You are on page 1of 8

Nama: Deti Sopandi (208100283) kelas: Sosiologi A/VIII Tugas: Agama dan Pembangunan

Tipe Soal: 33 1. Apakah pembangunan (kemajuan teknologi) dapat memacu perkembangan Islam? 2. Apakah Teori Pembangunan Adam Smith dapat diterapkan pada pembangunan yang Islami ? Jelaskan! 3. Dalam Teori Harrod-Domar dikenal istilah MPS/ Marginal Propensity to Save (s) dan MPC/ Marginal Propensity to Consume (c) . Jelaskan yang dimaksud dengan MPS dan MPC! Jelaskan pula hubungan antara MPS dengan MPC!

Jawaban 1. Sekitar 13 abad lamanya Islam mampu menjadi peradaban yang sangat besar dimulai dari masa kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW (622-633 M), Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masamasa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam. Dari penjelasan diatas kita bisa melihat bertapa hebatnya peradaban Islam karena dapat mengendalikan baik dalam sektor saint dan teknologi, ekonomi, budaya, sosial. Tidak bisa dipungkiri bahwa sangat besar sekali pengaruh kemajuan Islam khususnya di bidang saint dan teknologi yang berkontribusi banyak untuk kemajuan peradaban dunia. Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari

peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam. Harus diakui bahwa kehebatan barat mampu menggeser hegemoni dunia islam sebagai pemegang kendali peradaban. Namun kejadian ini tidak perlu menjadi bahan untuk peperangan melainkan untuk pembelajaran. Tonggak estapet kemajuan peradaban yang sekarang dipegang oleh barat khususnya dibidang saint dan teknologi sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan dunia, begitupun juga dapat memacu bagi perkembangan Islam. Di era globalisasi sekarang kemajuan teknologi masuk dalam sendi-sendi kehidupan baik yang skala makro maupun skala mikro yang dapat memacu perkembangan islam. Dalam suatu hal atau suatu fenomena biasanya terjadi dua konsekuensi atau efek. Begitupun dengan kemajuan teknologi bagi Islam. Efek positif, kita bisa melakukan penilaian secara imprastruktur. Banyak pembangunan fasilitas yang menunjang sarana ibadah, informasi, pendidikan, komunikasi dan yang lainnya. Pembangunan mesjid misalnya jika dahulu orang yang hendak melaksanakan ibadah sholat harus bersusah payah mencari mesjid, menimba air untuk berwudhu sekarang orang dapata dimudahakan dengan adanya mesjid disetiap daerah, penarikan air dengan mesin pompa atau jetpam jadi semua proses tadi dinilai efektif. Di era cyber space, dapat memudahkan orang untuk mengakses dan mendapat informasi dengan mudah. Sekarang kita dapat mengakses Al-quran cara online, adanya percetakan kitab. Efek negatif, kita bbisa melakukan penilaian secara suprastruktur. Jiaga kita tidak mempunyai prinsip dan filterisasi yang ketat dapat menyebabkan kekeringan spiritual serta lembaknya mental dan degradasi moral sebagai pondasi iman seseorang. Karena kemudahan-kemudahan yang didapat dari pengambilan informasi. 2. Teor iAdam Smith ahli ekonomi klasik yg dianggap paling terkemuka. Karyanya yang terkenal, adalah sebuah buku yg berjudul An Inguity Into The Nature and Cause Of The Wealth of Nations yg diterbikan 1776, terutama menyangkut masalah pembangunan

ekonomi. Walaupun ia tdk memaparkan Teori Pertumbuhan secara sistematik namun teori yg berkaitan dg itu kemudian disusun oleh para ahli ekonomi berikutnya. Hukum Alam. Adam Smith menyakini berlakunya doktrin hukum alam dalam persoalan ekonomi. Ia menganggap setiap orang sebagai hakim yang paling tahu akan kepentingannya itu demi keuntungannya sendiri. Dalam mengembangkan kepentingan pribadinya itu, orang akan memerlukan barang keperluan hidupnya sehari-hari. Dalam melakukan ini setiap individu akan dibimbing oleh sesuatu yg tak terlihat . Bukan demi kebaikan tukang roti kita membeli roti, tapi untuk kebaikan kita sendiri, kata Smith. Setiap orang jika dibiarkan bebas akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan mereka secara Agregrat. Smith pada dasarnya menentang setiap Campur Tangan Pemerintah dalam Industri dan Perniagaan. Ia adalah penganut paham perdagangan bebas dan peganjur kebijaksanaan pasar bebas dalam ekonomi. Kekuatan yang tak terlihat yaitu pasar persaingan sempurna yg merupakan mekanisme menuju

keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk memaksimumkan kesejahteraan nasional. Pembagian Kerja. Pembagiaan kerja adalah titik permulaan dari Teori Pertumbuhan Smith, yg meningkatkan daya prodiktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan ; (1) meningkatkan ketrampilan kerja; (2) penghematan waktu dalam produksi; (3) penemuan mesin yg menghemat tenaga. Penyebab terakhir dari kenaikan produktivitas itu bukan berasal dari tenaga kerja tetapi dari modal. Teknologi majulah yg melahirkan pembagian kerja dan perluasan pasar. Tetapi apa yg mengarahkan pada pembagian kerja adala kecenderungan tertentu pada sifat manusia, yaitu kecenderungan untuk tukar-menukar, barter dan mempertukarkan suatu barang dengan barang lain. Akan tetapi, pembaginan kerja tergantung pada besarnya pasar. Salah satu pemeo terkenal pembagian kerja dibatasi luasnya pasar mengandung arti bahwa pembagian kerja bertambah seiring dengan meningkatnya pasar. Oleh itu, perluasan perniagaan dan perdagangan internasional sangat bermanfaat, dengan meningkatnya jumahl penduduk dan fasilitas transportasi terjadi pembagian kerja yg semakin meluas dan peningkatan modal yang semakin besar.

Proses Pemupukan Modal. Smith menekankan, pemupukan modal harus dilakukan lebih dahulu darapada pembagian kerja. Ia menulis;karena pemupukan stok dalam bentuk barang hrs lebih dulu dilakukan sebelum pembagian kerja, maka pekerjaan hanya dapat dibagi lebih lanjut secara seimbang, jika stok lebih dulu diperbesar. Seperti ahli ekonomi modern, Smith mengannggap pemupukan modal sebagai suatu syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi; dengan demikian permasalahan pemb.ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menanam modal. Modal suatu bangsa meningkat deng an cara yg sama seperti meningkatnya modal perseorangan yaitu dengan jalan memupuk dan menambah secara terus menerus tabungan yang mereka sisihkan dari pendapatan. Maka dari itu, cara yg paling cepat adalah dengan menanamkan modal sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penghasilan yang paling besar pada seluruh penduduk agar mereka dapat menabung sebanyakbanyaknya. Dengan demikian tingkat Investasi akan ditentukan oleh tingkat tabungan dan tabungan sepenuhnya diInvestasikan. Sebagaimana dikatakan Smith;bagian yang ditabung tiap tahun oleh seseorang dengan segera digunakan sebagai modal. Tetapi hampir keseluruhan tabungan diperoleh dari penanaman modal atau penyewaan tanah. Oleh karena itu, hanya Kaum Kapitalis dan Tuan tanah yang mampu menabung. keyakinan ini didasarkan pada Iron Law Wage. Para ahli ekonomi klasik juga menyakini adanya suatu cadangan upah, dalam arti bahwa upah cenderung menyamai jumlah yang diperlukan bagi kebutuhan hidup minimum para pekerja. Jika pada suatu waktu cadangan keseluruhan menjadi lebih tinggi daripada tingkat kebutuhan hidup minimum, maka tenaga kerja akan meningkat, persaingan dalam mencari pekerjaan akan menjadi lebih tajam dan upah akan menurun lagi sampai ketingkat kebutuhan hidup minimum. Dalam keadaan seperti ini, sebagian pekerja akan mengalami kesukaran untuk hidup dibawah standar normal. Maka dari itu mereka tidak akan sanggup untuk berkeluwarga atau memperbesar anak-anaknya. Angkatan kerja akan menjadi berkurang dan persaingan antar para Kapitalis dalam memperebutkan para pekerja akan cenderung akan meningkatkan upah. Jadi, Smith yakin bahwa dalam kondisi yang Statisioner (tetap), tingkat upah akan jatuh sampai tingkat yg hanya cukup untuk hidup, sedangkan dalam periode pemupukan modal yang cepat tingkat upah naik melebihi tingkat kebutuhan hidup tersebut. Seberapa jauh upah naik tergantung pada tingkat pemupukan modal dan tingkat pertumbuhan penduduk. Akan tetapi

