You are on page 1of 37

PRAKTIKUM IV KELELAHAN OTOT SYARAF PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan dalam berkonraksi. Pada saat otot berkontraksi diperlukan energi, sejumlah ATP akan dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi. Semakin besar jumlah kerja yang dilakukan otot, semakin besar jumlah ATP yang dipecah. Otot akan berkontraksi sangat cepat bila berkontraksi tanpa ada beban, mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0.1 detik untuk otot rata- rata. Bila beban diberikan, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif dengan penambahan beban. Selain itu, pada kontraksi otot yang kuat dan lama juga mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Pada atlit, kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan pengurangan glikogen otot. Oleh karena itu, sebagian besar kelelahan adalah akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Pada percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh beban yang diberikan pada otot dan bagaimana peredaran darah terhadap kerja otot tersebut.

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan ? 2. Bagaimana pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otot-otot jari ?

1.3. Tujuan Penulisan 1. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan. 2. Mendemonstrasikan pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otot-otot jari.

1.4. Manfaat Penulisan Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui arti dari otot yang mengalami steady state dan otot yang mengalami kelelahan karena terlalu mengalami beban kerja yang 1

berat. Disamping itu, penulisan ini berguna agar mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara kedua otot tersebut dan dapat mengetahui pengaruh gangguan peredaran darag terhadap kerja otot-otot. Hal ini akan tentu akan bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran yang akan menghadapi kasus ini dalam sehari-hari, sehingga mahasiswa tersebt bisa mengatasi nya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. OTOT

2.1.1. Histologi Otot 1. otot polos a. bekerja tidak sadar, memiliki satu inti, tidak bercabang b. seratnya terdiri atas filament intermediate yang tebal (disebut caveolae) c. berada pada system pencernaan, system pencernaan, dsb d. bereaksi atas rangsang syaraf, hormone, dan factor lingkungan 2. otot lurik a. bekerja secara sadar, memiliki inti banyak sehingga pembentukan ATP lebih cepat, bercabang b. terdiri dari serat yang dilapisi oleh sarcolemma c. tiap serat terdapat myofibril yang terdiri dari miofilamen tebal (berisi myosin) dan miofilamen tipis (berisi aktin) d. berada pada alat gerak (skeleton) 3. otot jantung a. bekerja secara tidak sadar, berinti banyak, bercabang b. hanya ada pada jantung c. memiliki sarcoplasma sehingga mitokondrianya lebih banyak ( Guyton, 2006 )

2.1.2.Karakteristik Otot

1.

Kontraktilitas

: Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau

mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terengolasi karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas 2. Eksibilitas : Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf 3. Ekstensibilitas : Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi

panjang otot saat rileks.

4. Elastisitas

: Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang. ( Sloane, 2003 )

2.1.3. Struktur Otot 1. Sarcoplasm

Cairan yang memenuhi ruang antara myofibril. Sarcoplasm mengandung sejumlah potassium, magnesium, dan fosfat serta beberapa enzim protein. Di dalam sarcoplasm juga terdapat sejumlah mitokondria yang terletak parallel pada myofibril. Mitokondria ini mensuplai kontraksi myofibril dengan sejumlah ATP. 2. Sarcoplasmic Reticulum

Reticulum yang berada pada sarcoplasm. Keberadaan sarcoplasmic reticulum sangat diperlukan dalam mengatur kontraksi otot. Otot yang memiliki kontraksi kuat maka memiliki sarcoplasm reticulum yang luas. 3. Sarcolemma

Sarcolemma merupakan membrane sel dari serat otot. Sarcolemma terdiri dari membrane sel yang sebenarnya, disebut dengan plasma membrane, dan selaput luar yang terbuat dari lapisan polisakarida tipis yang berisi banyak kolagen fibril. Pada setiap serat otot, permukaan lapisan sarcolemma melebur dengan serat tendon, dan serat tendon berkumpul untuk membentuk tendon otot yang berada di dalam tulang. 4. Myofibrils; Actin and Myosin Filaments.

Setiap serat otot terdiri dari ratusan myofibril, yang terdiri dari 1500 miofilamen tebal (berisi myosin) dan 3000 miofilamen tipis (berisi aktin). Dimana molekul-molekul protein ini bertanggung jawab terhadap kontraksi otot. ( Guyton, 2006 )

2.1.4. Fisiologi Otot 1. Pergerakan : Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut

melekat dan bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh. 2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur : Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap bgaya gravitasi. 3. Produksi panas : Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu normal tubuh. ( Sloane, 2003 )

2.2. KERJA OTOT BERDASARKAN TUJUAN KERJANYA

2.2.1. Otot antagonis Terdapat dua tau lebih yang tujuan kerja ototnya berlawanan. JIka otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua berelaksasi sehingga otot terangkat.contoh dari otot antagonis adalah otot bisep dan otot trisep. Otot bisep merupakan otot yang memiliki dua ujung(tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Sedangkan otot trisep merupakan otot yang merupakan memilki tiga ujung(tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkut lengan bawah , otot bisep berkontraksi dan otot trisep berkontraksi. Untuk menrunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.

