas yaitu 87,5 % sebagian besar jama'ah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin untuk menambah pengetahuan agama, di samping itu ada juga yang beralasan untuk memperbanyak teman yaitu sekitar 7,5 % dan mengisi waktu luang 5 %. Hal ini menunjukan bahwa Majelis Ta'lim sebagai lembaga pendidikan non-formal dapat menambah pengetahuan agama khususnya bagi para jama'ahnya. Tabel 5 Keaktifan Mengikuti Kegiatan Keagamaaan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sangat aktif 11 27,5 % B Aktif 20 50 % C Kurang aktif 9 22,5 % D Tidak aktif - - Jumlah N = 40 100 %
Bila dilihat prosentase di atas 27,5 % dari jama'ah terbilang sangat aktif dan 50 % jama'ah menyatakan aktif, sedangkan 22,5 % jama'ah kurang aktif. Hal ini menunjukan antusias para jama'ah untuk mempelajari pengetahuan agama yang diajarkan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin. Tabel 6 Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sangat bertambah 20 50 % B Cukup bertambah 20 50 % C Kurang bertambah - - D Tidak sama sekali - - Jumlah N = 40 100 %
49 Tabel di atas menunjukan bahwa setelah mereka mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pengetahuan agama mereka sangat bertambah yaitu 50 % dan 50 % lagi menyatakan cukup bertambah. Ini menunjukan bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin berperan dalam menambah wawasan keagamaan bagi para jama'ahnya. Tabel 7 Cara Penyampaian Materi No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sangat sitematis sehingga mudah dipahami 18 45 % B Cukup sederhana 20 50 % C Sering berbelit-belit sehingga sukar dipahami 2 5 % D Tidak menarik/membosankan - - Jumlah N = 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 45 % jama'ah menyatakan bahwa dalam penyampaian materi mereka dapat memahami dengan baik karena sangat sistematis dan ada pula yang menyatakan cukup sederhana yaitu 50 %. Sedangkan yang menyatakan sering berbelit-belit adalah sebanyak 5 %. Hal ini menunjukan bahwa para pengajar di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam menyampaikan materi cukup jelas sehingga mudah dipahami oleh jama'ah. Tabel 8 Metode yang Diinginkan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Ceramah, diskusi dan Tanya jawab 34 85 % B Ceramah 3 7,5 % C Diskusi 1 2,5 % D Tanya jawab 2 5 % Jumlah N = 40 100 % 50 Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka menginginkan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab yang dipakai di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin. Sedangkan metode ceramah saja 7,5 %, metode diskusi saja 2,5 % dan metode Tanya jawab saja 5 %. Dengan demikian tabel di atas menunjukkan metode yang dipakai harus bervariasi. Tabel 9 Pengamalan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu 7 17,5 % B Sering 29 72,5 % C Kadang-kadang 4 10 % D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 %
Pada tabel di atas 17,5 % responden menyatakan selalu dan 72,5 % menyatakan sering mengamalkan ilmu yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jama'ah Majelis Ta'lim Al-Mujahidin mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 10 Peran Majelis Ta'lim Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Keagamaan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sangat berperan 24 60 % B Cukup berperan 16 40 % C Kurang berperan - - D Tidak berperan - - Jumlah N = 40 100 % 51 Prosentase di atas 60 % dari responden menyatakan bahwa Majelis Ta'lim Al- Mujahidin mempunyai peranan dalam mempengaruhi sikap keagamaan. Sedangkan 40 % dari responden menyatakan cukup berperan. Dengan demikian Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sebagai pendidikan non-formal mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku keagamaan remaja. Tabel 11 Faktor lain yang Berperan Terhadap Sikap dan Perilaku Keagamaan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Bimbingan orang tua 21 52,5 % B Pendidikan agama di sekolah 6 15 % C Bimbingan guru ngaji 5 12,5 % D Baca buku agama 8 20 % Jumlah N = 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas meninjukan bahwa 52,5 % dari jama'ah menyatakan bahwa bimbingan orang tua sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keagamaan selain Maj;is Ta'lim Al-Mujahidin. 15 % menunjukan bimbingan pendidikan agama di sekolah juga memp[unyai peran dalam membentuk sikap dan perilaku keagamaan. Sedangkan 12,5 % dan 20 % adalah bimbingan guru ngaji dan baca buku agama juga berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keagamaan seorang remaja. 2. Sikap Keagamaan (Ibadah dan Akhlak) Tabel 12 Kelancaran Membaca Al-Qur'an 52 No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Ya, lancar 23 57,5% B Kurang lancar 9 22,5 % C Tidak lancar 8 20 % D Tidak bias sama sekali - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel hitungan presentase di atas 57,5 % dari responden lancer dalam membaca Al-Qur'an. Sedangkan 22,5 % menyatakan kurang lancer. 20 % menyatakan tidak lancer. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dalam membaca Al-Qur'an setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim ini adalah lancar Tabel 13 Kewajiban Melaksanakan Shalat 5 Waktu No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu 27 67,5 % B Sering 8 20 % C Kadang-kadang 5 12,5 % D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 %
