Professional Documents
Culture Documents
dari luar daerah pabean dan mengikuti kegiatan lelang yang ada di dalam daerah pabean. g. Menimbun barang impor guna didaur ulang sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai. Dalam tempat penimbunan berikat terdapat dua jenis tempat yaitu: 1. Kawasan berikat; yaitu tempat yang terdapat di dalam daerah pabean dengan batasbatas tertentu, yang didalamnya berlaku ketentuan-ketentuan pabean terhadap barang yang dimasukkan dari luar Daerah Pabean atau dari dalam Daerah Pabean tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea (penangguhan bea masuk), cukai, dan/atau pungutan lainya. Kawasan berikat bertujuan untuk menimbun barang yang masih butuh diolah (barang setengah jadi). 2. Gudang berikat; yaitu tempat yang terdapat di dalam daerah pabean dengan batasbatas tertentu, yang didalamnya berlaku ketentuan pabean terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean tanpa terlebih dahul dikenakan pungutan bea (penangguhan bea masuk), cukai, dan/atau pungutan lainnya. Gudang berikat bertujuan untuk menimbun barang yang sudah jadi (diimpor untuk dipakai, dikeluarkan ke tempat penimbunan berikat lainnya, dan diekspor). Barang-barang yang ada di dalam tempat penimbunan berikat dapat dikeluarkan dari dengan tujuan untuk: a. Diimpor untuk dipakai; b. Diolah; c. Diekspor baik belum atau sudah diolah d. Diangkut ke tempat penimbunan berikat lain atau ke tempat penimbunan sementara dalam hal ingin diekspor; e. Barang sub kontrak (dikeluarkan dari tempat penimbunan berikat untuk diolah lalu hasilnya nanti dimasukkan kembali ke dalam tempat penimbunan berikat); f. Dimasukkan kembali ke dalam daerah pabean;
g. Diangkut terus atau diangkut lanjut. Dalam penyelenggaraan tempat penimbunan berikat, pengusaha penyelenggara membutuhkan izin penyelenggaraan. Izin ini bisa dibekukan atau dicabut sesuai dengan keadaan penyelenggara. Maksud dari izin yang dibekukan adalah tidak berlakunya izin tersebut sampai waktu yang ditentukan dan tempat penimbunan berikat tidak boleh melakukan operasi yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai. Izin penyelenggaraan tempat penimbunan berikat dapat dicabut karena beberapa hal, antara lain ketika penyelenggara tempat
penimbunan berikat mulai menunjukkan ketidakmampuan untuk menyelenggarakan tempat penimbunan berikat dan penyelenggara sedang ada berada dibawah pengawasan kurator dikarenakan utangnya. Ketika penyelenggara tidak bisa membayar utang dalam jangka waktu yang ditetapkan dan tidak mampu lagi mengusahakan tempat penimbunan berikat maka pembekuan izin dapat dirubah menjadi pencabutan izin. Izin yang tadinya dibekukan bisa diberlakukan kembali ketika penyelenggara sudah melunasi utang-utangnya kepada pihak terkait dan menunjukkan kesanggupan untuk mengusahakan tempat penimbunan berikat tersebut. Pencabutan izin bisa terjadi karena tidak adanya kegiatan di tempat tersebut selama satu tahun terus menerus, kepailitan yang dialami penyelenggara, kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara, atau penyelenggara sendiri yang meminta agar izin penyelenggaraan dicabut. Ketika izin sudah dicabut oleh pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai maka penyelenggara tempat penimbunan berikat harus melunasi semua tanggungan utangnya, selain itu barang yang masih ada di tempat penimbunan berikatnya harus diekspor atau dipindahkan ke tempat penimbunan berikat lainnya. Hal tersebut dilakukan dalam jangka waktu tiga puluh hari. C. TEMPAT PENIMBUNAN PABEAN Definisi dari tempat penimbunan pabean sesuai dengan Undang-undang Kepabeanan adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu, yang disediakan oleh pemerintah di setiap kantor pabean. Kegunaan dari tempat penimbunan pabean adalah untuk menimbun barang yang dinyatakan tidak dikuasai, dikuasai oleh Negara, atau barang yang menjadi milik Negara. Mengenai penunjukkan tempat lain yang menjadi tempat penimbunan pabean berada dibawah keputusan Menteri Keuangan.