2.2.1. Otot sinergis Terdapat dua otot atau lebih yang bekerja bersama-sama dengan tujuan yang sama. Jadi, otot-otot itu berkontraksi bersama menjadi akurat. Contoh Gerak Sinergis ialah jika kita minum segelas air, otot bisep pada lengan akan menjadi penggerak utama untuk memfleksi lengan bawah. Pada saat yang sama, otot-otot bahu akan menjaga persendian tetap stabil sehingga air akan masuk ke mulut kita. Otot bahu dianggap bekerja sinergis karena kontribusinya membuat gerakan lebih efektif. ( Arief, 2007 ) 2.3. TAHAP TAHAP KONTRAKSI DAN RELAKSASI OTOT 1. Tahap-tahap kontraksi otot rangka a. Pelepasan muatan oleh neuron motorik b. Pelepasan transmiter (asetilkolin) di end-plate motorik c. Pengikatan asetilkolin ke reseptor asetilkolin nikotinik d. Pengikatan konduktansi Na+ dan K+ di membran end-plate e. Pembentukan potensial end-plate f. Pembentukan potensial aksi di serabut-serabut otot g. Penyebaran depolarisasi ke dalam di sepanjang tubulus T h. Pelepasan Ca2+ dari sistema terminalis retikulum sarkoplasma serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis i. Pengikatan Ca2+ ke troponin C, sehingga membuka tempat pengikatan miosin di molekul aktin

j. Pembentukan ikatan silang antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen tipis pada filamen tebal, sehingga menghasilkan gerakan 2. Tahap-tahap relaksasi otot rangka a. Ca2+ dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma b. Pelepasan Ca2+ dari troponin c. Penghentian interaksi antara aktin dan miosin ( Ganong, 2008 )

2.4. PERBEDAAN FISIK OLAHRAGAWAN DAN BUKAN OLAHRAGAWAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Otot olahragawan lebih tampak atatu terbentuk Badan lebih kencang Pada olahragawan, ototnya mengalami hipertofi(otot menjadi besar dan kuat) Kekar Lebih padat Olahragawan tidak cepat merasa lelah karena mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya ( Guyton, 2006 )

2.5. SARAF DALAM SISTEM GERAK 1. Sel saraf sensorik Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berupa rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera, karena berhubungan dengan alat indera. 2. Sel saraf Motorik Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak, karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak. 3. Sel saraf penghubung Sel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor, hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik. ( Setiadi, 2007 )

2.6. MEKANISME GERAK Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut. ( Amien, 1987 ) 2.7. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELELAHAN OTOT Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah pembahasan tentang penyebab-penyebab dari kelelahan otot tersebut: 2.7.1. Pengososan ATP-CP

ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan penumpukan asam laktat. 2.7.2. Pengosongan simpanan glikogen otot Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit 4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat, maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelaha, antara lain: 1. rendahnya tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan glikogen otot, menyebabkan kelelahan otot local, dehidrasi dan kurangnya elektrolit, menyebabkan temperatur meningkat. 2.7.3. Akumulasi LACTIC ACID Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di pembuluh darah.Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun.Ion H+ menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfofruktokinase. 2.7.4. Mekanisme Kelelahan Otot Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan sistem penggerak/aktivasi). Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat (Tarwaka. dkk, 2004: 107). 1) Teori kimia Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

Proses kimiawi: glukosa tenaga (ATP) dan asam laktat Penumpukan asam laktat dalam otot mengiritasi saraf rasa nyeri pada otot membatasi kerja otot Oksigen (melalui aliran darah) mengubah asam laktat menjadi glukosa kembali selama kontraksi otot Gangguan sirkulasi darah Glukosa dlm otot terganggu penurunan kekuatan kontraksi perbaikan sirkulasi darah proses pemulihan kelelahan 2) Teori syaraf pusat Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang (Eko Nurmianto, 2003: 265). Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Peredaran darah yang tidak lancar akan mempercepat terjadinya kelelahan otot. . Pemompaan manset pada lengan pembendungan aliran darah ke daerah ekstrimitas suplai darah yang mengandung nutrisi dan O2 tidak ada asam laktat (penumpukan pada saat kontraksi) tidak dapat diubah kembali menjadi sumber energi 9

kelelahan terjadi lebih, Ketika kontraksi, akan ada penumpukan asam laktat akibat pengubahan glikogen (gula otot) menjadi sumber energi. Dan karena tidak terdapat suplai oksigen, maka asam laktat tidak dapat diubah kembali menjadi sumber energi. Akibatnya kelelahan terjadi lebih cepat

2.8. PROSES METABOLISME KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN LEMAK

2.8.1. METABOLISME KARBOHIDRAT Karbohidrat merupakan derivat dari aldehid. Karbohidrat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Monosakarida Merupakan bentuk karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Monosakarida menurut jumlah atom karbonnya adalah triosa, tetrosa, pentosa, hektosa, heptosa, oktosa dan selanjutnya. Sedangkan bila berdasarkan gugus pembentuknya monosakarida dibedakan menjadi aldosa (gugus aldehid) dan ketosa (gugus keton). Contoh dari monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa. 2. Disakarida Merupakan bentuk karbohidrat yang bila terhidrolisis menjadi dua monosakarida yang sama ataupun berbeda. Contoh disakarida adalah maltosa ( bila dihidrolisis menjadi dua molekul glukosa), laktosa (bila dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa), sukrosa (bila dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa).

