You are on page 1of 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kreativitas Anak 1. Pengertian Kreativitas Definisi kreativitas anak yang dikemukakan para ahli berbedabeda. Untuk memperjelas pengertian kreativitas, dan sekaligus sebagai bahan perbandingan maka akan diuraikan definisi kreativitas dari para ahli. Kreativitas merupakan proses yang dilakukan oleh seorang individu ditengah-tengah pengalamannya dan yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Pada dasarnya kreativitas anak bersifat ekspresionis. Ini dikarenakan pengungkapan (ekspresi) yang merupakah sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Kreativitas merupakan segala pemikiran baru, cara, pemahaman / model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan (Ulfah, 2008). Kreativitas adalah suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan (Meitasari, 2000). Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock, 2007). 2. Nilai Kreativitas Kreativitas memberi anak-anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besarpenghargaan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan kepribadiannya. Sebagai contoh, tidak ada yang dapat memberi anak rasa puas yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri, apakah itu berbentuk rumah, yang dibuat dari kursi yang dibalik dan ditutupi selimat atau gambar seekor anjing. Tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya daripada kritik atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesunggguhnya bentuk yang dibuatnya itu. Kreativitas

berharga, tetapi ini tidak berarti bahwa hanya karena itu semakin kreatif seseorang semakin besar sumbangannya pada kelompok sosial dan semakin bahagia dan baik penyesuaiannya. Terlalu kreatif mungkin membuat orang menjadi pemimpi yang tidak praktis yaitu mereka yang mencipta secara mental tetapi tampaknya tidak pernah mampu mewujudkan mimpinya ke dalam bentuk praktis yang menguntungkan dirinya atau kelompok sosial. Akibatnya, mereka tidak pernah mencapai sesuatu yang sebetulnya mereka mampu lakukan. Ini akan menimbulkan perasaan gagal yang membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial (Santrock, 2007) 3. Penemuan Kreativitas Orang yang kreatif ditemukan hanya setelah mereka menghasilkan sesuatu yang original seperti lukisan, musik dan menemukan suatu penemuan. Akibatnya, minat sekarang dipusatkan pada cara menemukan potensi kreativitas agar potensi ini dapat diberi kesempatan untuk berkembang. Menemukan potensi kreativitas terbukti merupakan tugas yang sangat sulit (Santrock, 2007). 4. Perkembangan Kreativitas Kreativitas bisa tampil dini dalam kehidupan anak dan terlihat pada saat ia bermain. Secara bertahap akan terpencar di bidang kehidupan yang lain. Suatu studi menunjukkan bahwa puncak kreativitas dapat diraih pada usia 30 tahunan, akhirnya mendatar saja dan tahap demi tahap akan menurun (Akbar, 2001). Lehman menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungan tekanan keuangan, dan kurangnya waktu bebas. Dan tidak ada bukti bahwa menurunnya kreativitas pada puncak perkembangan karena faktor hereditas. Yang pasti, pengaruh lingkungan lebih berpengaruh terhadap munculnya ekspresi kreativitas (Akbar, 2001).

a. Usia 5-6 tahun Sebelum seorang anak siap masuk sekolah, ia belajar untuk harus bisa menerima terhadap peraturan dan tata tertib orang-orang dewasa yang ada dirumah maupun di sekolahnya. b. Usia 8-10 tahun Keinginan untuk diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya merupakan ciri dari periode ini. Kebanyakan anak merasa bahwa untuk diterima, mereka haruslah menerima sedekat mungkin dengan polapola yang terbentuk di kelompok, dan setiap penyimpangan dari kelompok akan mengancam penerimaan kemampuannya. c. Usia 13-15 tahun Dalam upaya penerimaan kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan pola perilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan gang-age dimana remaja menyesuaikan dengan tujuan agar bisa diterima oleh kelompoknya. d. Usia 17-19 tahun Pada usia ini, upaya untuk diterima sebaik mungkin dalam jurusan tertentu juga menghancurkan kreativitas. Jika penjurusan memerlukan konformitas dalam pola yang baik serta harus diikuti oleh aturan dan tata tertib yang khusus, maka kreativitas tidak akan muncul. 5. Ciri ciri Kreativitas Pada Anak Munandar (1992), menjelaskan ciri-ciri kreativitas antara lain, sebagai berikut : a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau kognitif (aptitude ) antara lain : 1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