PEMBUKUAN
Pada dasarnya setiap kegiatan usaha membutuhkan suatu catatan pengeluaran dan pemasukkan untuk melihat perkembangan atau jalannya usaha tersebut. Begitu pula dengan kegiatan impor dan ekspor. Importir dan eksportir diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan. Yang dimaksud dengan pembukuan disini adalah kegiatan pencatatan secara sistematis mengenai keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya yang terjadi dalam proses impor-ekspor. Tidak hanya importir dan eksportir, kewajiban menyelenggarakan pembukuan juga harus dilakukan oleh pengusaha tempat penimbunan sementara, pengusaha tempat penimbunan berikat, pengusaha pengurusan jasa kepabeanan, serta pengusaha sarana pengangkutan. Pembukuan wajib dilaksanakan untuk diadakannya audit kepabeanan. Dalam pelaksanaan audit kepabeanan, pejabat bea dan cukai bisa meminta hasil pembukuan dari pihak
yang akan diperiksa dan pihak tersebut wajib menyerahkan apa yang diminta oleh pejabat bea dan cukai. Yang diminta antara lain; laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, dan surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan dan cukai. Misalkan orang yang berkewajiban menyerahkan hasil pembukuan sedang berhalangan/tidak ada di tempat maka kewajiban beralih kepada orang yang dikuasakan. Dalam pelaksaan proses pembukuan, pencatatan wajib diselenggarakan dengan baik agar dapat menggambarkan kegiatan usaha yang sebenarnya. Selain itu pembukuan diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, serta bahasa Indonesia, atau jika menggunakan mata uang asing atau bahasa asing harus ada izin dari Menteri Keuangan. Hasil pembukuan harus disimpan dengan baik untuk memudahkan audit di bidang kepabeanan, paling tidak hasil pembukuan harus disimpan selama 10 (sepuluh) tahun.
PENGENDALIAN HAKI
Pengendalian impor atau ekspor terhadap barang yang melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual dimaksudkan untuk melindungi pemilik hak tersebut terhadap pelanggaran yang terjadi. Hak Atas Kekayaan Intelektual yang berlaku dan dilindungi antara lain: 1. Hak Cipta (UU No. 10 Tahun 2003)
2. Hak Merk Dagang (UU No. 15 Tahun 2001) 3. Hak Paten (UU No. 14 Tahun 2001) 4. Hak Desain Produk Industri (UU No. 31 Tahun 2001) 5. Rahasia Dagang (UU No. 30 Tahun 2000) 6. Desain Rangkaian Listrik Terpadu (UU No. 32 Tahun 2000) 7. Indikasi Geografis Terhadap hak-hak yang disebutkan diatas, pemilik hak dapat meminta kepada pengadilan niaga untuk membuat perintah tertulis mengenai pengangguhan pengeluaran barang yang diindikasikan melanggar HAKI. Pengajuan yang disampaikan haruslah berdasarkan buktibukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran, selain itu bukti mengenai pemilikan hak cipta dan penjelasan terperinci mengenai barang yang dimintai penangguhan pengeluarannya serta jaminan. Sesudah perintah tertulis diterima oleh pejabat bea dan cukai maka selanjutnya pejabat akan memberitahukan kepada importir, eksportir, atau pemilik barang mengenai adanya perintah pengangguhan pengeluaran barang dan melaksanakan pengangguhan pengluaran barang yang bersangkutan dari kawasan pabean sejak diterimanya perintah tertulis dari pengadilan niaga. Penangguhan terhadap barang yang melanggar HAKI berlangsung selama 10 (sepuluh) kerja. Pihak yang mengajukan penangguhan hanya bisa sekali meminta perpanjangan penagguhan dan waktu paling lama yang diberikan untuk perpanjangan penangguhan adalah 10 hari, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadinya penyalahgunaan hak yang dimiliki oleh pihak yang mengajukan penangguhan. Selain itu pengajuan perpanjangan penangguhan juga harus disertai dengan penambahan jaminan. Jika dalam waktu sepuluh hari tidak ada keterangan perpanjangan penangguhan dan tindakan hukum maka pejabat bea dan cukai harus mengakhiri penangguhan, sedangkan jika ada tindakan hukum maka pemegang hak harus segera memberitahukan kepada pejabat bea dan cukai untuk melaksanakan penangguhan. Jika setelah ada tindakan hukum dan tidak ada keputusan untuk melakukan penambahan waktu penangguhan maka pejabat bea dan cukai harus segera mengakhiri penangguhan pengeluaran barang. Pemilik hak dapat meminta ketua pengadilan niaga untuk memberikan izin untuk memeriksa barang yang diminta penangguhan pengeluarannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertimbangkan tindakan hukum apa yang harus dilakukan oleh pemilik hak. Izin yang dikeluarkan juga harus tetap memperhatikan kondisi kerahasiaan atau pribadi si pemilik barang, jadi izin hanya berlaku untuk pemeriksaan fisik barang.
