You are on page 1of 3

Produksi dan Distribusi Benih

Varietas baru suatu tanaman yang dihasilkan oleh Balai Penelitian ataupun Lembaga Penelitian, baik milik pemerintah maupun swasta, akan mempunyai arti, nilai, dan manfaat bila mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen, khususnya petani. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen perlu disediakann benih dalam jumlah yang cukup dan tepat pada waktunya. Untuk menjamin kualitas benih, perlu diberlakukan sertifikasi benih. Dengan demikian, para konsumen/petani mendapat jaminan bahwa benih yang mereka peroleh betul betul benih yang bermutu baik dan terjamin genetic identity-nya (Mangoendidjojo, 2003). 1. Tujuan dari produksi benih (Mangoendidjojo, 2003) adalah : 1. Menyebarkan varietas unggul baru hasil pemuliaan untuk produksi secara komersial 2. Mempertahankan identitas genetik (mengenai kebenaran, kemurnian, dan kemantapan) varietas unggul tersebut 3. Menjaga dan memelihara produktivitas varietas unggul Benih yang hendak disertifikasi adalah benih yang berasal dari suatu varietas unggul, yakni suatu varietas yang telah mendapatkan pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Proses sertifikasi tersebut dimulai sejak masih di pertanaman dengan cara dilakukan pengujian pengujian yang disebut sebagai pengujian lapang dan sesudah itu dilanjutkan dengan pengujian laboratorium Download Presentasi produksi dan distribusi benih (PPT) 2. Klasifikasi Benih Bila suatu varietas baru telah diketemukan dan telah resmi dilepas maka benihnya perlu diperbanyak untuk mencukupi kebutuhan. Perbanyakan benih dilakukan oleh lembaga lembaga, baik milik pemerintah maupun swasta, yang telah mendapatkan kepercayaan. Lembaga swasta tersebut membantu pemerintah dalam memproduksi dan memperbanyak benih suatu varietas tanaman tertentu sedangkan pemerintah memberikan pengawasan terhadap benih yang dihasilkan dengan cara melakukan sertifikasi. Varietas harus merupakan suatu varietas unggul yang telah mendapatkan pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Selama masih dipertanaman, benih telah mendapatkan perlakuan pengujian lapangan yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan pertanaman. Setelah pengujian lapangan dilakukan pengujian laboratorium yang meliputi pengujian kemurnian varietas dan fisik, kandungan air, dan daya kecambah. Lembaga swasta dapat merupakan suatu perusahaan atau perorangan yang berfungsi sebagai penangkar (certified grower) benih (Mangoendidjojo, 2003). Penyebaran dan distribusi benih dari suatu varietas unggul yang telah resmi dilepas harus memperhatikan tata cara penyalurannya, mulai dari lembaga atau badan yang menghasilkan varietas tersebut sampai benih diterima oleh para konsumen. Pada jalur penyaluran benih sejak dari lembaga atau badan yang menghasilkan sampai benih tersebut diterima para konsumen, dikenal beberapa istilah mengenai kelas kelas benih sesuai dengan tingkatannya. Beberapa istilah yang secara umum dikenal adalah : 1. Benih Penjenis (Breeder Seed). Merupakan benih varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia tanaman yang masih sangat murni. Jumlahnya masih sangat sedikit dan masih secara langsung mendapatkan perawatan serta pengawasan dari pemulianya. 2. Benih Dasar (Foundation Seed). Benih dasar ini merupakan keturunan dari hasil pertanaman benih penjenis dan masih mendapatkan perlakuan sedemikian rupa sehingga kemurnian sifat sifat genetiknya tetap tinggi. Seperti halnya benih penjenis,