10

suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Keterampilan berpikir orisional, yaitu mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat kombinasikombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4) Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau memerinci secara detail dari suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 5) Keterampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan penentuan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif (non aptitude) antara lain adalah : 1) Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. 2) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. 3) Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

11

4) Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu-ragu karena

ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur. 5) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas (Santrock, 2007) a. Jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. b. Status sosioekonomi Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Yang pertama, kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis, sedangkan yang terakhir mungkin lebih mengalami pendidikan yang otoriter. Kontrol demokratis mempertinggi kreativitas karena memberi kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan individualitas, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya sendiri. Lebih penting lagi, lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas. Misalnya, anak kecil dari lingkungan yang kekurangan hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan untuk bereksperimen dengan lilin, lukisan, dan boneka

12

dibandingkan

dengan

mereka

yang

mempunyai

lingkungan

sosioekonomi yang lebih baik. c. Urutan Kelahiran Penjelasan mengenai perbedaan ini lebih menekankan

lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakang, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang pertama. Umumnya, anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menjadi penurut daripada pencipta. Anak tunggal agak bebas dari tekanan yang ada saudara kandung lainnya dan juga diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. d. Lingkungan Kota vs Lingkungan pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. e. Inteligensi Pada setiap umur, anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai. f. Keluarga Anak dari keluarga kecil, bilamana kondisi lain sama, cenderung lebih kreatif dari anak keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak otoriter dan kondisi sosioekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan

menghalangi perkembangan kreativitas. Untuk dapat menumbuhkan kreativitas anak, maka peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal membimbing anak agar kreatif.

13

7. Kondisi Yang Meningkatkan Kreativitas (Santrock, 2007) a. Waktu Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi merek auntuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. b. Kesempatan Menyendiri Hanya apabila tidak mendapat tekanan cari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Anak menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya. c. Dorongan Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif. d. Sarana Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. e. Lingkungan yang merangsang Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan saran yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial. f. Hubungan orang tua anak yang tidak posesif Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandi dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.

14

g. Cara mendidik anak Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter

memadamkannya. h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. 8. Sikap Sosial Yang Tidak Menguntungkan Bagi Kreativitas Faktor sosial yang sering menghalangi perkembangan kreativitas. Faktor penghambat ini terwujud dalam dua bentuk umum : pertama, sikap yang tidak positif terhadap anak yang kreatif; kedua, kurangnya penghargaan sosial bagi kreativitas. Dalam membahas sikap sosial yang tidak positif, Torrance mengatakan terlepas dari kenyataan bahwa anakanak ini mempunyai banyak gagasan yang hebat, mereka dengan cepat dikatakan mempunyai gagasan yang aneh, tidak masuk akal, atau nakal. Sulit untuk menentukan apa perkembangan kepribadian, maupun bakat kreatif bagi mereka di masa mendatang. Walaupun humor dan kelincahan mereka mungkin menarik anak lain untuk menjadi teman, sifat-sifat ini tidaklah selalu membuat mereka mudah dalam pergaulan. Kenyataannya sifat-sifat ini mungkin membuat perilaku mereka lebih sulit diramalkan dan ini mungkin membuat kehadiran mereka dalam sebuah kelompok merepotkan. Anak-anak segera melihat bahwa kreativitas kurang penting dibandingkan IQ yang tinggi untuk memenuhi tuntutan sekolah. Mereka juga menyadari bahwa sekolah lebih mendorong dan menghargai cara berpikir konvergen atau konvensional daripada cara berpikir divergen yang potensial kreatif. Dengan demikian, kemungkinannya adalah bahwa potensi masa muda (yang menurut Terman dan Oden kemudian berkembang sepenuhnya pada kelompok ber-IQ tinggi) tidak akan berkembang sepenuhnya pada kelompok yang kreatif (Meitasari, 2000).