3. Oligosakarida Merupakan bentuk karbohidrat yang bila dihidrolisis menjadi dua sampai sepuluh unit monosakarida. Contohnya adalah maltotriosa. 4. Polisakarida Merupakan bentuk karbohidrat yang paling kompleks. Polisakarida bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh molekul monosakarida. Contoh dari polisakarida adalah pati dan dekstrin.

10

Karbohidrat yang masuk ke tubuh berasal dari makanan. Sel-sel di dalam tubuh tentunya tidak dapat langsung menyerap karbohidrat, tetapi karbohidrat tersebut harus dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana lagi yaitu monosakarida, terutama dalam bentuk glukosa. Karena glukosa merupakan monosakarida yang paling utama yang dapat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Karbohidrat akan dipecah menjadi monosakarida melalui proses digesti di saluran pencernaan. Setelah berubah menjadi glukosa, baru akan terjadi metabolisme glukosa di tingkat sel (respirasi sel). Respirasi sel ini mencakup tiga peristiwa: glikolisis, siklus Krebs, sistem transpor sitokrom/ elektron.

Tabel singkat respirasi sel Molekul yang terlibat Glukosa Vitamin/ Hasil reaksi 2 ATP (bersih) 2 NADH2 dan 1 FADH2 (dilanjutkan ke reaksi sistem transpor sitokrom) 2 Asam piruvat ( bila aerob langsung menuju siklus Krebs; bila anaerob diubah menjadi asam laktat) CO2 Siklus Krebs Asam Piruvat 3 NADH2 dan 1 FADH2 atau Asetil KoA (menuju reaksi sistem transpor sitokrom) empat molekul karbon NADH2 dan Sistem Transpor Sitokrom FADH2 34 ATP air metabolik Tiamin Riboflavin Niasin Asam pantotenat Besi dan tembaga mineral yang diperlukan Niasin

Reaksi

Glikolisis

11

Kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glukagon yang terdapat pada hepar dan otot rangka. Sehingga dapat digunakan bila tubuh membutuhkannya untuk menghasilkan energi. Dari tabel di atas dapat diambil garis besar, bahwa yang paling perlu dalam metabolisme iti adalah makan dan bernafas. Makanan merupakan energi potensial, sedangkan untuk membebaskan energi tersebut dibutuhkan O2 yang di dapatkan dari proses bernafas.

2.8.2. METABOLISME GLUKOSA A. GLIKOLISIS

12

B. SIKLUS KREBS

13

SECARA GARIS BESAR Glukosa 2 ATP 2 NADH + 2 H+ GLIKOLISIS

Asam piruvat 2 NADH + 2 H+

Asetil Ko-A 2 CO2

4 CO2 2 ATP

SIKLUS KREBS

6 NADH 2 FADH2 TRANSPOR ELEKTRON 34 ATP

O2 H2O

2.8.3 METABOLISME PROTEIN 2.8.3.1. Anabolisme Unsur dasar penyusun protein adalah asam amino, dan 20 di antaranya terdapat dalam protein tubuh dalam jumlah yang cukup banyak. 14

Asam amino esensial : tidak dapat disintesis oleh tubuh Ex : treonin, metionin, lisin, arginin, valin, fenialanin, leusin, triptofan, isoleusin, histidin

Asam amino non esensial : asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh Ex : alanin, asparagin, aspartat, sistein, glutamate, glutamine, glisin, prolin, serin, tirosin

Struktur asam amino memperlihatkan ciri yang khas yaitu mempunyai satu gugus asam (-COOH) dan satu atom nitrogen yang melekat pada molekul, yang biasanya berupa gugus amino (-NH2). Dalam protein, asam amino dihubungkan

menjadi rantai panjang melalui ikatan peptide. Nitrogen pada radikal amino dari satu asam amino berikatan dengan karbon dari radikal karboksil asam amino lainnya. Satu atom hidrogen dilepaskan dari radikal amino, dan satu ion hidroksil dilepas dari radikal karboksil, keduanya bergabung membentuk molekul air. Setelah dibentuk, satu radikal amino dan satu radikal karboksil masih terletak pada ujung yang berlawanan dan kemudian membentuk lagi rantai peptida.