pengawasan penanaman dan pertanaman masih dilakukan langsung oleh para pemulia dan ahli perbenihan. 3. Benih Pokok (Registered Seed atau Stock Seed). Benih ini merupakan benih hasil keturunan pertanaman benih dasar dan diperlakukan sebaik-baiknya selama di pertanaman untuk menajda kemurnian genetiknya. 4. Benih Berlabel (Certified Seed). Benih ini merupakan benih hasil perbanyakan benih pokok ataupun perbanyakan langsung dari benih dasar. Selama di pertanaman juga mendapatkan perlakuan perlakuan untuk menjaga tingkat kemurniannya. Perbedaan antara kelas benih satu dan yang lain adalah tingkat kemurnian genetik dan kemurnian fisik, serta ketentuan khusus sesuai dengan jenis tanamannya. Benih berlabel ini secara langsung dipasarkan kepada para konsumen/petani sehingga sering disebut sebagai benih sebar (extension seed). 3. Tata Cara Pelepasan Varietas Pelepasan suatu varietas unggul baru diatur dengan Undang Undang no 12 tahun 1992 tentang system Budi Daya Tanaman. Pasal 9 sampai Pasal 12 memuat ketentuan tentang hal tersebut. Pasal 11 menyatakan bahwa setiap orang atau badang hokum dapat melakukan kegiatan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan suatu varietas unggul. Meski demikian, karena penggunaan varietas unggul menyangkut kepentingan orang banyak (petani) maka pemerintah perlu mengatur tata cara pelepasan dan penyebarannya. Suatu varietas yang ditemukan dapat dilepas sebagai suatu varietas unggul bila telah memenuhi persyaratan persyaratan tertentu, antara lain memiliki silsilah atau pedigree yang jelas, deskripsi yang jelas, dan hasil pengujian pengujian (uji adaptasi, uji multilokasi, dan lainnya) yang lengkap (Mangoendidjojo, 2003). Syarat syarat yang harus dipenuhi dalam pelepasan suatu varietas diatur oleh pemerintah melalui surat keputusan Menteri Pertanian; yang sampai saat ini masih mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 902/Kpts/TP.240/12/96, tanggal 2 Desember 1996. Dalam hal ini, Menteri Pertanian dibantu oleh Badan Benih Nasional (BBN) yang bertugas untuk merencanakan dan merumuskan peraturan peraturan mengenai pembinaan produksi dan pemasaran benih, serta memberikan pertimbangan pertimbangan kepada menteri tentang pengaturan benih, yang meliputi antara lain persetujuan untuk menetapkan atau menarik kembali suatu varietas dari peredarannya (Mangoendidjojo, 2003). 4. Tata Cara Penamaan Pemberian nama varietas unggul baru yang telah disetujui untuk dilepas harus mengikuti ketentuan ketentuan yang telah ditetapkan. Ketentuan tersebut menunjukkan nama suatu varietas sesuai dengan jenis tanamannya. Misalnya, nama varietas unggul padi sawah menggunakan nama nama sungai yang ada di Indonesia, padi gogo menggunakan naman nama danau, padi sawah pasang surut menggunakan nama sungai di daerah pasang surut, padi gogo rancah menggunakan naman sungai di daerah potensial pertanaman padi gogo rancah, varietas unggul jagung menggunakan nama wayang, kedelai menggunakan nama gunung di Indonesia, kacang hijau menggunakan nama burung di Indonesia, kacang tanah menggunakan naman binatang di Indonesia, sorghum menggunakan nama senjata tradisional, dan ubi jalar menggunakan nama candi. Untuk tanaman hortikultura pemberian nama masih menggunakan nama asal atau masih dalam nama kode pemuliaannya (Mangoendidjojo, 2003). 5. Hak Pemulia Tanaman (Breeders Right) Di sebagian besar negara maju sudah diberlakukan adanya hak pemulia tanaman terhadap varietas yang dihasilkannya dalam bentuk undang undang. Seseorang, instansi, dan/atau badang usaha yang memanfaatkan varietas hasil pemuliaannya

harus membayar imbalan (royalty) sesuai dengan ketentuan yang berlaku bila varietas tersebut digunakan secara komersial. Dengan adanya ketentuan tersebut, penulis mendapatkan penghargaan atas jerih payahnya dalam merakit atau mendaptakna varietas unggul baru. Adanya ketentuan ini juga dapat mengurangi atau mencegah kemungkinan terjadinya pemalsuan atau hal lain yang dapat merugikan kalangan pengguna varietas tanaman tersebut. Tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku, siapapun dilarang memperdagangkan atau memperjualbelikan varietas hasil pemuliaan tersebut. Di negara kita ketentuan tersebut baru saja ditetapkan sebagai undang undang, yaitu Undang undang Republik Indonesia No 29 Tahun 2000; yang merupakan undang undang tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan sudah diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2000. Pada dasarnya, isi dan intinya sama, yaitu untuk melindungi pemulia tanaman atas varietas yang dihasilkan. Dengan adanya undang undang tersebut (disebutkan dalam salah satu konsiderannya) diharapkan akan dapat mendorong seseorang atau suatu badan usaha, termasuk kalangan swasta industry perbenihan untuk dapat melakukan penelitian penelitian dan menemukan varietas unggul baru, serta memproduksi benihnya secara cukup untuk kepentingan masyarakat banyak. Perlindungan varietas tanaman yang diberikan kepada pemulia tanaman juga merupakan suatu penghargaan negara atas jasanya selama merakit varietas unggul baru, seperti yang berlaku di negara lain (Mangoendidjojo, 2003). Bacaan Lain Download Penggunaan Benih Bermutu (PDF) http://www.fp.unud.ac.id/biotek/genetika-dan-pemuliaan-tanaman/produksi-dan-distribusi-benih/

You might also like