15

Sikap sosial yang menghambat dan kurangnya penghargaan tidak saja mengurangi kreativitas, tetapi bahkan lebih buruk lagi, seringkali menunjang perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri yang tidak positif pada anak. Meskipun beberapa anak tertentu yang kreatif mungkin menarik diri dari kelompok sosial yang berpendapat kurang baik tentang diri mereka, anak lain mungkin membalas dengan bersikap menyulitkan atau membalas dendam (Meitasari, 2000). 9. Membimbing Kreativitas Anak (Santrock, 2007) a. Membuat anak terlibat dalam brainstorming dan memunculkan sebanyak mungkin ide Brainstorming adalah suatu teknik dimana anak diajak terlibat untuk memunculkan ide-ide kreatif yang baru dalam sebuah kelompok, menyoroti ide-ide orang lain, dan mengatakan secara praktis apapun yang muncul dalam pikiran. Akan tetapi, banyak anak lebih kreatif jika bekerja sendiri. Sebuah riset modern tentang brainstorming

menyimpulkan bahwa bagi banyak individu, bekerja seorang diri dapat memunculkan lebih banyak ide yang lebih baik dibandingkan ketika bekerja dalam kelompok. Satu alasan untuk hal ini bahwa dalam kelompok, beberapa individu akan bermalas-malasan sedangkan yang lain memikirkan hampir semua pemikiran kreatif tersebut. Meskipun demikian, tetap ada banyak keuntungan dalam brainstorming, seperti dalam pembentukan tim yang penggunaan brainstorming ini. Anak-anak lazimnya diminta untuk tidak mengkritik ide-ide orang lain setidaknya sampai sesi brainstorming selesai. Dalam kelompok ataupun perseorangan, strategi kreativitas yang baik adalah memunculkan sebanyak mungkin ide-ide baru. Semakin banyak ideide baru yang dimunculkan anak, semakin baik kesempatan mereka dalam menciptakan sesuatu yang unik. Anak-anak kreatif tidak takut gagal atau melakukan sesuatu yang salah.

16

b. Menyediakan lingkungan yang menstimulasi kreativitas anak Banyak suasana lingkungan memelihara munculnya kreativitas, namun banyak pula yang menekannya. Orang-orang yang mendorong kreativitas anak seringkali bertumpu pada keingintahuan alami anak. Mereka menyediakan latihan-latihan dan aktivitas yang menstimulasi anak untuk menemukan pemecahan-pemecahan mendalam terhadap masalah, alih-alih menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang

memerlukan jawaban hafalan. c. Jangan mengontrol secara berlebihan Amabila dalam Santrock mengatakan, bahwa memberitahu anak bagaimana melakukan sesuatu secara tepat atau persis akan membuat anak merasa bahwa keaslian adalah kesalahan dan eksplorasi berarti membuang-buang waktu. Orang dewasa dapat mengurangi tindakan merusak keingintahuan alami anak jika mereka membiarkan anak memilih minat-minat mereka sendiri dan mendukung minat tersebut. Ketika anak berada dalam pengawasan yang konstan, kreativitas mereka beresiko menyusut dan semangat petualangan mereka menurun. d. Mendorong motivasi internal Penggunaan hadiah yang berlebihan seperti medali, atau mainan dapat melumpuhkan kreativitas dengan meruntuhkan kepuasan intrinsik yang diperoleh anak dari berkreasi. Motivasi yang menggerakkan anak kreatif berupa kepuasan yang muncul dari hasil kerja itu sendiri. Kompetisi memperebutkan hadiah dan evaluasi formal seringkali melumpuhkan intrinsik dan kreativitas. e. Kenalkan anak dengan orang-orang kreatif Pikirkan tentang identitas orang-orang paling kreatif di komunitas anda. Guru-guru dapat mengundang orang-orang ini ke kelas dan meminta mereka mendiskripsikan apa yang membantu mereka menjadi kreatif atau mendemonstrasikan keahlian kreatif mereka. Penulis, penyair, musisi, ilmuwan, dan beragam tokoh kreatif

17

yang lain dapat memberikan dukungan dan hasil karya mereka kelas, mengubah ruang kelas menjadi arena menstimulasi kreativitas anak. 10. Permainan Kreatif Untuk permainan yang digolongkan kreatif antara lain jenis permainan drama dan permainan konstruktif (Akbar, 2001). a. Permainan Drama Pada permainan drama, anak diminta untuk memainkan hal-hal yang dilihat dan dirasakanya dari lingkungan atau bacaaan yang ada. Permainan drama ini mencerminkan semangat khusus dari anak usia tertentu. Misalnya, mengenai sidang pengadilan, baik siswa laki-laki dan perempuan bermain sebagai hakim, jaksa, pengacara, terdakwa dengan perangkat permainan untuk persidangan. b. Permainan Konstruktif Permainan konstruktif menjadi permainan yang digemari anak-anak. Jenis permainan konstruktif yang populer adalah membuat sesuatu atau menggambar. Membuat sesuatu misalnya dari tanah liat, pasir, blok, lilin, cat, kertas, dan lain-lain.

B. Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja 1. Pengertian Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Pada era globalisasi di zaman kemajuan teknologi, peran seorang ibu selain sebagai ibu tidak bekerja, ibu dapat juga berperan ganda yaitu membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Yang dimaksud ibu peran ganda adalag sebagai pendamping suami, istri, sebagai penerus keturunan, pendidik dan pencari nafkah membantu suami. Menurut Ihromi (1990), yang dimaksud ibu bekerja adalah wanita yang sudah bersuami dalam kehidupan atau kegiatan sehari-harinya bekerja di luar rumah mencari nafkah baik sebagai pegawai negeri ataupun swasta. Sedang ibu yang tidak bekerja adalah wanita yang sudah bersuami dalam kehidupan atau kegiatan sehari-hari hanya melakukan tugas-tugas rumah tangga saja.

18

Ibu-ibu yang berkerja dalam melakukan kegiatan sehari-hari masih mempunyai tanggungan, yaitu selain mempunyai anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar, ibu tersebut masih mencari nafkah membantu suami mendidik anak, dan sebagai istri. 2. Dampak Sikap Orang Tua a. Beberapa faktor penentu Sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak. Jika kita menggabungkan hasil penelitian lapangan dengan penelitian laboratoirum dan dengan teori-teori psikologis, kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka (Munandar, 1999). 1) Kebebasan Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi anak, dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak mereka. 2) Respek Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak. Anak-anak ini secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinal. 3) Kedekatan emosional yang sedang Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang

memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Anak perlu

19

merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogjanya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orang tua. 4) Prestasi bukan angka Orang tu anak kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tetapi mereka tidak terlalu menekankan untuk mencapai angka atau nilai tinggi, atau mencapai peringkat tertinggi. Bagi mereka mencapai angka tertinggi kurang penting dibandingkan mempunyai imajinasi dan kejujuran. 5) Orang tua aktif dan mandiri Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi anak. Orang tua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial.mereka juga amat kompeten dan mempunyai banyak minat, baik di dalam maupun diluar rumah. 6) Menghargai kreativitas Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif. b. Orang tua sebagai model Penelitian menunjukkan bahwa anak kreatif mengidentifikasi diri dengan banyak orang dewasa dari dua jenis kelamin, dan bahwa komunikasi dengan orang dewasa yang menarik, aktif, dan berprestasi dapat merangsang kreativitas anak. Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak : guru, anggota keluarga, teman orang tua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling penting ialah orang tua yang kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi intrinsik. Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak melakukan

20

kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Minat anak berkembang dan dapat berubah dengan berselangnya waktu. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan perhatian dengan melibatkan diri secara intelektual dengan baik, mendiskusikan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan mengkaji. Kreativitas anak berkembang jika baik orang dewasa maupun anak mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif. Misalnya kebiasaan

mempertanyakan apa yang dilihat, mempunyai pandangan baru, menemukan cara lain untuk melakukan sesuatu, dan bersibuk diri secara kreatif sebanyak mungkin. c. Sikap orang tua yang menunjang dan yang tidak menunjang pengembangan kreatif anak Munandar (1999) menjelaskan bahwa dari berbagai penelitian diperoleh hasil, bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, ialah : 1) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk

mengungkapkannya. 2) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal. 3) Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri. 4) Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal. 5) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan. 6) Menunjang dan mendorong kegiatan anak. 7) Menikmati keberadaannya bersama anak. 8) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak. 9) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja. 10) Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.

21

Menurut Munandar (1999), sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak ialah : 1) Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah. 2) Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua. 3) Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua. 4) Tidak memperbolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak. 5) Anak tidak boleh berisik. 6) Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak. 7) Orang tua memberi saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas. 8) Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak. 9) Orang tua tidak sabar dengan anak. 10) Orang tua dan anak adu kekerasan. 11) Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.