2.8.3.2 Katabolisme Begitu sel diisi sampai batasnya dengan protein yang tersimpan, penambahan asam amino tambahan dalam cairan tubuh terutama di hati, akan menginduksi aktivasi sejumlah besar aminotransferase, yaitu enzim yang bertanggung jawab memulai sebagian besar katabolisme (pemecahan protein untuk digunakan sebagai energi atau bila berlebih disimpan terutama sebagai lemak / glikogen).

1. Deaminasi Gugus amino dari asam amino ditransfer ke asam -ketoglutarat, yang kemudian menjadi asam glutamate. Asam glutamat ini kemudian dapat mentransfer asam amino ke zat lainnya / dapat melepaskan dalam bentuk ammonia (NH3). Dalam proses kehilangan gugus amino, asam glutamat sekali lagi menjadi asam ketoglutarat, sehingga siklus tersebut dapat berlangsung berulang-ulang.

2. Pembentukan urea di hati Amonia yang dilepaskan selama deaminasi asam amino dikeluarkan dari darah hampir seluruhnya melalui konversi menjadi ureum. Pada dasarnya, semua asam 15

amino dalam tubuh manusia disintesis di hati. Bila tidak ada hati / pada penyakit hati yang berat, ammonia akan menumpuk dalam darah. Keadaan ini sangat toksik terutama terhadap otak, yang sering kali menimbulkan keadaan yang disebut koma hepatikum. Setelah ureum terbentuk, ureum berdifusi dari sel hati masuk ke dalam cairan tubuh dan diekskresikan oleh ginjal.

3. Oksidasi asam amino yang sudah mengalami deaminasi Begitu asam amino sudah dideaminasi, pada banyak keadaan , asam keto yang dihasilkan dapat dioksidasi untuk mengeluarkan energi untuk keperluan metabolisme. Oksidasi ini biasanya melibatkan 2 proses yang berurutan: a. Asam keto diubah menjadi zat kimia yang sesuai kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat. b. Setelah itu zat tersebut dpecah dan menjadi energi.

ATP yang dihasilkan dari protein lebih kecil daripada ATP yang dibentuk glukosa untuk setiap gramnya. Asam amino tertentu yang dideaminasi serupa, digunakan untuk mensintesis glukosa / asama lemak. Misalnya deaminasi alanin adalah asam piruvat. Asam piruvat ini kemudian dikonversi menjadi glukosa/ glikogen (disebut proses glukoneogenesis), sebagian dikonversi menjadi asetil ko-A (2 mol asetil ko-A akan berubah menjadi asam aseloasetat),dan sebagian lagi dikonversi menjadi asam lemak (disebut proses ketogenesis).

Hormon yang berpengaruh dalam metabolisme protein: 1. Hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein sel karena adanya percepatan proses transkripsi dan translasi RNA dan DNA untuk sintesis protein. 2. Insulin diperlukan untuk sintesis protein. Insulin mempercepat transpor beberapa asam amino ke dalam sel, sehingga dapat menjadi rangsangan bagi pembentukan protein. 3. Glukortikoid meningkatkan pemecahan sebagian besar protein jaringan. 4. Testoteron menambah deposit protein di jaringan. 5. Estrogen menambah sedikit deposit protein. 6. Tiroksin meningkatkan kecepatan metabolisme seluruh sel termasuk protein.

16

Jenis protein yang terdapat dalam plasma: 1. Albumin Jenis protein terbanyak dalam plasma yang mencapai 60%. Albumin merupakan protein yang larut dalam air dan mengendap pada kondisi dipanaska. Terbuat di hepar sehingga dapat digunakan untuk tes pembantu dalam penilaiaan fungsi ginjal dan saluran pencernaan. Banyak dijumpai pada telur (albumin telur, putih telur), darah (albumin serum), dalam susu (laktalbumin). Berat molekul albumin plasma pada manusia 69000, albumin telur 44000, dalam daging mamalia 63000. Fungsi albumin : a. Mengangkat molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan bahan metabolism asam lemak bebas dan bilirubin dan berbagai macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke organ lain agar dapat diekskresi. b. Membentuk jaringan sel baru sehingga dalam ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah.Misalnya akibat operasi. c. Albumin dapat menghindari timbulnya pembengkakan paru-paru dan gagal ginjal serta sebagai carrier faktor pembekuan darah.

2. Globulin Meruapakan protein yang tidak larut dalam air, larut dalam euglobulins, larut dalam pseudoglobulin, serta dalam larutan garam. Globulin juga memiliki sifat lain yaitu mengeras atau menggumpal jika dikondisikan dalam suhu tinggi. Ada tiga macam globulin: a. Alfa globulin Salah satu bagian plasma darah yang mengedarkan hormon. b. Beta globulin Protein plasma darah yang memiliki kaitan erat dengan transportasi thrombin dan protrombin. Dengan kata lain sangat erat kaitannya dengan proses pembekuan darah. c. Gamma globulin Kelompok protein serum yang mengandung banyak antibody. Dengan kata lain sangat erat kaitannya dengan proses imun atau kekebalan tubuh. 17

3. Fibrinogen Fibrinogen berpolimerasi menjadi pilinan fibrin yang panjang selama proses koagulasi darah. Dengan demikian, terbentuk bekuan darah yang akan membantu memperbaiki kebocoran sistem sirkulasi.