Presentase di atas menyatakan bahwa 67,5 % dari responden menyatakan selalu melaksanakan shalat lima waktu. 20 % menyatakan sering dan 12,5 % menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini menunjukan bahwa sebagiab besar jama'ah menyadari bahwa kewajiban sholat lima waktu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Tabel 14 Mengulur-ulur Waktu Shalat 53 No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu - - B Sering 9 22,5 % C Kadang-kadang 23 57,5 % D Tidak pernah 8 20 % Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan presentase 20 dari jama'ah Majelis Ta'lim Al- Mujahidin tidak pernah mengulur-ulur waktu sholat. Sedangkan 57,5 5 dari responden menyatakan kadang-kadang mereka mengulur-ulur waktu sholat lima waktu dan 22,5 % menyatakan sering mengulur-ulur waktu. Tabel 15 Pelaksanaan Shalat Jama'ah No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu 9 22,5 % B Sering 12 30 % C Kadang-kadang 19 47,5 % D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 22,5 5 dari responden menyatakan bahwa mereka selalu melaksanakan shalat secara berjama'ah dan 30 % menyatakan sering melaksanakan shalat berjama'ah sedangkan 47,5 % dari responden menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat berjama'ah. Tabel 16 Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Selalu 36 90 % 54 B Sering 4 10 % C Kadang-kadang - - D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 %
Berdasarkan hitungan presentase di atas 90 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan 10 % menyatakan sering berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini menyatakan bahwa kesadaran melaksanakan kewajiban berpuasa sudah melekat dalam diri mereka, walaupun ada juga yang menyatakan sering. Tabel 17 Sikap Ketika di Perintah Oleh Orang Tua No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Menjalankan perintahnya dengan senang hati 34 85 % B Menjalankan perintahnya dengan kesal hati - - C Biasa saja 6 15 % D Membantah perintahnya - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu menjalankan perintah orang tua dengan senang hati. Sedangkan sekitar 15 % dari responden menyatakan bahwa selalu menjalankan perintah orang tua biasa saja. Tabel 18 Adab Bertemu 55 No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Mengucapkan salam 40 100 % B Memanggil namanya - - C Langsung masuk - - D Diam saja - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa 100 % dari responden menyatakan bahwa ketika mereka berkunjung ke rumah teman selalu mengucapkan salam. Tabel 19 Sikap Ketika Bertemu Teman No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Mengucapkan Salam 21 52,5 % B Memanggil namanya 18 45 % C Memanggil julukannya 1 2,5 % D Masa bodoh - - Jumlah N = 40 100 %
Tabel di atas menunjukan 52,5 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan tema khususnya sesame muslim, sedangkan 45 % memanggil namanya dan 2,5 % memanggil dengan nama julukannya. Tabel 20 Sikap Ketika Melihat Teman Berkelahi No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Menasehati 14 35 % B Melarang 20 50 % C Membiarkan 4 10 % D Ikut serta 2 5 % Jumlah N = 40 100 % 56 Berdasarkan hitungan presentase di atas 35 % dari responden selalu bersikap menasehati jika melihat teman berkelahi, sedangkan 50 % selalu melarang, 10 % membiarkan jika melihat teman berkelahi dan 5 % ikut serta apabila melihat temannya berkelahi. Tabel 21 Kehadiran Dalam Kegiatan Keagamaan di Sekitar Linkungan No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Sering hadir 8 20 % B Sering 15 37, 5 % C Kadang-kadang 17 42,5 % D Tidak pernah - - Jumlah N = 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas 20 % dari responden menyatakan selalu hadir dalam setiap keagamaan yang diadakan disekitar lingkungan mereka, sedangkan 37,5 % dari anggota jama'ah menyatakan sering, dan 42,5 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 22 Sikap Ketika Melihat Teman Terkena Musibah No Alternatif Jawaban (F) ( P ) A Menolong dan menghiburnya 14 35 % B Melihat dan menjenguk 24 60 % C Mengucapkan rasa iba 2 5 % D Masa bodoh - - Jumlah N = 40 100 %
57 Berdasarkan tabel di atas 35 % dari jama'ah Majelis Ta'lim menyatakan jika mereka melihat teman mereka tertimpa musibah mereka selalu menolong dan menghiburnya, sedangkan 60 % mereka selalu melihat dan menjenguknya dan 5 % mengucapkan rasa iba. Dari semua tabel di atas menunjukan bahwa keberadaan Majelis Ta'lim Al- Mujahidin mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap keberagamaan remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang. Pernyataan ini bisa dibuktikan dari rata-rata jawaban responden yang menjawab selalu dan sering. Meskipun sebagian kecil responden menyatakan Majelis Ta'lim hanya sedikit berperan dalam membentuk sikap keagamaan remaja, ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Apabila dilihat dari ilmu pengetahuan, responden menyatakan bahwa setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pengetahuan agama sangat bertambah sekitar 50 %, adapun yang mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim atas kemauan sendiri yaitu sekitar 75 %. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang agama mereka sangat bertambah setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Al- Mujahidin. Motivasi itu timbul dari diri remaja tersebut tanpa paksaan dari orang lain. Ini terlihat kesadaran tentang agama terhadap remaja sudah melekat. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam keikutsertaannya (peranannya) dalam membentuk sikap keagamaan remaja diaplikasikan dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang telah mendidik dan mengarahkan remaja agar jangan sampai mereka melakukan perbuatan yang dilarang. 58 Melalui kegiata-kegiatan itulah para remaja akan mendapat pengetahuan dan pendidikan agama maupuan umum dan dapat membawa remaja menjadi manusia- manusia yang berkepribadian muslim yang diharapkan semua orang baik keluarga, masyarakat dan agama. Berdasarkan penelitian ternyata hipotesa alternatif (Ha) diterima karena teruji kebenarannya, berarti: pengaruh yang signifikan antara peranan Majelis Ta'lim dan pembentukan sikap keagamaan remaja di Batu Ceper Tangerang. Dan sebaliknya hipotesa nihil (Ho) ditolak karena tidak teruji kebenarannya.