C. Perbedaan Kreativitas Anak Pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut Bean (1995), bahwa kreativitas siswa pada ibu bekerja adalah kreativitas yang dikembangkan seorang siswa atau seorang anak, sehingga segala aktivitasnya, orang tua atau ibu memberikan wewenang kepada siswa dan siswa membuat keputusannya sendiri. Siswa diharapkan dapat mengontrol dirinya dalam pemilihan waktu untuk mengekspresikan kreativitasnya. Tugas ibu tidak berarti harus melepaskan wewenang dan tanggung jawabnya terhadap anak. Bean (1995) menambahkan pada sisi lain, kreativitas siswa pada ibu tidak bekerja, pengertiannya adalah kreativitas yang dikembangkan seorang siswa atau anak sehingga segala aktivitas siswa atau anak dapat diawasi dengan segala aturan dari orang tua atau ibu. Dengan harapan sesuai keinginan orang aktivitasnya telah diatur oleh orang tua atau ibu dan siswa tetap taat mentaati aturan tersebut.

22

Menurut Munandar (1992), pada usia pra sekolah tokoh ibu yang paling memegang peranan dalam hidup anak, terutama di kelas-kelas pertama sekolah dasar. Guru juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti ibu. Guru dapat menciptakan suasana dalam kelas yang memupuk kesehatan mental siswa. Munandar (1992), menambahkan selama di sekolah guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosialisasi anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual anak, guru merupakan kunci kegiatan belajar anak. Peran orang tua memupuk bakat kreativitas anak perlu kebijaksanaan dengan memberikan perhatian dan kesempatan kepada anak mengembangkan bakat, minat dengan memberikan tekanan untuk berprestasi. Menurut Munandar (1992) dengan memperhatikan halhal tersebut hendaknya orang tua atau ibu dapat mengusahakan suatu lingkungan dimana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan bakatbakat dan kreativitasnya. Kondisi ini dapat tercipta antara lain apabila orang tua atau ibu menunjukkan minat terhadap hobi anak, menyempatkan diri berdiskusi dengan anak, orang tua mengusahakan alat permainan yang mendidik dan merangsang kreativitas anak, menciptakan lingkungan rumah dimana orang tua berperan serta dalam kegiatan intelektual, dapat menciptakan selain intelektual semata,

menyediakan sarana dan prasarana tanpa perlu makan banyak biaya. Hasil penelitian Aditya (2010), tentang kreativitas anak pada ibu bekerja dan tidak bekerja terhadap siswa-siswi kelas 2 SMA 81 Jakarta, menggunakan alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang dirancang oleh Munandar (1977) sesuai dengan anak usia remaja dan menggunakan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia tingkat Sekolah Menengah (TIKI-M). Jumlah sampel 53 siswa, dengan jumlah ibu bekerja 34 orang (anaknya menunjukkan tidak kreativitas di sekolah) dan ibu tidak bekerja 19 orang, anaknya menunjukkan kreativitas. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kreativitas anak dengan ibu bekerja dan tidak bekerja dengan nilai p=0,021 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian Aditya menunjukkan bahwa ibu yang

23

bekerja mempunyai anak yang kurang kreatif dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, antara keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat, keluarga dan sekolah dapat bersamasama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, yaitu dengan memandu dan memupuk minat anak.

24

D. Kerangka Teori Kreatifitas Anak: 1. Ciri-ciri Aptitude (kognitif) Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas anak: 1. Jenis kelamin 2. Status sosial ekonomi 3. Urutan kelahiran 4. Keluarga : Ibu bekerja dan ibu tidak bekerja 5. Lingkungan kota banding Desa 6. Intelegensi a. Berfikir lancar/fluency b. Keluwesan/flexibility c. Keaslian/originality d. Memerinci/elaboration e. Keterampilan menilai 2. Ciri-ciri Non-aptitude (sikap dan perasaan/afektif) a. Rasa ingin tahu b. Bersifat imaginative c. Tenang dalam kemajemukan: berani, tidak takut gagal d. Sikap menghargai

Bagan 2.1. Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Anak (Walgito, 1985; Munandar, 1992).

25

E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat

Ibu bekerja Kreativitas anak Ibu tidak bekerja

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah (Sugiyono, 2007) : 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel Independen adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kreativitas siswa.

G. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan yang diajukan pada penelitian ini adalah : Ha : Ada Perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu tidak bekerja pada siswa-siswi Kelas V SD Negeri 05 Tandang Kecamatan Tembalang Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.

You might also like