2.8.4. METABOLISME LEMAK 2.8.4.1 Lipid dibagi menjadi 3: 1. Trigliserida 2. Fosfolipid 3. Kolesterol

2.8.4.2 Pencernaan lemak dalam usus 1. Emulsifikasi lemak, memecahkan gumpalan lemak menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak 2. Pengaruh empedu (garam empedu + fosfolipid lestin) -> menurunkan tegangan antar permukaan lemak. (memperbesar 1000x daerah permukaan lemak total)

Lemak + (empedu + pengadukan ) -> lemak terelmusi Lemak teremulsi + (lipase pangkreas) -> Asam lemak dan 2-monogliserida

2.8.4.3 Fungsi Lemak Sebagai sumber energi sekunder Melarutkan vitamin A,D,E, dan K Melindungi alat-alat vital pada tubuh Memperbaiki rasa makanan (gurih)

Kelebihan lemak disimpan dalam subcutaneous layer.

jaringan

adipose, terutama

pada

18

Respirasi Seluler atau Respirasi Aerob Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut Campbell et al. (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain, kerja mekanis (kontraktil dan motilitas), transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat), 19

produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer materi genetik dan metabolisme sendiri. Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahapan metabolik yaitu glikolisis, siklus krebs, rantai transport electron dan fosforilasi oksidatif (gambar 4). Dua tahapan yang pertama, glikolisis dan siklus krebs merupakan jalur katabolic yang menguraikan glukosa dan bahan bakar organiclainnya. Gambar 4. Gambaran umum respirasi seluler pada eukarioti. Sumber: Pearson education inc.

Gambar 4 menunjukkan bahwa glikolisis terjadi dalam sitosol dan mengawali perombakan dengan pemecahan glukosa menjadi dua molekul senyawa piruvat. Siklus krebs terjadi dalam mitokondria dengan menguraikan turunan piruvat menjadi karbodioksida. Dengan demikian, karbondioksida yang dihasilkan respirasi dan biasanya dikeluarkan oleh organisme ke udara merupakan fragmen dari molekul organik yang teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan daur krebs merupakan reaksi redoks di mana enzim dehidrogenase mentransfer electron dari substrat ke NAD+ dan membentuk NADH. Pada langkah ketiga respirasi, rantai transport elektron menerima elektron dari produk hasil perombakan kedua langkah yang pertama tersebut dan melewatkan electron ini dari satu molekul ke molekul yang lain. pada akhir rantai ini, elektron digabungkan dengan ion hydrogen dan oksigen melekuler untuk membentuk air. Energi yang dilepas dari rantai tersebut disimpan dalam suatu bentuk dan digunakan oleh mitokondria untuk membuat ATP.

20

Modus sintesis ATP ini disebut fosforilasi oksidatif karena digerakkan oleh reaksi redoks yang mentransfer elektron dari makanan oksigen. Selama respirasi seluler, pemanenan energi makanan untuk sintesis ATP jika satu molekul glukosa terurai secara sempurna maka fosforilasi tingkat substrat menghasilkan 4 ATP dan fosforilasi oksidatif menghasilkan 34 ATP. Proses oksidasi satu molekul glukosa dapat memanen energi sebanyak 38 ATP. Sementara itu, dalam oksidasi sempurna satu molekul glukosa melepaskan 686 kkal (DG = -686 kkal/mol), dan fosforilasi ADP menjadi ATP menyimpan sedikitnya 7,3 kkal per mol ATP. Oleh karena itu, efisiensi respirasi adalah 7,3 kali 38 dibagi 686, atau kira-kira 40%. Sedangkan sisa energi simpanan hilang sebagai panas untuk mempertahankan suhu tubuh, dan menghamburkan sisanya melalui keringat dan mekanisme pendinginan lainnya (Campbell et al., 2002)

Respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasana aerobik sehingga dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan energi dalam jumlah besar. Energi ini dihasilkan dan disimpan dalam bentuk energi kimia yang siap digunakan, yaitu ATP. Pelepasan gugus posfat menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak, reproduksi, dll. Reaksi respirasi aerob secara sederhana adalah :

C6H12O6 + 6O2

6CO2 + 6H2O

21

Proses respirasi aerob berlangsung dalam 3 tahap yang berurutan, yaitu : 1. Glikolisis Pemecahan molekul glukosa (C6) menjadi senyawa asam piruvat (C3) 2. Siklus Krebs Reaksi reduksi molekul Asetil CoA menghasilkan asam sitrat dan oksaloasetat 3. Transpor elektron Reaksi reduksi-oksidasi molekul-molekul NADH2 dan FADH2 menghasilkan H2O dan sejumlah ATP. 4. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.