58 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk menulis skripsi dengan judul Peranan Majelis Talim Al-Mujahiddin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin yang dirintis tahun 1963 awalnya hanya melaksanakan pengajian kaum Bapak dan Ibu saja. Akan tetapi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka didirikanlah Pengajian Remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin pada tanggal 17 Agustus 1991, dengan waktu pengajian setiap malam Jum'at ba'da Isya bertempat di Masjid Al-Mujahidin. Pengajian Remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin inipun mulai mengalami perkembangan dan akhirnya muncul pengajian bulanan. 2. Kegiatan yang dilaksanakan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin tidak hanya menyelenggarakan pengajian rutin saja. Akan tetapi masih banyak kegiatan lain yang sering diselenggarakan, antara lain: a. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu: Peringatan Maulid Nabi Muhammad id11688453 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 59 SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam, dan lain sebagainya. b. Kunjungan ke Majelis Ta'lim-majelis Ta'lim lain (Stady Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali silaturahim antar sesama muslim. c. Memperingati Hari Ulang Tahun HIPMA (Himpunan Pemuda Majelis Ta'lim Al-Mujahidin). Kegiatan ini diisi dengan berbagai perlombaan, antara lain: membaca Al- Qur'an, membaca Kitab, membaca Rawi, Pidato, Khutbah, Shalawat, Adzan, Hifzil Qur'an, Pawai Ta'aruf, dan lain-lain. Kegiatan ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali, dengan lama kegiatan 7 sampai 10 hari. Sedangkan para peserta berasal dari mushola-mushola atau pengajian- pengajian yang ada disekitarnya. 3. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal banyak mempunyai peranan dalam masyarakatnya, antara lain: a. Memberikan wawasan keagamaan yang luas b. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim c. Mengkaderisasi para ulama yang ada disekitar 60 d. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah e. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.
B. Saran Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Majelis Ta'lim Al-Mujahidin yang terletak di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang, telah dapat penulis simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di atas. Bertolak dari kesimpulan tersebut, maka penulis menganjurkan saran sebagai berikut: 1. Untuk lebih meningkatkan intelektualitas para jama'ah, hendaklah jama'ah tidak hanya mendengarkan dan menerima materi yang diajarkan saja. Akan tetapi usahakan materi yang akan dibahas terlebih dahulu dibaca oleh jama'ah secara bergiliran, sehingga jama'ah lebih memperhatikan materi yang akan dibahas. 2. Dalam menjelaskan materi yang sedang dibahas janganlah bersifat monoton yang selajutkan akan membuat bosan jama'ah, usahakan penjelasan materi dikaitkan dengan perkembangan zaman yang sedang berkembang, sehingga para jama'ah mudah memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 61 3. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin hendaklah lebih bervariasi sehingga menarik minat para jama'ah untuk ikut menghadiri. 4. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin sebagai lembaga pendidikan non-formal yang telah lama berdiri dan telah mengalami perkembangan, hendaklah diimbangi dengan sistem pengelolaan yang baik. Kemandirian dan ketangguhan dalam mengantisipasi setiap perubahan, baik yang berskala lokal, nasional dan internasional menjadi suatu hal yang penting yang harus diperhatikan para pengurus.
62 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. XI Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I Azwar, Saefudin, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya) Cet-2, Pustaka Pelajar, 1998 Alawiyah, Tuti, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Talim, (Bandung: Mizan, 1997), cet. Ke-1 Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3 Chirzin, Habib, M., Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3 Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI ., Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3 Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majelis Talim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987) id11705859 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 63 Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka Setia, 1998) Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10 Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995), cet. Ke-10 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985) Rukminto Adi, Isbandi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial (dasar-dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994 Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982) Sutarno, R., Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II Salam, Abdus, HM., K.H., Wawancara Pribadi, 21 april 2006 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet II Wirawan Sarwono Sarlito, Dr., Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta: 2000, cet. V W. S, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI .., Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) cet VII , Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000 Warson Munawir, Ahmad, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14 Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)