cadangan upah diperoleh dari tabungan dan digunakan untuk membiayai tenaga kerja melalui investasi. Ia yakin, tabungan secara otomatis akn berubah menjadi investasi, dengan demikian cadangan upah dapat ditingkatkan dg meningkatkan laju investasi netto. Agen Pertumbuhan. Menurut Smith, para petani, produsen, dan pengusaha, merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Adl perdagangan bebas dan persaingan, yg mendorong mereka memperluas pasar, yg pd gilirannya memungkinkan pembangunan ekonomi. fungsi ketiga agen itu saling berkaitan erat. Bagi Smith pembangunan pertanian mendorong peningkatan pekerjaan konstruksi dan perniagaan. Pada waktu terjadi kenaikan surplus pertanian sebagai akibat pembangunan ekonomi, maka permintaan akan jasa perniagaan dan barang pabrikan akan meningkat pula; ini akan membawa kemajuan pada perniagaan dan berdirinya industri manufaktur. Pada sisi lain, pembangunan tersebut akan meningkatkan produksi pertanian apabila para petani menggunakan teknik produksi yg canggih. Jadi pemupukan modal dan pembangunan ekonomi terjadi karena tampilnya para petani, produsen, dan pengusaha. Proses Pertumbuhan. Menurut Smith, proses pertumbuhan bersifat menggumpal (kumulaitf). Apabila timbul kemakmuran sebagai akibat kemajuan di bidang pertanian, industri manufaktur, dan perniagaan, kemakmuran itu akan menarik kepemupukan modal, kemajuan teknik, meningkatnya jml penduduk, perluasan pasar, pembagian kerja, dan kenaikan keuntungan secara terus-menerus (semua ini terjadi dalam apa yg disebut Smith Situasi Progresif,yg dlm kenyataanya mrpkn keadaan yg menyenangkan bg slrh lapisan masyarakat.) dalam keadaan yg maju seperti ini ; sementara masyarakat meraih hasilhasil yg lebih baik, keadaan buruh miskin menjadi kelompok yg plg bahagia dan nyaman. Tetapi proses ini ada akhirnya, kelangkaan sumber daya pd akhirnya memberhentikan pertumbuhan. Smith menulis, dalam suatu Negara yang telah sanggup memperoleh kemakmuran seperti itu krn sifat tanah dan iklimnya, dan situasinya lebuh memungkinkan dibandingkan dengan Negara lain yang karena itu tidak dapat maju labih jauh,dan yang tidak akan mungkin mundur, baik upah buruh maupun keuntungan stok mungkin akan menjadi sangat rendah. Didalam Negara kaya seperti ini, persaingan dlm mencari pekerjaan akan mengurangi upah sampai tingkat hidup minimal dan persaingan antar pengusaha akan menghasilkan keuntungan yg terendah. Sekali keuntungan

menurun, ia akan menurun terus. Investsi juga akan menurun dan dg jalan demikianlah hasil akhir dari Kapitalisme akan berupa suatu keadaan yang Statisioner. Apabila ini tejadi, pemupukan modal berhenti, penduduk mjd statisioner, keuntungan minimum, upah berada pd tingkat kehidupan minimal, tidak ada perubahan terhadap pendapatan perkapita, serta produksi dan perekonomian menjadi macet. Menurut saya teori pembangunan ekonomi Adam Smith tidak dapat diterapkan secara menyeluruh pada pembangunan yang Islami dikarenakan salahsatu unsur dalam teorinya yaitu penganjuran pasar bebas, sedangkan pasar bebas dinilai hanya menguntungkan salahsatu pihak yaitu pihak kapital (pemilik modal). Ini sangat bertentangan dengan dengan sistem ekonomi Islam yang mengedepankan sitem ekonomi koperasi yang menentang eksploitasi pemilik modal terhadap buruh miskin dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu sistem ekonomi menurut kacamata islam merupakan tuntunan dalam kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah. ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain: 1. Kesatuan (unity) 2. Keseimbangan (equilibrium) 3. Kebebasan (free will) 4. Tanggungjawab (responsibility)

Manusia sebagai wakil (khalifah) di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba. yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. 3. MPS/ Marginal Propensity to Save (s) adalah kecendrungan atau hasrat menabung suatu masyarakat baik tingkat mikro semisal rumah tangga maupun tingkat makro yaitu tingkat negara, adalah perbandingan didalam pertambahan tabungan dengan

pertambahan pendapatan disposebel. Sedangkan MPC/ Marginal Propensity to Consume (c) adalah kecendrungan atau hasrat mengkonsumsi bagi setiap masyarakat baik tingkat mikro contohnya rumah tangga maupun tingkat makro yaitu tingkat negara, dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel.

Hubungan antara MPS/Marginal Propensity to Save (s) dan MPC/ Marginal Propensity to Consume (c) adalah harus adanya keseimbangan antara keduanya agar adanya keseimbagan antara daya menabung masyarakat dengan daya konsumsi atau belanja suatu masyarakat.

Daftar Pustaka Enan, M.A. Decisive Moments in the History of Islam (Detik-detik Menentukan dalam Sejarah Islam). Alih bahasa oleh Mahyuddin Syaf, Surabaya: Bina Ilmu, 1979. Koentjraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1985. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid I, cetakan kelima. Jakarta: UI Press, 1985. Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, Penerbit: LP3ES, Jakarta. Kevin P. Clements, Teori Pembangun dari ke Kanan, Penerbit, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

You might also like