Contoh: Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya: C6H,206 + 6 02 > 6 H2O + 6 CO2 + Energi (gluLosa)

Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :

1. Glikolisis. 2. Daur Krebs. 3. Transpor elektron respirasi.

1. Glikolids: Peristiwa perubahan : Glukosa Glulosa - 6 - fosfat Fruktosa 1,6 difosfat 3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam piravat. Jadi hasil dari glikolisis : 1.1. 2 molekul asam piravat. 1.2. 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi. 22

1.3. 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

2. Daur Krebs (daur trikarbekdlat): Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia

Gbr. Bagan reaksi pada siklus Krebs 3. Rantai Transportasi Elektron Respiratori: Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.

Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.

Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

PROSES

AKSEPTOR

ATP

1. Glikolisis: 23

Glukosa > 2 asam piruvat 2. Siklus Krebs: 2 asetil piruvat > 2 asetil KoA + 2 C02 2 asetil KoA > 4 CO2 3. Rantai trsnspor elektron respirator: 10 NADH + 502 > 10 NAD+ + 10 H20 2 FADH2 + O2 > 2 PAD + 2 H20

2 NADH

2 ATP

2 NADH 6 NADH

2 ATP 2 PADH2

30 ATP 4 ATP

Total

38 ATP

Kesimpulan : Pembongkaran 1 mol glukosa (C6H1206) + O2 > 6 H20 + 6 CO2 menghasilkan energi sebanyak 38 ATP. Fermentasi atau Respirasi Anaerob Dalam keadaan normal, respirasi seluler organisme dilakukan melalui proses fosforilasi oksidatif yang memerlukan oksigen bebas. Sehingga hasil ATP respirasi sangat tergantung pada pasokan oksigen yang cukup bagi selnya. Tanpa oksigen elektronegatif untuk menarik electron pada rantai transport electron, fosforilasi oksidatif akan terhenti. Akan tetapi, fermentasi memberikan suatu mekanisme sehingga sebagian sel dapat mengoksidasi makanan dan menghasilkan ATP tanpa bantuan oksgen. Misalnya, pada tumbuhan darat yang tanahnya tergenang air sehingga akar tidak dapat melakukan respirasi aerob karena kadar oksigen dalam rongga tanah sangat rendah. Secara prosedural, fermentasi merupakan suatu perluasan glikolisis yang dapat menghasilkan ATP hanya dengan fosforilasi tingkat substrat sepanjang terdapat pasokan NAD+ yang cukup untuk menerima electron selama langkah oksidasi dalam glikolisis. Mekanisme fermentasi tidak dapat mendaur ulang NAD+ dari NADH karena tidak mempunyai agen pengoksidasi (kondisi anaerob). Sehingga yang terjadi adalah NADH melakukan transfer electron ke piruvat atau turunan piruvat. Berikut bahasan terhadap dua macam fermentasi yang umum yaitu fermentasi alcohol dan fermentasi asam laktat. Fermentasi alkohol

24

Fermentasi alkohol biasanya dilakukan oleh ragi dan bakteri yang banyak digunakan dalam pembuatan bir dan anggur. Pada Fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol dalam dua langkah. Langkah pertama menghidrolisis piruvat dengan molekul air sehingga melepaskan karbondioksida dari piruvat dan mengubahnya menjadi asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua, asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis. Fermentasi asam laktat Fermentasi asam laktat banyak dilakukan oleh fungi dan bakteri tertentu digunakan dalam industri susu untuk membuat keju dan yogurt. Aseton dan methanol merupakan beberapa produk samping fermentasi mikroba jenis lain yang penting secara komersil. Dalam fermentasi asam laktat, piruvat direduksi langsung oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai produk limbahnya, tanpa melepaskan CO2. Pada sel otot manusia, fermentasi asam laktat dilakukan apabila suplay oksigen tubuh kurang. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Pada kebanyakan tumbuhan den hewan respirasi yang berlangsung adalah respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut

melangsungkan proses fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama lainnya adalah respirasi anaerob. Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/asam susu dan fermentasi alkohol. A. Fermentasi Asam Laktat Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam laktat. Peristiwa ini dapat terjadi di otot dalam kondisi anaerob. Reaksinya: C6H12O6 > 2 C2H5OCOOH + Energi enzim

Prosesnya : 25

1. Glukosa > asam piruvat (proses Glikolisis). enzim C6H12O6 > 2 C2H3OCOOH + Energi

2. Dehidrogenasi asam piravat akan terbentuk asam laktat. 2 C2H3OCOOH + 2 NADH2 > 2 C2H5OCOOH + 2 NAD piruvat dehidrogenasa

Energi yang terbentak dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat : 8 ATP 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP. B. Fermentasi Alkohol Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.