Selain pemilik hak atas HAKI pejabat bea dan cukai juga dapat melakukan penangguhan pengeluaran barang dikarenakan jabatannya jika ada bukti yang cukup kalau barang tersebut melanggar HAKI. Penangguhan pengeluaran barang berdasarkan HAKI tidak berlaku bagi barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman lewat pos atau jasa titipan yang bukan untuk tujuan komersil.
TERORISME
Barang-barang yang diindikasikan digunakan dalam kejahatan terorisme ataupun kejahatan lintas Negara akan ditindak sesuai dengan ketentuan oleh pejabat bea dan cukai. Penindakan bisa dalam bentuk penyitaan barang atau pemusnahan barang dibawah pengawasan pejabat bea dan cukai.
barang yang tidak mengambil uang hasil lelang tersebut dalam jangka waktu 90 hari sejak terbitnya pemberitahuan tertulis maka uangnya akan menjadi milik Negara. Harga terendah untuk lelang adalah bea masuk ditambah pajak dan biaya lainnya. Biaya-biaya tersebut ditetapkan oleh Menteri dan ketika biaya tersebut tidak tercapai maka barang akan dimusnahkan.
Sistem pelelangan barang yang dikuasai Negara hampir sama dengan barang yang dianggap tidak dikuasai. Namun, untuk hasil lelang akan disimpan dan menunggu keputusan Menteri atau untuk alat bukti persidangan. Pemilik dapat mengajukan keberatan kepada Menteri dalam jangka waktu 30 hari sejak adanya pemberitahuan oleh pejabat bea cukai dengan alasan dan bukti yang kuat. Setelah permohonan keberatan diterima, dalam jangka waktu 90 hari ditetapkan jika tidak terdapat pelanggaran maka barang atau sarana pengangkut yang dikuasai Negara dapat dikembalikan kepada pemilik. Namun, jika ternyata terbukti adanya pelanggaran maka ketentuannya akan dibahas lebih lanjut dalam undang-undang kepabeanan. Keputusan yang nantinya dikeluarkan oleh menteri akan dibeitahukan kepada pemilik barang dan Direktur Jenderal. Jika dalam jangka waktu 90 hari Menteri tidak memberikan tanggapan maka permohonan keberatan dianggap diterima.
WEWENANG KEPABEANAN
Bagi setiap petugas bea dan cukai adalah suatu kewajiban dalam mengamankan hakhak Negara dalam hal pungutan yang dibebankan oleh Negara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam impor-ekspor. Selain itu petugas bea dan cukai juga harus mengamankan Negara ini dari masuknya barang-barang yang sekiranya merugikan. Maka dari itu setiap petugas bea dan cukai dapat menggunakan berbagai macam upaya untuk melaksanakan tugasnya tersebut. Petugas bea dan cukai juga dapat dipersenjatai dengan senjata api dalam pelaksanaan tugasnya, namun ketentuan mengenai penggunaan senjata api sangatlah ketat diatur oleh Menteri sehingga penggunaannya sangat memperhatikan peraturan undang-undang yang berlaku. Selain pemeriksaan dan pengawasan terhadap barang, petugas bea dan cukai juga berkewajiban untuk memeriksa sarana pengangkut yang mengangkut barang tersebut. Ketika
menjalankan tugasnya dalam memeriksa sarana pengangkut di laut atau di sungai, petugas bea dan cukai bisa menggunakan kapal patroli yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dilengkapi sarana operasional atau sarana pengawasan seperti radio telekomunikasi dan radar. Dalam tiap kapal patroli dilengkapi juga dengan senjata api dengan maksud untuk berjaga-jaga dalam setiap pelaksanaan tugas pengawasan sarana pengangkut.