You are on page 1of 17

ASKEP ATRESIANI

Kel IV

A. DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002) Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia ani mereupakan suatu kelainan malformasi congenital di mana terjadi ketidaklengkapan perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Lokasi terjadinya meliputibagian anus, rectum atau keduanya (Hidayat, A, 2008).

B. ETIOLOGI
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan 3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. (Hidayat, A, 2008)

C. KLASIFIKASI
Menurut Ladd dan Gross (2001) anus imperforata dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu: 1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus 2. Membran anus yang menetap 3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum 4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu

Klasifikasi atresia ani menurut Wong, Whaley 2002 yaitu : 1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar. 2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus. 3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus. 4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

Terdapat tiga macam letak yaitu: Tinggi (supralevator) rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital Intermediate rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya Rendah rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius

D. MANIFESTASI KLINIS
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Tidak terdapat defekasi mekonium Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya. Distensi bertahap dan adanya tandatanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).

Bayi muntah-muntah berwarna hijau pada umur 24-48 jam. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal. Perut kembung dan hiperperistaltik. Anus tampak merah, usus melebar dan kadang-kadang tampak ileus obstruksi Tidak adanya apertura anal Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis(Betz. Ed 7. 2002)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus meliputi: Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menandakan terdapat obstruksi di daerah tersebut. Tidak ada bayangan udara dalam ronggan pelvis pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi anus imperforate. Pada bayi baru lahir dengan anus imperforate gambaran udara terhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon atau rectum. Dibuat foto anteposterior (AP) dan lateral, bayi di angkat dengan kepala di bawah dan kaki di atas (Wangensteen dan Rice). Pada anus diletakkan radio-opak dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium di dalamnya sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.

F. PENATALAKSANAAN

Medik

Keperawatan

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain : 1.. Asidosis hiperkioremia. 2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan. 3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah). 4. Komplikasi jangka panjang (eversi mukosa anal dan stenosis akibat kontraksi jaringan perut dinastomosis)

5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training. 6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi) 7. Prolaps mukosa anorektal. 8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi) (Ngastiyah, 1997 : 248)

H. Diagnose Keperawatan
Prapembedahan Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d kelainan congenital ditandai dengan muntah mekonium Gangguan eliminasi BAK b/d penumpukan feses di saluran urinaria Kebutuhan nutrisi kurang dari b/d peningkatan tekanan asam lambung ditandai dengan mual muntah

Pascapembedahan Resiko penyebaran infeksi b/d luka operasi Gangguan intergritas kulit b/d kurangnya perawatan luka operasi Perubahan pola defekasi b/d ketidakadekuatan otos anus Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan perawatan luka operasi Gangguan rasa nyaman nyeri b/d luka insisi

THE END

MATUR NUHUN FOR PERHATIAANNYA


JALAN AJA TERUS, IKUTI JALAN HIDUPMU GO AHEAD

You might also like