Reaksinya : 1. Gula (C6H12O6) > asam piruvat (glikolisis) 2. Dekarbeksilasi asam piruvat. Asampiruvat > asetaldehid + CO2. piruvat dekarboksilase (CH3CHO)

3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol). 2 CH3CHO + 2 NADH2 > 2 C2HsOH + 2 NAD. alkohol dehidrogenase enzim Ringkasan reaksi : 26

C6H12O6 > 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

C. Fermentasi Asam Cuka Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob. Reaksi: aerob C6H12O6 > 2 C2H5OH > 2 CH3COOH + H2O + 116 kal (glukosa) bakteri asam cuka asam cuka

27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan 1. Handgrip dynamometer 2. Metronom 3. Sfigmomanometer B. Cara kerja I. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT FREKUENSI RENDAH 1. Naracoba meletakkan lengan bawah di atas meja dengan siku fleksi, tangan memegang bola karet. 2. Metronom dipasang dengan ketukan 60x/menit. 3. Pada ketukan ke 4 tangan meremas bola karet. Perhatikan angka pada dinamometer dan catat kemudian kembalikan angka dinamometer ke angka nol. Lakukan meremas bola karet setiap ketukan ke 4 sebanyak 15 kali. 4. Catat setiap angka pada dinamometer pada tabel, kemudian buat grafiknya.

II. PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KERJA OTOT-OTOT JARI 1. Pasang manset pada lengan kanan naracoba dan letakkan lengan dalam keadaan fleksi di atas meja, tangan meremas bola karet handgrip dinamometer. 2. Pasang metronom denganketukan 60x/menit. 3. Lakukan sama seperti percobaan A sampai 15x tarikan.

4. Pada tarikan ke-13, lakukan oklusi arteri dengan memompakan manset sampai arteri radialis tidak teraba lagi. Kemudian kunci klep karet manset.

28

5. Terus lakukan tarikan dalam keadaan oklusi setiap 4 detik sampai naracoba merasa tidak sanggup lagi (kelelahan total). Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan. 6. Setelah tercapai kelelahan total, buka klep karet manset. Dan teruskan remasan bola karet handgrip dinamometer setiap 4 detik sampai kekuatan naracoba kembali normal. Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan. 7. Buat grafik angka-angka tersebut.

29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan: I. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT FREKUENSI RENDAH Azka, perempuan, 18 th Veni, perempuan, 18 th Melani, perempuan, 17 th

Remasan keTangan kanan Tangan kiri

Angka pada dinamometer Tangan kanan Tangan kiri 0,24 0,25 0,25 0,26 0,26 0,25 0,26 0,26 0,25 0,25 0,26 0,44 0,45 0,47 0,48 0,45 0,45 0,44 0,44 0,44 0,49 0,40 0,45 0,45 0,48 0,49 0,44 0,45 0,47 0,48 Tangan kanan Tangan kiri 0,45 0,46 0,44 0,44 0,45 0,43 0,45 0,41 0,41 0,46 0,44 0,42 0,42 0,46 0,41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

0.50 0.60 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.50 0.55 0.50 0.50 0.50 0.40 0.50 0.45

0.50 0.50 0.50 0.45 0.48 0.50 0.45 0.45 0.45 0.50 0.45 0.45 0.45 0.45 0.50

0,42 0,44 0,41 0,43 0,44 0,43 0,43 0,41 0,48 0,39 0,39 0,36 0,34 0,35 0,34

30

Grafik
6 5 4 Series 1 3 2 1 0 Category 1 Category 2 Category 3 Category 4 Series 2 Series 3

31

Hasil percobaan: II. PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KERJA OTOTOTOT JARI

Azka, perempuan, 18 th Remasan ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sebelum oklusi 0.55 0.55 0.55 0.55 0.50 0.50 0.40 0.46 0.47 0.47 0.55 0.50 0.55 0.50 0.45 Saat oklusi 0.50 0.55 0.50 0.45 0.55 0.50 0.50 0.40 0.45 0.55 0.30 0.40 0.45 0.50 0.50 Setelah oklusi 0.59 0.49 0.50 0.53 0.50 0.49 0.55 0.55 0.50 0.50 0.48 0.50 0.50 0.50 0.49

32

Grafik
14 12 10 8 6 4 2 0 Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Series 3 Series 2 Series 1

Pembahasan 1. kondisi steady state (percobaan pertama)


Berdasarkan data yang didapat dari hasil praktikum tentang kelelahan otot syaraf pada manusia, menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai kekuatan otot yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan setiap orang berbeda beda (kebiasaan berolahraga/ beraktivitas yang melibatkan kekuatan otot tangan). Pada percobaan pertama dimana tubuh dalam kondisi aerobic metabolic (kondisi steady state) didapat, bahwa ketika meremas bola karet pada awalnya (kondisi steady state) tangan naracoba tidak lelah namun lama kelamaan menjadi lelah. Dapat dilihat pada tabel, semula pada angka dynamometer menunjukkan 0,55 dan kemudian turun menjadi 0,50. Hal tersebut dikarenakan otot mengalami kelelahan aibat penumpukan asam laktat yang dikarenakan kontraksi otot terus menerus. Namun pada table di atas ditemukan adanya peningkatan kekuatan otot untuk meremas bola, padahal seharusnya otot lama kelamaan lelah dan mengakibatkan penururnan kekuatan meremas. Hal ini dikarenakan adanya fakto-faktor lain yang mempengaruhi kekuatan meremas, yaitu : emosional dan physicology. Karena ketika naracoba melihat pada jarum dynamometer yang menunjukkan kekuatan meremasnya menurun, maka naracoba akan meremas sekuat tenaga. Sehingga naracoba tidak rileks dalam melakukan percobaan ini dan terjadi peningkatan kekuatan meremas. 33

Berdasarkan tabel diatas mununjukkan bahwa kekuatan otot antara tangan kanan dan kiri berbeda, yaitu pada tangan kanan menunjukkan kekuatan meremas 0,55, manun pada tangan kiri 0,50. Perbedaan tersebut dikarenakan tangan sebelah kanan lebih sering berkontraksi dibandingkan tangan kiri pada aktivitas sehari-hari. Sebab pada otot terdapat myoglobin yang mempengaruhi kekuatan otot disamping ATP, jika pada otot terdapt banyak myoglobin maka otot tersebut lebih tahan untuk berkontraksi. Ada juga factor lain yang mempengaruhi otot tangan kanan dan tangan kiri, yaitu posisi naracoba yang kurang rileks ketika menggunakan tangan kiri untuk meremas bola karet.

2. percobaan yang kedua


Pada percobaan yang kedua dimana dilakukan oklusi pada arteri, ternyata oklusi pada arteri dapat menghambat suplai oksigen kejaringan tempat dilakukan oklusi. Pada keadaan sebelum oklusi kekuatan naracoba untuk meremas normal namun lama kelamaan meremas akan terasa lelah karena ATP pada otot berkurang dan untuk mensuplai ATP dalm jumah yang banyak dilakukan pada aerobic metabolic dan membutuhkan oksigen yang banyak serta prosesnya cukup panjang sehingga memerlukan waktu untuk meghasilkan ATP dalam jumlah yang besar. Namun tubuh membutuhkan ATP secepatnya, sehingga untuk melakukan reaksi aerob tidak bias dan dilakukan reaksi anaerob untuk mensuplai oksigen dengan segera. Maka yang dipakai untuk menghasilkan ATP adalah glikogen, ATP yang dihasilkan dengan segera dapat langsung digunakan tubuh, namun mengakibatkan penumpukan asam laktat. Sehingga otot akan terasa lelah dan kekuatan untuk meremas pun menurun. Namun pada tabel kekuatan tersebut kadang mengalami peningkatan, hal tersebut dipengaruhi oleh factor emosional dan phsycology seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Pada keadaan oklusi kekuatan otot tangan untuk meremas bola karet menurun, hal ini dikarenakan ketika ATP yang didapat pada reaksi glikolisis habis, sehingga terbentuk asam piruvat. Pada keadaan tersebut otot tetap berkontraksi, sehingga memerlukan ATP secepatnya dan dimanfaatkanlah glikogen untuk menghasilkan ATP dengan cepat. Pada reaksi tersebut mengakibatkan penimbunan asam laktat, namun untuk masuk pada reaksi aerob untuk mengubah asam laktat menjadi asam piruvat (siklus cori) yang kemudian akan masuk pada reaksi aerob tidak dapat terjadi dikarenakan oklusi. Sehingga aliran darah tidak sampai pada seluruh jaringan tubuh dan oksigen juga tidak sampai pada semua jaringan. Dan terjadilah penimbunan asam laktat dan ATP teru menurun sehingga kontraksi otot berkurang dan pada akhirnya tangan tidak sanggup lagi meremas bola karet. 34

Pada kedaan setelah oklusi, kekuatan otot tangan kembali. Hal ini dikarenakan ATP dapat dihasilkan. Ketika tidak dioklusi peredaran darah kembali normal, sehingga suplai oksigen sampai pada seluruh jaringan dan terjadi aerobic metabolic dan ATP dihasilkan sehingga otot dapat berkontraksi lagi.

35

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan otot adalah akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut serabut otot untuk terus memberikan hasil kerja yang sama. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa aktivitas otot yang lama dan intensif dapat mengurangi transmisi sinyal saraf melalui taut neuromuscular, sehingga mengurangi kontraksi otot lebih lanjut. Selain itu, hambatan aliran darah yang menuju otot yang sedang berkontraksi (pada saat di tensi) menyebabkan kelelahan otot hampir sempurna dalam satu atau dua menit karena kehilangan suplai makanan, terutama oksigen.

B. Saran Sebaiknya alat-alat laboratorium yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.

36

DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta. Bagian Fisiologi dan Fisika Medik FK UNSRI,2011,Penuntun Praktikum.

37

You might also like